Jumat, 09 Mei 2014

Manfaat Psikologi Pendidikan Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar

MANFAAT PSIKOLOGI BELAJAR
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis) Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif. Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Secara Tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih Strategi Atau Metode Pembelajaran Yang Sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan Bimbingan Atau Bahkan Memberikan Konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi Dan Memotivasi Belajar Peserta Didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan Iklim Belajar Yang Kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6, Berinteraksi Secara Tepat Dengan Siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai Hasil Pembelajaran Yang Adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
KONTRIBUSI PSIKOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.Secara khusus,
 dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran.
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Sistem Penilaian.
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/Kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

TUGAS MANDIRI
“Manfaat Psikologi Pendidikan Belajar
Dalam Proses Belajar Mengajar”

Di susun Oleh :
Ilyas Rozak Hanafi
NIM.
Semester III
S1 PAI







SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AGUS SALIM METRO LAMPUNG
Tahun Ajaran 2009 / 2010


DAFTAR PUSTAKA

(Depdikbud, 1985 :11)
*Penulis adalah Direktur Eksekutif YNTP for research and Development Kabupaten Sumbawa Barat – NTB (Tode Dasan, Desa Dasan Anyar, Kecamatan Jereweh, KSB)
                                   


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
            Puji syukur alhamdulillah ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri pada mata kuliah “PSIKOLOGI BELAJAR”, tepat pada waktu yang telah di tetapkan oleh selaku dosen penggampu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini, baik berupa materi maupun moril.
            Penulis mengharapkan semoga tugas mandiri ini dapat memberi manfaat kepada semua pembaca. Penulis mnyadari bahwa tugas mandiri ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.Amien………………!
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Metro, ..................2010

Ilyas Rozak Hanafi

Ajakan Kepada Kebaikan



AJAKAN KEPADA KEBAIKAN

A.      AJAKAN KEPADA YANG MA’RUF DAN MENJAHUI DARI YANG MUNGKAR

ﻋﻦ ﺣﺬﻴﻔﺔ ﺮﺻﻰ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻠﻧﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻤ ﻘﺎﻝ : ﻮﺍﻠﺫﻱ ﻧﻔﺴﻰ ﺒﻴﺪﻩ ﻠﺘﺎﻤﺮﻥ ﺒﺎﻠﻤﻌﺮﻭﻑﻭﻠﺘﻧﻬﻭﻥ ﻋﻥ ﺍﻠﻤﻧﻜﺮ ﺍﻭ ﻠﻴﻭﺸﻜﻥ ﺍﷲ ﺍﻥ ﻴﺑﻌﺙ ﻋﻠﻴﻜﻤ ﻋﻘﺎﺑﺎ ﻤﻨﻪ ﺛﻤ ﺗﺪﻋﻭﻨﻪ ﻔﻼ ﻴﺴﺗﺟﺎﺏ ﻠﻜﻤ (ﺮﺍﻭﻩﺍﻠﺮﻤﺫﻯ)

Terjemah Hadits:
“Huzaifah berkata bahwa Nabi bersabdah, “Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran,atau kalau tidak, pasti Allah akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa, maka tidak diterima doa dari kamu.” (H.R. Tirmidzi).
Penjelasanya
Bahwa umat Islam diperintahkan untuk menjaga saudara-saudaranya sesama manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala kesesatan yang dilarang-Nya. Amar ma’ruf nahi mungkar itu sangat penting dalam ajaran Islam. Mereka yang melakukan akan dapat kemuliaan dan kebahagiaan, sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104).
Kebahagiaan dan keberuntungan bukan saja milik mereka yang melakukan amal ma’ruf nahi mungkar, tetapi bagi mereka yang diajak apabila menuruti ajakan tersebut, manusia terkadang lupa diri, tidak ingat tujuan hidup dan kehendak kemana setelah hidup. Akibatnya, ia berbuat semena-mena tanpa kendali, tidak dapat membedakan mana perbuatan yang pantas dilakukan dan harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus dihindari. keadaan seperti ini harus dihindari atau dikurangi bila ada segolongan orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar.






Maka sesungguhnya mereka telah menolong saudaranya yang tengah lalai tersebut. Allah SWT. Berfirman:
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâßDù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# šcqßÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žzy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÍtã ÒÅ3ym ÇÐÊÈ    
Artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 71).
Sebaliknya orang yang tidak peduli terhadap perbuatan saudaranya sesama muslim, bahkan untuk mengajak melakukan perbuatan yang dilarang syara’ atau merasa senang jika melihat saudaranya terjerumus dalam perbuatan tercela yang dilarang Islam dan dipandang buruk bahkan merintagi mereka yang akan berbuat kebaikan, mereka itu tergolong sebagai orang munafik, Allah SWT. Berfirman:
tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# àM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur OßgàÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ 4 šcrããBù'tƒ Ìx6ZßJø9$$Î/ šcöqpk÷]tƒur Ç`tã Å$rã÷èyJø9$# šcqàÒÎ6ø)tƒur öNåkuÏ÷ƒr& 4 (#qÝ¡nS ©!$# öNåkuŽÅ¡t^sù 3 žcÎ) tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ãNèd šcqà)Å¡»xÿø9$# ÇÏÐÈ    
Artinya:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. At-Taubah: 67).
Demikian Amar maruf nahi mungkar sangat besar pengaruhnya bagi ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun untuk masyarakat. Tidak heran bahwa Al-Quran menyebutkan bahwa amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan salah satu kewajiban dalam Islam yang merupakan umat terbaik. Mereka yang tidak mau menjaklankan amar ma’ruf nahi mungkar sangat dicela dan dianggap telah berbuat kejelekan walaupun ia sendiri tidak melakukanya.
Akan tetapi dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar ini, kita tidak perlu memaksakan diri misalnya, dengan cara-cara tertentu yang bersifat memaksa, sehingga mengakibatkan kita celaka. Setiap da’i hendaklah selalu ingat bahwa kita hanya diperintahkan  melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, sedangkan masalah menurut atau tidaknya orang yang diajaknya diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar diperlukan metode tertentu agar berhasil dengan baik, diantara metode yang diajarkan al-Quran adalah sebagai berikut:
äí÷Š$# 4n<Î) È@‹Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya:
 ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl:125).
Selain itu, dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang hendak melaksanakanya. Nabi SAW. Menawarkan tiga alternatif. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits, yang Artinya:
“Said Al-Khuidri berkata, saya mendengar rasulullah SAW bersabdah, “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, kalau tidak bisa, maka dengan ucapannya, dan kalau tidak bisa, maka dengan hatinya. Namun hati itu selemah-lemahnya iman.” (H.R. Muslim)
            Menurut sebagian ulama, maksud dari hadits di atas bahwa kemungkaran harus diubah dengan:
  1. Kekuasaan bagi para penguasa;
  2. Nasihat atau ceramah bagi para ulama, kaum cerdik pandai, juru penerang, para wakil rakyat, dan lain-lain;
  3. Membencinya dalam hati bagi masyarakat umum
Setiap orang memiliki kekuatan dan kedudukan sendiri-sendiri untuk mencegah kemungkaran. Dengan kata lain, hadits tersebut menunjukan bahwa umat Islam harus berusaha melakukan amar ma’ruf nahi mungkarmenurut kemampuanya, sekalipun hanya melalui hati. Hal itu menunjukan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar sangat penting dalam Islam dan harus dilaksanakan oleh semua umat Islam agar tercipta tatanan hidup yang baik di masyarakat.




            Menurut Al-Faqih abu Laits Samarqandhi, ada lima syarat dalam melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu:
  1. Berilmu
  2. Ikhlas semata
  3. Mengunakan metode yang baik
  4. Sabar dan tenang
  5. Melakukan hal-hal yang diperintahkan (Menyesuaikan ucapan dan perbuatan).
Namun demikian, yang paling penting, sebagaimana telah disebutkan di atas, adalah keinginan dan usaha untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Jika tidak ada usaha dari umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar maka Allah akan memberikan azabnya dan tidak akan menerima do’a kaum muslimin yang ada di tempat itu.

B.     KEUTAMAAN MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN
ﻋﻦ ﺍﺒﻰ ﻫﺮﻴﺮﺓ ﺮﺼﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻘﺎﻞ : ﻘﺎﻞ ﺮﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻤ ﻤﻦ ﺩﻋﺎ ﺍﻠﻰ ﻫﺩﻯﻜﺎﻦ ﻠﻪ ﻤﻦ ﺍﻻﺠﺮ ﻤﺜﻝ ﺍﺠﻮﺮ ﻤﻦ ﺘﺒﻌﻪ ﻻﻴﻧﻘﺺ ﺬﻠﻠﻚ ﻤﻦ ﺍﺜ ﺎﻤﻬﻤ ﺷﻴﺄ (ﺭﻭﺍﻩ ﻤﺴﻠﻤ)
Terjemah Hadits:
“Abu Hurairah r.a. berkataRasullullah SAW bersabdah, “barang siapa yang mengajak kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun,” (H.R. Muslim).
Penjelasan Hadits:
Hadits diatas menjelaskan bahwa orang yang mengajak kepada kebaikan akan mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun. Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa besar sebesar dosa orang yang mengerjakan ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi bahwa hadits tersebut merupakan kabar gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk mengerjakan kebaikan, Allah SWT memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang suka mengajak kepada kebaikan tentu saja bila ajakan itu didasarkan atas niat yang ikhlas, bukan untuk mencari materi dan keuntungan dunia.
            Namun tidaklah demikian, tidaklah bijaksana jika seorang muslim hanya mengharapkan pahala dari melakulan amar ma’ruf dan nahi mungkar, sedangkan dia sendiri lupa untuk mengajak dirinya agar melaksanakan apa-apa yang ia ajarkan kepada orang lain, bagainanapun orang tersebut tidak lepas dari siksa Allah SWT, padahal di dalam Al-Quran telah dijelaskan:



$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 šcqä9qà)s? $tB Ÿw tbqè=yèøÿs? ÇËÈ   uŽã9Ÿ2 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB Ÿw šcqè=yèøÿs? ÇÌÈ  
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. As-Saaf: 2-3)
            Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa mereka yang hanya dapat memberiakan nasihat melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar kepada orang lain, tetapi dirinya lalai, dia tidak akan mendapat pahala, tapi murka Allah SWT. Dan diantara penyebab kesuksesan dakwah Nabi SAW, dalam waktu yang singkat sehingga mampu mengubah bangsa Arab yang terkenal jahiliyah dari segi akhlaknya dan  keras perangainya, adalah sikap beliau yang tidak banyak bicara, tetapi juga melaksanakan segala sesuatu yang beliau ucapkan sebelum orang lain melakukanya. Beliau memberikan teladan dalam melaksanakan dan membuktikan apa yang diucapkanya. Dengan demikian, jelaslah mengajak kepda diri sendiri untuk melakukan kebaikan adalah sangat utama, dan merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam berdakwah. Apalagi jika ia mengajak kepada orang lain dan orang tersebut melakukanya. Perbuatan yang harus dihindari adalah melakukan kejelekan atau mengajak orang lain berbuat kejelekan.
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al-Anshari -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئاً
“Barangsiapa yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti doa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim no. 2674).
Dari Abu Umamah Al-Bahili -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا, لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut di sarangnya, mereka semua  bershalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmizi no. 2685 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 1/36 dan Shahih Al-Jami’ no. 1883).

Kesimpulan

Islam diperintahkan untuk menjaga saudara-saudaranya sesama manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala kesesatan yang dilarang-Nya. dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang hendak melaksanakanya. Nabi SAW. Menawarkan tiga alternatif. Yaitu siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, kalau tidak bisa, maka dengan ucapannya, dan kalau tidak bisa, maka dengan hatinya. dan  orang yang mengajak kepada kebaikan akan mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun. Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa besar sebesar dosa orang yang mengerjakan ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun.

Daftar Pustaka

Rachmat Syafei, Al-Hadis Aqidah Akhlaq Sosial  dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal: 237

Maftuh Ahnan, Kumpulan Hadits Terpilih Shahih Bukhari, Terbit Terang, Surabaya, 2005, hal:  213

Rachmat Syafei, Al-Hadis Aqidah Akhlaq Sosial  dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal: 241

Rachmat Syafei, Al-Hadis Aqidah Akhlaq Sosial  dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal: 243

Maftuh Ahnan, Kumpulan Hadits Terpilih ShahihMuslim, Terbit Terang, Surabaya, 2003, hal:  267

Rachmat Syafei, Al-Hadis Aqidah Akhlaq Sosial  dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal: 245

http://elqolam.myblogrepublika.com/2010/06/17/keutamaan-menyeru-dalam-kebaikan/
hilman03.58
Kitab Riyadush Sholihin karangan Imam Nawawi Al-Bantany syamsisyumus



TUGAS MANDIRI

“Ajakan Kepada Kebaikan”


Di susun Oleh :
Ilyas Rozak Hanafi
NIM.
Semester III
S1 PAI












SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AGUS SALIM METRO LAMPUNG
Tahun Ajaran 2009 / 2010


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr.Wb.

            Puji syukur alhamdulillah ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri pada mata kuliah “HADIST”, tepat pada waktu yang telah di tetapkan oleh selaku dosen penggampu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini, baik berupa materi maupun moril.
            Penulis mengharapkan semoga tugas mandiri ini dapat memberi manfaat kepada semua pembaca. Penulis mnyadari bahwa tugas mandiri ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.Amien………………!

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Metro, ..................2010


Ilyas Rozak Hanafi