BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan diri
merupakan kegiatan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang
administrasi. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dilaksanakan bertujuan
jangka panjang yaitu agar tenaga administrasi maupun mengembangkan ilmu yang
telah dipelajari dan dipraktekkan di sekolah. Administrasi sangat diperlukan
bagi kelangsungan proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu
tidak lepas dari keaktifan orang-orang yang menguasai administrasi dalam sekolah.
Orang sering menganggap enteng administrasi tersebut, padahal kalau
administrasi dipegang sama orang-orang yang kurang terampil maka administrasi
tersebut akan berantakan. Orang yang memegang administraasi adalah orang yang
sudah terlatih dalam bidangnya (orang yang sudah mendapat ilmu/ pelatihan).
Administrasi tidak hanya dalam hal keuangan saja tetapi juga dalam kerapian/
keteraturan kita dalam pembukuan. Administrasi tidak hanya dilakukan dalam
waktu tertentu saja tetapi setiap hari secara kontinyu. Administrasi adalah
upaya menjadikan kegiatan kerja sama antara guru dan karyawan agar proses
belajar mengajar lebih efektif.
Terbatasnya pengetahuan
dari personal tata usaha sekolah akan administrasi sarana dan prasarana
pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk mengetahui dan memahaminya
dengan sungguh sungguh, maka dari itu kami menyusun makalah ini.
Pada waktu yang lampau,
pada umumnya tugas dan kewajiban guru hampir seluruhnya mengenai pekerjaan
mengajar melulu dalam arti menyampaikan keterangan-keterangan dan fakta-fakta
dari buku kepada murid, memberi tugas-tugas dan memeriksanya.
Waktu dan keadaan
demikian di sekolah-sekolah kita sekarang telah dan sedang berlalu dengan
cepat. Sekarang, guru harus juga memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolah,
ikut serta menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi sekolah, yang
kadang-kadang sangat kompleks sifatnya.
Secara berangsur-angsur
tekanan makin diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi
pendidikan/sekolah, yakni penyelenggaraan dan manajemen sekolah. Tokok-tokoh
pendidikan sekarang menekankan kepada gagasan tentang demokrasi dalam hidup
sekolah; guru-guru hendaknya didorong untuk ikut serta dalam pemcahan
masalah-masalah administratif yang langsung mempengaruhi status profesional guru.
Kegiatan partisipasi
guru dalam administrasi sekolah itu, antara lain seperti sumbangan-sumbangan
guru terhadap perbaikan kesejahteraan guru dan murid, penyempurnaan kurikulum,
pilihan buku-buku dan alat pelajaran dan sebagainya.
Berhubung dengan itu, sangat
penting dibicarakan dalam rangka administrasi pendidikan ini tentang peranan
dan tanggung jawab guru di dalam organisasi dan administrasi sekolah tempat
kegiatan-kegiatan meliputi lebih dari khusus mengajar di dalam kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN
PEMBAHASAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN
A. Pengertian Administrasi Pendidikan
Pengertian
administrasi pendidikan akan diterangkan meninjaunya dari berbagai aspeknya.
Marilah kita lihat administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya itu, agar
kita dapat memahaminya dengan lebih baik.
Pertama,
administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidkan itu merentang dari tujuan
yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan
tingkat pengertian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam
pelajaran di kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah
dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk
orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka
cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu
tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama
dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.
Kedua,
administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencpai tujuan
pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemanduan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin
dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan
berapa banyak biaya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan
dilaksanakan.
Ketiga,
administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem
adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu
berinteraksi dalam sautu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Keempat,
administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika
administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk
melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan
pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapain
tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber
manusia, uang, sarana, dan prasarana maupun waktu.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.
Administrasi
pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menajwab pertanyaan
bagaimana kemampuan administrator penddikan itu, apakah ia dapat melaksanakan
tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sungtulodo dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Keenam,
administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan.
Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang
bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada
bermacam-macam masalah, dan ia harus memecahkan masalah itu.
Ketujuh,
administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi
dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain
mengerti apa yang kita maksudkan dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan
orang lain itu.
Kedelapan,
administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegaitan
ketatausahaan yang intinya dalah kegiatan rutin catat-mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala
aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
B. Fungsi Administrasi Pendidikan
B. Fungsi Administrasi Pendidikan
Paparan
tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks sekolah perlu
dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh adanya
prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan amdinistrasi pendidikan dimaksudkan untuk
pencapaian tujuan pendidikan itu. Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian
usaha, mulai dari perencanaan sampai melaksanakan evaluasi terhadap usaha
tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan
melalui serangkaian usaha itu (Longenecker, 1964). Oleh karena itu, fungsi
administrasi pendidikan dibicarakan sebagai serangkaian proses kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan itu.
1.
Tujuan pendidikan
Tujuan
pendidikan perlu dibicarakan di sini karena alasan sebagai berikut: a). tujuan
pendidikan merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu,
pemahaman tentang hubungan keduanya perlu dilakukan. b), tujuan pendidikan
merupakan titik berangkat administrasi pendidikan pada jenjang sekolah, dan c),
tujuan pendidikan itu juga merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan
administrasi pendidikan di jenjang pendidikan itu.
2.
Proses sebagai fungsi administrasi pendidikan
Agar
kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui sesuatu tahapan
proses yang merupakan daur (siklus), mulai dari perencanaan, pengorganisassi,
pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti
telah disinggung secara garis besar pada bagian terdahulu. Di bawah ini akan
diuraikan proses tersebut lebih rinci.
a. Perencanaan
a. Perencanaan
Perencanaan
adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur
pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang,
dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap, a).
identifikasi masalah, b) perumusan masalah, c). penetapan tujuan, d).
identifikasi alternatif, e). pemilihan alternatif, dan f). elaborasi
alternatif.
b.
Pengorganisasian
Pengorganisasian
di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan
memilah orang-orang (guru dan personal sekolah lainya) serta mengalokasikan
prasarana dan saran untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai
tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan
tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme
kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.
c.
Pengarahan
Pengarahan
diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan
dapat berjalan seperti yang dikehendaki.
Suharsimi
Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk,
serta pertimbangan dan bimbingan terhadap pra petugas yang terlibat, baik secara
struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan
lancar.
d.
Pengkoordinasian
Pengkoordinasian
di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai
individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan
anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
e.
Pembiayaan
Pembiayaan
sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan
dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya,
usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta
pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
f.
Penilaian
Dalam
waktu-waktu tertentu, sekolah, pada umumnya atau anggota organisasi seperti
guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian
tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui
kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud
penilaian adalah untuk: a) memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir
suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil, b). menjamin cara bekerja yang
efektif dan efisien, c). memperoleh fakta-fakta tentang kesurakan-kesukaran dan
untuk menghidarkan situasi yang dapat merusak, serta d). memajukan kesanggupan para
guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.
C.
Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan
Dari
uraian di atas, tampak bahwa administrasi pendidikan pada pokoknya adalah semua
bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan merancang,
mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia, uang, peralatan, dan
waktu). Tujuan pendidikan memberikan arah kegaitan serta kriteria keberhasilan
kegiatan itu.
•
Bidang administrasi material: kegiatan administrasi yang menyangkut
bidang-bidang materi. Seperti: ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan,
alat-alat perlengkapan.
• Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
• Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
•
Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya pelaksanaan kurikulum,
pembinaan kurikulum, penyusunan silabus, perisapan harian, dan sebagainya.
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan
Tugas
utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan
tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan di
samping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai
komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi dilingkungan
kerjanya.
Di
sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah, sekolah melaksanakan
kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah
ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru amat penting.
Dalam
menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian kegiatan kurikulum,
kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan
sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun
tenaganya. Administrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif,
artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat
individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah termasuk guru harus
terlibat.
Guru
A.
Pentingnya Partisipasi Guru dalam Administrasi Pendidikan
Administrasi
sekolah di zaman kolonial Belanda dahulu menunjukkan bahwa kekuasaan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan sekolah berada seluruhnya dalam tangan para
pejabat pimpinan di kantor pusat. Segala putusan dan instruksi ditentukan dari
atas. Kewajiban para guru sebagai bawahan hanya mengikuti dan menaatinya, tidak
untuk memikirkan, mengapa putusan-putusan dan instruksi-instruksi itu perlu.
Politik feodal-kolonial menghendaki adanya garis pemisah yang tegas antara
status bawahan dan atasan. Sebagai akibat politik ini, sistem pengawasan
sekolah-sekolah bersifat otokratis dan terutama ditujukan untuk meneliti apakah
putusan-putusan yang telah ditetapkan atasan dan perintah-perintahnya ditaati.
Sesudah
Indonesia merdeka, sistem pendidikan di sekolah-sekolah bersifat nasional dan
demokratis. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan administrasi dan pengawasan
yang demokratis pula, dan sekolah-sekolah harus benar-benar hidup dan tumbuh di
atas dasar-dasar filsafat negara, yaitu Pancasila.
Untuk
itu pula maka partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan
menjadi keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai
kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh
tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah
pendidikan.
Banyak
usaha pembaharuan telah dijalankan, seperti dalam bentuk isi kurikulum,
cara-cara atau metode-metode mengajar yang baik dan efisien, adanya pembinaan
dan penyuluhan, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya. Tetapi,
semua itu tidak hanya mendatangkan hasil yang sedikit sekali, kadang-kadang
tidak kelihatan sama sekali hasilnya.
Hal
ini disebabkan antara lain oleh adanya konservatisme dan sifat-sifat tradisional
di dalam praktek kehidupan pendidikan yang sangat kuat. Juga disebabkan karena
kurang atau tidak diikutsertakannya guru-guru dalam usaha pembaharuan
pendidikan.
B.
Arti Demokrasi Dalam Administrasi Sekolah
Penerapan
demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya diartikan bahwa administrasi
sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemimpinan; dengan itu tujuan-tujuan
sekolah dan cara-cara untuk mencapainya dikembangkan dan dijalankan. Kegiatan
kepemimpinan ini meliputi :
-
Kegiatan mengorganisasi personel dan material,
-
Merencanakan program/kegiatan-kegiatan,
-
Membangun semangat guru-guru dan inisiatif perseorangan/kelompok ke arah
tercapainya tujuan-tujuan.
- Menilai hasil-hasil dari rencana-rencana, prosedur-prosedur, serta pelaksanaannya oleh perseorangan dan kelompok.
- Menilai hasil-hasil dari rencana-rencana, prosedur-prosedur, serta pelaksanaannya oleh perseorangan dan kelompok.
Apabila
administrasi dipandang sebagai proses bekerja dengan orang-orang dan
mengoordinasi usaha mereka ke dalam keseluruhan yang bekerja efisien dan
produktif, maka jelas bahwa tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada
hanya satu orang belaka. Tanggung jawab harus disalurkan secara luas diantara
semua orang yang mengambil bagian dalam program sekolah.
Dengan
demikian, tekanan berpindah dari kekuasaan untuk menentukan dan memerintah
kepada proses mengembangkan semangat, pikiran, dan perbuatan yang kooperatif,
dan kepada kesempatan-kesempatan yang diciptakan bagi pertumbuhan kepemimpinan
perseorangan dan kelompok.
Di
samping itu, hendaklah dipahami bahwa untuk menanamkan sifat dan kehidupan yang
demokratis pada murid-murid, tidak cukup hanya dengan ceramah-ceramah atau
kata-kata saja. Perkembangan tingkah laku yang demokratis pada anak didik pada
asasnya bergantung pada hubungan anak didik dengan guru dan pada sifat dari
pengalaman-pengalaman hiduo sehari-hari yang disediakan oleh sekolah. Untuk
itu, guru harus memahami arti demokrasi dan percaya pada nilai-nilanya dan
dalam tingkah laku menjadi contoh sebagai jiwa pribadi yang benar-benar
demokratis.
Adapun
pola-pola tingkah laku yang demikratis yang seyogyanya dimiliki oelh guru ialah
:
1) Menghormati kepribaian orang-seorang;
1) Menghormati kepribaian orang-seorang;
2)
Memperhatikah hak kebebasan orang lain;
3)
Kerjas sama dengan orang lain;
4)
Menggunakan kecakapan-kecakapan mereka untuk memajukan kesejahteraan umum dan
kemajuan sosial;
5)
Lebih menghargai penggunaan kecerdasan secara efektif dalam memecahkan
masalah-masalah dari pada penggunaan kekerasan atau emosi;
6)
Menyelediki, menemukan, dan menerima kekurangan-kekurangan diri sendiri dan
berusaha memperbaikinya;
7)
Mereka memimpin dan mengikuti sesuai dengan kesanggupan mereka bagi keungtungan
kelompok/bersama;
8) Memikul tanggung jawab terhadap tercapainya cit-cita dan tujuan-tujuan bersama dan mendahulukan kewajiban dari pada hak;
8) Memikul tanggung jawab terhadap tercapainya cit-cita dan tujuan-tujuan bersama dan mendahulukan kewajiban dari pada hak;
9)
Mereka memerintah diri sendiri untuk kebaikan semua;
10)
Bersikap toleran;
11)
Menghargai musyawarah untuk memperoleh kata sepakat;
12)
Senantiasa berusaha untuk mencapai cara hidup demokratis yang paling efektif;
13)
Berusaha dengan contoh sendiri untuk membimbing orang-orang lain supaya hidup
secara demokratis,
14)
Menyesuaikan diri kepada kondisi-kondisi yang selalu berubah dan berkembang ke
arah perbaikan dan kemajuan.
C.
Beberapa Kesempatan Berpartisipasi
Ada
bermacam-macam kesempatan yang digunakan untuk mengikutsertakan guru-guru dalam
kegiatan-kegiatan sekolah seperti dalam :
a.
Mengembangkan filasafat pendidikan
Pendidikan
ialah ilmu, seni, teknik, dan juga filsafat, semuanya menjadi satu. Filasafat
pendidikan ialah penerapan filsafat pada penelitian masalah-masalah pendidikan.
Mengembangkan filsafat pendidikan berarti bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana kita melakukannya, apa sebab kita melakukannya, an apakah kita melakukannya.
Mengembangkan filsafat pendidikan berarti bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana kita melakukannya, apa sebab kita melakukannya, an apakah kita melakukannya.
b.
Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum
Biasanya
penyusunan kurikulum serta perubahan dan penyesuaiannya dilakukan pada tingkat
kanwil dengan bantuan para ahli dalam mata-mata pelajaran khusus. Keadaan yang
demikian mengakibatkan banyak usaha perbaikan pengajaran yang hanya tinggal
diatas kertas saja.
Hal yang demikian menimbulkan pengertian tentangk keharusan untuk mengikutsertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.
Hal yang demikian menimbulkan pengertian tentangk keharusan untuk mengikutsertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.
c.
Merencanakan program supervisi
Dengan
supervisi dimasudkan kegiatan-kegiatan pengawasan yang langsung ditujukan untuk
memperbaiki situasi mengjar-belajar di dalam kelas. Tujuannya yang pokok ialah
membantu para guru untuk tumbuh secara pribadi dan profesional, dan untuk
belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi da;am tugasnya.
d.
Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian
Dalam
zaman dan sistem pendidikan yang bersifat nasional dan demokratis seperti
sekarang ini, kebijakan-kebijakan kolonial dan otokratis itu harus
ditinggalkan.
Adapun
kegiatan-kegiatan kepegawaian yang memerlukan ikut sertanya guru-guru dalam
perencanaannya tentu saja harus melalui permusyarawatan perwakila antara lain
masalah penempatan, orientasi, promosi (kenaikan pangkat/jabatan),
pemberhentian (pensiuan, pemecatan, dsb) pemindahan, pemberian tugas belajar,
cuti, konduitem masalah gaji, pengobatan, dan kesejateraan guru dan
petugas-petugas pendidikann pada umumnya.
e.
Kesempatan-kesempatan berpartisipasi lainnya
Masih
banyak kesempatan lian yang mengharuskan ikut sertanya guru-guru dalam administrasi
sekolah. Beberapa diantaranya ialah :
1)
Menyelidiki sumber-sumber bagi guru dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.
2)
Merencanakan dan merumuskan tujuan-tujuan kegiatan-kegiatan ekstarakurikuler
serta pelaksanaan dan sistem penilaiannya.
3)
Menentukan dan menyusun tata tertib sekolah.
4)
Menetapkan syarat-syarat penerimaan murid baru.
5)
Menentukan syarat-syarat kenaikan kelas.
6)
Menyusun acara ulangan-ulangan umum.
7)
Menetapkan daftar pengawasan murid di halaman sekolah.
8)
Merumuskan kebijakan tentang pembagian tugas mengajar guru-guru.
9)
Menyusun daftar pelajaran umum.
10)
Menetapkan pengawasan dan penilaian kebersihan gedung dan halaman sekolah.
11)
Merencanakan penggunaan ruangan-ruangan sekolah.
12)
Merencanakan penggunaan kemajuan-kemajuan program sekolah.
13)
Menetapkan pengawasan dan bimbingan kegiatan-kegiatan organisasi murid.
14)
Menetapkan penyelenggaraan pengawasan ujian dan pemeriksaan pekerjaan ujian.
15) Merencanakan kegiatan-kegiatan upacara hari-hari nasional, keagamaan, dan sebagainya.
16) Merencanakan dan memimpin rapat-rapat guru.
15) Merencanakan kegiatan-kegiatan upacara hari-hari nasional, keagamaan, dan sebagainya.
16) Merencanakan dan memimpin rapat-rapat guru.
17)
Menyelidiki dan memilih buku-buku bacaan bagi perpustakaan sekolah.
18)
Menyusun peraturan-peraturan memajukan kesejahteraan guru, pegawai, dan
murid-murid.
19) Merencanakan danmembantu kelancaran ketatausahaan sekolah.
19) Merencanakan danmembantu kelancaran ketatausahaan sekolah.
D.
Orientasi Bagi Guru-Guru Baru
a.
Arti dan perlunya orientasi
Bagi
guru-guru yang baru mulai menjalankan tugasnya sebagai guru, ada masa orientasi
sangat diperlukan. Yang dimaksud dengan masa orientasi ialah suatu kesepakatan
yang diberikan kepada seorang pegawai atas guru yang baru mulai bekerja, untuk
mengadakan observasi dan berpastisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan tugasnya sebagai guru di sekolah itu, agar waktu yang relatif
singkat ia dapat segera mengenal dan menyesuaiakn diri dengan lingkungan tempat
ia bekerja.
Masa
orientasi sangat diperlukan karena setiap pegawai atau guru yang baru pada
umumnya mengahadapi problema, baik problema yang menyangkut dirinya sendiri
maupun problema yang berhubungan dengan tugas-tugas pekerjaan yang akan
dilakukannya. Ia memerlukan bantuan dan bimbingan dari pimpinan sekolah dan
guru-guru senior untuk dapat mengenal dan mengatasi problema-problema tersebut.
Hampir
bagi setiap guru baru pengalaman pertama waktu permulaan mengajar merupakan
pengalaman yang penuh frustasi dan keraguan-keraguan. Di dalam dirinya timbul
bermacam-macam pertanyaan, seperti : bagaimana reaksi murid-murid terhadap diri
saya? Apakah saya akanmengalami kesukaran dalam hal masalah enguasai disiplin
anak-anak? Bagaimana sikap orang tuan murid terhadap pelajarannya yang saya
berikan? Dapatkah saya menjadi guru yang disenangai anak-anak? Pertolongan atau
bantuan apa yang dapat saya terima dari guru-guru lain?
Semua
itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada guru-guru yang baru
saja mengajar. Dan itu semuan perlu mendapat perhatian dari para supervisor dan
kepala sekolah dalam rangka mengadakan orienasi bagi guru-guru baru.
Seperti
dikatakan oleh Chambrlain dan Kindred, setiap guru baru memerlukan antara lain
dalam hal mempelajari masyarakat, lingkungan fisik sekitar sekolah dan
fasilias-fasilitas yang ada di lingkungan tersebut, mengenal dan mempelajari
tentang teman sejawat, murid-murid, kebijakan pelaksanaan sistem sekolah, dan
macam-macam tugas yang akan mereka kerjakan. Mereka memerlukan bantuan dalam
pemecahan masalah-masalah yang timbul dan bimbingan dalam mengarahkan
pertumbuhan mereka sendiri serta perkembangannya sebagai seroang profesional.
Juga
Chandler dan Petty mengemukakan bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru-guru baru pada umumnya dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1)
Kebutuhan akan perumahan/tempat tinggal yang sesuai atau wajar bagi seorang
guru.
2)
Memperoleh perkenalan dengan personel sekolah (guru-guru dan pegawai).
3)
Memperoleh pengertian tentang sistem dan tujuan sekolah.
4)
Mengerti tentang peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah
itu.
5)
Mengerti dan dapat mengenal masyarakat serta lingkungan sekitar.
6)
Mengenal organisasi-organisasi profesional dan etika jabatan, dan
7)
Masalah-masalah penting lainnya yang berhubungan langsung.
b.
Tujuan Orientasi
Dari
uraian singkat di atas, kita mengetahui bahwa tujuan orientasi yang terutama
ialah membawa guru baru untuk dapat segera mengenal situasi dan kondisi serta
kehidupan sekolah pada umumnya, agar selanjutnya dapat mendorong/memberi
motivasi kepada mereka untuk bekerja lebih baik dan bergairah.
Elsbree
dan Reutter mengemukakan bahwa tujuan orientasi yang lebih terutama adalah
memberikan perhatian (attention) kepada guru baru dan mendorong mereka agar
memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Untuk mencapai tujuan pokok ini maka
program orientasi paling sedikit haruslah berisi kegiatan-kegiatan sebagai berikut
:
1)
Mengenalkan kepada guru-guru baru itu secapat mungkin agar mereka segera dapat
mengenal sistem sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah.
2)
Menyediakan bantuan secukupnya agar mereka segera dapat mengenal dan
menyesuaikan diri dengan personel sekolah (guru-guru dan pegawai).
3)
Memberikan bimbingan yang konstruktif dalam mengembangkan kecakapan-kecakapan
mengajar dan sikap-sikap profesional mereka.
4)
Menyediakan kesempatan kepada guru baru untuk turut berpartisipasi langsung
dalam kegiatan-kegiatan sekolah pada umumnya.
c.
Kegiatan-Kegiatan Orientasi
Berdasarkan
arti dan tujuan orientasi seperti telah diuraikan di atas, maka
kegiatan-kegiatan orientasi yang penting yang perlu kita uraikan lebih lanjut
adalah seperti berikut :
1)
Bantuan mendapat perumahan/tempat tinggal yang sesuai
Bagi
mereka orang guru baru, masalah perumahan/tempat tinggal sering merupakan
masalah yang sangat urgen. Bantuan untuk mendapat perumahan/tempat tinggal yang
layak dan wajar bagi seorang guru perlu mendapat perhatian. Tempat tinggal
guru-guru yang berdekatan dengan sekolah pada umumnya lebih menguntungkan bagi
kelancaran jalannya sekolah.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan sekolah dalam rangka memberi bantuan tersebut antara lain dengan jalan :
Beberapa usaha yang dapat dilakukan sekolah dalam rangka memberi bantuan tersebut antara lain dengan jalan :
-
Bekerja sama dengan masyarakat setempat, khususnya POM atau Panitia
Penyelenggara Sekolah yang bersangkutan.
-
Dengan mencarikan rumah sewaan.
-
Membantu meminjami uang dengan pengembalian secara diangsur sesuai dengan
kemampuan guru yang bersangkutan.
-
Menyediakan perumahan guru-guru.
-
Meminjamkan perabot rumah yang diperlukan, dan sebagainya.
2)
Mengenalkan guru baru kepada sistem dan tujuan sekolah
Untuk
dapat memberikan kesempatan kepada guru baru dalam orientasinya terhadap sistem
dan tujuan sekolah, pada permulaan sebaiknya guru itu jangan terlalu banyak
dibebani tugas-tugas. Dengan demikian, guru tersebut diberi kesempatan untuk
bergaul dan mengamati serta mengenal jalannya sekolah secara umum.
Usaha-usaha
lain yang dapat dilakukan ialah dengan jalan :
-
Memberi kesempatan kepada guru baru mempelajari buku-buku, kurikulum, silabus
yang berlaku di sekolah itu.
-
Kepala sekolah, guru-guru, serta pegawai sekolah membantunya dengan memberikan
informasi-informasi yang diperlukan tentang administrasi sekolah, jalannya
sekolah atau sistem yang berlaku di sekolah itu.
-
Mengadakan tanya jawab dan diskusi-diskusi dengan guru baru, baik secara formal
ataupun informal.
3) Mengenalkan guru baru kepada kondisi dan situasi masyarakat lingkungan sekolah
Caranya ialah dengan jalan memberikan informsi-informasi bilamana ia memerlukannya. Beberapa hal yang perlu diperkenalkan untuk diketahui oleh guru-guru baru antara lain :
- Letak dan macam-macam kantor atau instansi lain yang ada di sekitar sekolah itu; seperti kantor pemerintahan setempat, kantor pos, masjid, gereja, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, kantor polisi, rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, dan lain-lain. Jika mungkin dengan nomor telepon dan nama pemimpin masing-masing.
3) Mengenalkan guru baru kepada kondisi dan situasi masyarakat lingkungan sekolah
Caranya ialah dengan jalan memberikan informsi-informasi bilamana ia memerlukannya. Beberapa hal yang perlu diperkenalkan untuk diketahui oleh guru-guru baru antara lain :
- Letak dan macam-macam kantor atau instansi lain yang ada di sekitar sekolah itu; seperti kantor pemerintahan setempat, kantor pos, masjid, gereja, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, kantor polisi, rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, dan lain-lain. Jika mungkin dengan nomor telepon dan nama pemimpin masing-masing.
-
Kehidupan, adat-istiadat serta sifat-sifat masyarakat setempat, seperti antara
lain bagaimana kepadatan dan komposisi penduduknya, maata pencahariannya,
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku, sikap dan perhatiannya terhadap sekolah serta
pendidikan pada umumnya, dan sebagainya.
4) Membantu guru baru dalam perkenalan dan penyesuaiannya terhadp personel sekolah
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan jalan :
-
Memperkenalkan kepada semua guru dan pegawai sekolah dalam suatu pertemuan.
-
Mengadakan pertemuan ramah-tamah di sekolah atau di rumah salah seorang guru,
yang dihadiri oleh semua guru dan staf sekolah.
5)
Membantu guru baru dalam usaha memperbaiki dan mengembangkan
kecakapan-kecakapan mengajarnya
Tidak
semua guru baru sudah pandai mengajar dan memiliki sikap profesional yang
sesuai dengan tuntutan jabatannya. Apalagi guru yang baru saja keluar dari
sekolah guru. Mereka masih perlu bimbingan dan bantuan dalam menjalankan tugas
pekerjaannya.
Beberapa
usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau sepervisor dalam rangka
memperbaiki dan mengembangkan kecapakan-kecakapan mengajar pada guru-guru baru
ialah :
-
Mengadakan evaluasi dengan jalan mengobservasi kegiatan-kegiatan mengajar pada
guru baru, dan membuat catatan-catatan harian. Dari catatan-catatan itulah
kepala sekolah atau supervisor selanjutnya memberikan bimbingan dan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan. Blangko catatan observasi yang memuat
berbagai aspek yang perlu diamati dan dicatat hendaknya telah tersedia di
sekolah.
-
Memberikan kesempatan kepada guru baru untuk mengadakan observation visit atau
kunjungan observasi, yakni mengamati demonstrasi mengajar yang sil dilakukan
oleh guru yang telah berpengalaman, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi
antara mereka.
-
Memberi bimbingan dalam membuat dan merencanakan pekerjaan mereka, seperti
bimbingan dalam membuat persiapan mengajar, memilih bahan pelajaran, memilih
metode mengajar yang sesuai, menentukan kesempatan-kesempatan apa yang
diperlukan untuk mengadakan hubungan sekolah dan masyarakat atau orang tua
murid, cara-cara menggunakan alat-alat peraga dalam mengajar, cara membuat dan
menyusun tes atau soal-soal ulangan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar
murid-murid,dsb.
6)
Membangkitkan sikap-sikap danminat profesional
Pekerjaan
sebagai guru (mengajar) bukan hanya sekedar bekerja untuk mencari nafkah.
Mengajar dan mendidik adalah profesi yang memerlukan suatu keahlian khusus
serta bakat ataupun minat yang besar. Pekerjaan sebagai pendidik adalah juga
tugas yang bersifat sosial dan amal. Tidak semua orang yang telah menyelesaikan
pendidikannya disuatu lembaga pendidikan guru atau sekolah guru akan dengan
sendirinya telah dapat dan suka serta mempunyai minat yang besar terhadap
pekerjaaannya sebagai guru.
Minat
dan kesukaan terhadap suatu pekerjaan akan timbul dari pengalaman dan
kebiasaan, terutama pengalaman yang menyenangkan. Karena berkali-kali mengalami
dan melakukan pekerjaan itu, lama-kelamaan timbullah minat dan rasa cintanya
kepada pekerjaan tersebut.
7) Menyediakan kesemapatan untuk bertukar ide-ide
Pada
umumnya setiap guru baru, apalagi yang baru menyelesaikan pendidikan di sekolah
guru dan langsung bekerja, akan merasa banyak kekurangan, terutama dalam
pengalaman, dibandingkan dengan guru-guru senior yang telah banyak pengalaman.
Akan tetapi, kita tidak boleh beranggapan bahwa setiap guru baru itu lebih
bodoh atau lebih tidak mampu dibanding dengan guru yang sudah lama mengajar.
Mungkin pula sebaliknya; guru baru itu memiliki pengetahuan yang lebih luas dan
up-to date dan sangat berguna bagi perkembangan dan kemajuan di sekolah itu.
hanya dalam hal pengalaman ia memang kurang atau mungkin bahkan belum ada.
Itulah sebabnya dalam rangka orientasi, agar guru baru itu merasa dihargai dan
tidak merasa kecil hati atau merasa rendah diri.
E.
Kode Etik Guru
1.
Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-pncasila.
a.
Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-masing.
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmaniah dan rohaniah) bagi anak didiknya.
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmaniah dan rohaniah) bagi anak didiknya.
c.
Guru harus menghayati dan mengamalkan pancasila.
d.
Guru dengan bersungguh-sungguh mengintensifkan pendidikan moral pancasila bagi
anak didiknya.
e. Guru melatih memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.
e. Guru melatih memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.
f.
Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan pengetahuan keterampilan kepada
anak didik.
2.
Guru ememiliki kejujuran profesional dalammenerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
a.
Gurumenghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya
masing-masing.
b. Guru hendaknya luwes didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
b. Guru hendaknya luwes didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c.
Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa
membeda-bedakan jenis posisi orang tua muridnya.
3.
Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
a.
Komunikasi guru dan anak didik di dalam dan di luar sekolah dilandaskan pada
rasa kasih sayang.
b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluarganya masing-masing.
b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluarganya masing-masing.
c.
Komunikasi guru inihanya diadakan semata-mata bagi kepentingan pendidikan anak
didik.
4.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
a.
Guru menciptakan suasana kehidupan sehingga anak didk betah berada dan belajar
di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepetingan anak didik.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepetingan anak didik.
c.
Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang
disampaikan orang tua murid/masyarakat terhadap kehidupan sekolahnya.
5.
Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
a.
Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
b.
Guru turut mengebarkan program-program pendidikan dan kebudayaan kepada
masyarakat sekitarnya, sehingga sekolah tersebut berfungsi sebagai pembinaan
dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan di tempat itu.
c.
Guru harus berperang agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur
pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
d.
Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya di dalam berbagai aktivitas.
e.
Guru mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya anatara sekolah,
orang tua murid, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar
kesadaran bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
orang tua murid dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
a.
Guru menlajutkan studinya dengan :
1.
Membaca buku-buku;
2.
Mengikuti lokakaryanya, seminar, gerakan kopersai, dan pertemuan-pertemuan
pendidikan dan keilmuan lainnya,
3.
Pengikuti penataran,
4.
Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian.
b.
Guru selalu bicara, bersikaf, dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja sama maupun didalam hubungan keseluruhan.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja sama maupun didalam hubungan keseluruhan.
a.
Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasihati dan
bantu membantu satu sama lainnya, baik dalam hubungan kepentingan pribadi
maupun dalam menunaikan tugas profesinya.
b.
Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan-rekan
seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara keseluruhan maupun secara
pribadi.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
a.
Guru menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang bermaksud membina
profesid an pendidikan pada umumnya.
b.
Guru senantiasa berusaha bagi peningkatkan persatuan di antara sesaa pengabdian
pendidikan.
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-sikap, ucapan-ucapan, dan tindakan-tindakan yang merugikan organisasi.
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-sikap, ucapan-ucapan, dan tindakan-tindakan yang merugikan organisasi.
9.
Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan.
a.
Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
b.
Guru melaksanakan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian.
c.
Guru berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan program pemerintah dalam
bidang pendidikan kepada orang tua murid dan masyarakat sekitarnya.
d.
Guru berusaha menunjang terciptany kepemimpinan pendidikan di lingkungan atau
di daerahnya sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Admnistrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan, pengertian administrasi pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut pandang kerja sama, proses kerja sama itu, sistem dan mekanismenya, manajemen, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, komunikasi dan ketatausahaan.
Admnistrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan, pengertian administrasi pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut pandang kerja sama, proses kerja sama itu, sistem dan mekanismenya, manajemen, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, komunikasi dan ketatausahaan.
Guru
sangat berperan dalam administrasi pendidikan, tugas utama guru yang sebagai
pengelola dalam proses belajar mengajar di lingkungan tertentu, yaitu sekolah
Partisipasi
guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan.
Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada
para guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi
dapat diterapkan untuk memcahkan berbagai masalah pendidikan.
Apabila
administrasi dipandang sebagai proses bekerja dengan orang-orang dan
mengoordinasi usaha mereka ke dalam keseluruhan yang bekerja efisien dan
produktif, maka jelas bahwa tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada
hanya satu orang belaka. Tanggung jawab harus disalurkan secara luas diantara
semua orang yang mengambil bagian dalam program sekolah.
Kode
etik guru merupakan suatu kesepahaman yang mesti disepakati dan dilaksanakan
oleh guru sepenuhnya dimanapun dan kapan pun dia berada. Setiap guru berhak
menjaga nama baik guru dan rekan seprofesinya guna mencitrakan bahwa guru
adalah sosok manusia pendidik yang mematuhi kode etiknya.
Saran
Adapun saran dari penulis adalah bahwa jika administrasi pendidikan di sekolah tidak dipandang dan dianggap serius dalam pelaksanaannya maka sekolah akan menjadi tidak tertib administrasi dan secara otomatis segala tindakan menjadi tidak terencana dan tujuan visi dan misi sekolah susah untuk dicapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin Abdurrachman, Prof. Dr. H.
1971. Teori Pengembangan dan Filosopi Kepemimpinan Kerja. Jakarta : Bhratara.
Bolla, John J. 1985. Supervisi
Klinis. Jakarta : Departemen P dan K, Ditjen Pend. Tinggi PPLPTK.
Chamberlain dan Kindred. The
Teacher and School Organization, Third Edition, Prentice-Hall, Inc, Englewood
Cliffs, N. J.
Ghandler and Petty, Personal
Management Indonesia School Administration, World Book Company, New Yorrk,
Inc., 1963.
TUGAS
MANDIRI
“Guru dan Administrasi
Pendidikan”
Di susun Oleh :
Ilyas
Rozak Hanafi
Semester
III
S1
PAI
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AGUS SALIM METRO LAMPUNG
Tahun Ajaran
2009 / 2010
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur alhamdulillah ke-hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri pada mata kuliah “ADMINISTRASI PENDIDIKAN”, tepat pada waktu yang
telah di tetapkan oleh selaku dosen penggampu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini,
baik berupa materi maupun moril.
Penulis mengharapkan semoga tugas
mandiri ini dapat memberi manfaat kepada semua pembaca. Penulis mnyadari bahwa
tugas mandiri ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas yang akan
datang.Amien………………!
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Metro,
..................2010
Ilyas Rozak
Hanafi
0 komentar:
Posting Komentar