AJAKAN
KEPADA KEBAIKAN
A.
AJAKAN KEPADA YANG
MA’RUF DAN MENJAHUI DARI YANG MUNGKAR
ﻋﻦ
ﺣﺬﻴﻔﺔ ﺮﺻﻰ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻠﻧﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻤ ﻘﺎﻝ : ﻮﺍﻠﺫﻱ ﻧﻔﺴﻰ ﺒﻴﺪﻩ ﻠﺘﺎﻤﺮﻥ
ﺒﺎﻠﻤﻌﺮﻭﻑﻭﻠﺘﻧﻬﻭﻥ ﻋﻥ ﺍﻠﻤﻧﻜﺮ ﺍﻭ ﻠﻴﻭﺸﻜﻥ ﺍﷲ ﺍﻥ ﻴﺑﻌﺙ ﻋﻠﻴﻜﻤ ﻋﻘﺎﺑﺎ ﻤﻨﻪ ﺛﻤ ﺗﺪﻋﻭﻨﻪ ﻔﻼ
ﻴﺴﺗﺟﺎﺏ ﻠﻜﻤ (ﺮﺍﻭﻩﺍﻠﺮﻤﺫﻯ)
Terjemah
Hadits:
“Huzaifah
berkata bahwa Nabi bersabdah, “Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu
harus menganjurkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran,atau kalau tidak,
pasti Allah akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa, maka tidak
diterima doa dari kamu.” (H.R. Tirmidzi).
Penjelasanya
Bahwa
umat Islam diperintahkan untuk menjaga saudara-saudaranya sesama manusia,
khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang diperintahkan Allah dan
menjauhi segala kesesatan yang dilarang-Nya. Amar ma’ruf nahi mungkar itu
sangat penting dalam ajaran Islam. Mereka yang melakukan akan dapat kemuliaan
dan kebahagiaan, sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îö�sø:$# tbrã�ãBù'tur Å$rã�÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ì�s3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya:
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104).
Kebahagiaan dan keberuntungan bukan saja milik mereka
yang melakukan amal ma’ruf nahi mungkar, tetapi bagi mereka yang diajak apabila
menuruti ajakan tersebut, manusia terkadang lupa diri, tidak ingat tujuan hidup
dan kehendak kemana setelah hidup. Akibatnya, ia berbuat semena-mena tanpa
kendali, tidak dapat membedakan mana perbuatan yang pantas dilakukan dan harus
dilakukan dan mana perbuatan yang harus dihindari. keadaan seperti ini harus
dihindari atau dikurangi bila ada segolongan orang yang melakukan amar ma’ruf
nahi munkar.
Maka sesungguhnya mereka telah menolong saudaranya
yang tengah lalai tersebut. Allah SWT. Berfirman:
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4
crâ�ßDù't Å$rã�÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ì�s3ZßJø9$# cqßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# cqè?÷sãur no4qx.¨9$# cqãèÏÜãur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4
y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷z�y ª!$# 3
¨bÎ) ©!$# îÍtã ÒOÅ3ym ÇÐÊÈ
Artinya:
“Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 71).
Sebaliknya
orang yang tidak peduli terhadap perbuatan saudaranya sesama muslim, bahkan
untuk mengajak melakukan perbuatan yang dilarang syara’ atau merasa senang jika
melihat saudaranya terjerumus dalam perbuatan tercela yang dilarang Islam dan
dipandang buruk bahkan merintagi mereka yang akan berbuat kebaikan, mereka itu
tergolong sebagai orang munafik, Allah SWT. Berfirman:
tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# àM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur OßgàÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ 4
crã�ãBù't Ì�x6ZßJø9$$Î/ cöqpk÷]tur Ç`tã Å$rã�÷èyJø9$# cqàÒÎ6ø)tur öNåkuÏ÷r& 4
(#qÝ¡nS ©!$# öNåkuÅ¡t^sù 3
cÎ) tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ãNèd cqà)Å¡»xÿø9$# ÇÏÐÈ
Artinya:
“Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah
melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang
fasik.” (Q.S. At-Taubah: 67).
Demikian Amar maruf nahi mungkar sangat besar
pengaruhnya bagi ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun untuk
masyarakat. Tidak heran bahwa Al-Quran menyebutkan bahwa amar ma’ruf dan nahi
mungkar merupakan salah satu kewajiban dalam Islam yang merupakan umat terbaik.
Mereka yang tidak mau menjaklankan amar ma’ruf nahi mungkar sangat dicela dan
dianggap telah berbuat kejelekan walaupun ia sendiri tidak melakukanya.
Akan tetapi dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi
mungkar ini, kita tidak perlu memaksakan diri misalnya, dengan cara-cara
tertentu yang bersifat memaksa, sehingga mengakibatkan kita celaka. Setiap da’i
hendaklah selalu ingat bahwa kita hanya diperintahkan melakukan amar
ma’ruf dan nahi mungkar, sedangkan masalah menurut atau tidaknya orang yang
diajaknya diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar diperlukan metode tertentu agar
berhasil dengan baik, diantara metode yang diajarkan al-Quran adalah sebagai
berikut:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# (
Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4
¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y (
uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya:
”Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl:125).
Selain
itu, dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar harus disesuaikan dengan
kemampuan orang yang hendak melaksanakanya. Nabi SAW. Menawarkan tiga
alternatif. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits, yang Artinya:
“Said
Al-Khuidri berkata, saya mendengar rasulullah SAW bersabdah, “Barang siapa
diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, kalau tidak
bisa, maka dengan ucapannya, dan kalau tidak bisa, maka dengan hatinya. Namun
hati itu selemah-lemahnya iman.” (H.R. Muslim)
Menurut sebagian ulama, maksud dari hadits di atas bahwa kemungkaran harus
diubah dengan:
- Kekuasaan bagi para penguasa;
- Nasihat atau ceramah bagi para ulama, kaum cerdik pandai, juru penerang, para wakil rakyat, dan lain-lain;
- Membencinya dalam hati bagi masyarakat umum
Setiap orang memiliki kekuatan dan kedudukan
sendiri-sendiri untuk mencegah kemungkaran. Dengan kata lain, hadits tersebut
menunjukan bahwa umat Islam harus berusaha melakukan amar ma’ruf nahi
mungkarmenurut kemampuanya, sekalipun hanya melalui hati. Hal itu menunjukan
bahwa amar ma’ruf nahi mungkar sangat penting dalam Islam dan harus
dilaksanakan oleh semua umat Islam agar tercipta tatanan hidup yang baik di
masyarakat.
Menurut Al-Faqih abu Laits Samarqandhi, ada lima syarat dalam melakukan amar
ma’ruf nahi mungkar, yaitu:
- Berilmu
- Ikhlas semata
- Mengunakan metode yang baik
- Sabar dan tenang
- Melakukan hal-hal yang diperintahkan (Menyesuaikan ucapan dan perbuatan).
Namun demikian, yang paling penting, sebagaimana
telah disebutkan di atas, adalah keinginan dan usaha untuk melakukan amar
ma’ruf dan nahi munkar. Jika tidak ada usaha dari umat Islam untuk melakukan
amar ma’ruf dan nahi mungkar maka Allah akan memberikan azabnya dan tidak akan
menerima do’a kaum muslimin yang ada di tempat itu.
B.
KEUTAMAAN MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN
ﻋﻦ
ﺍﺒﻰ ﻫﺮﻴﺮﺓ ﺮﺼﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻘﺎﻞ : ﻘﺎﻞ ﺮﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻤ ﻤﻦ ﺩﻋﺎ ﺍﻠﻰ ﻫﺩﻯﻜﺎﻦ ﻠﻪ ﻤﻦ
ﺍﻻﺠﺮ ﻤﺜﻝ ﺍﺠﻮﺮ ﻤﻦ ﺘﺒﻌﻪ ﻻﻴﻧﻘﺺ ﺬﻠﻠﻚ ﻤﻦ ﺍﺜ ﺎﻤﻬﻤ ﺷﻴﺄ (ﺭﻭﺍﻩ ﻤﺴﻠﻤ)
Terjemah Hadits:
“Abu
Hurairah r.a. berkataRasullullah SAW bersabdah, “barang siapa yang mengajak
kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya
tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak kepada
kesesatan maka baginya dosa sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa
dikurangi dari mereka sedikitpun,” (H.R. Muslim).
Penjelasan
Hadits:
Hadits diatas menjelaskan bahwa orang yang mengajak
kepada kebaikan akan mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan
ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun. Begitu pula orang yang mengajak kepada
kesesatan akan mendapat dosa besar sebesar dosa orang yang mengerjakan ajakanya
tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi bahwa hadits tersebut
merupakan kabar gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk
mengerjakan kebaikan, Allah SWT memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang
suka mengajak kepada kebaikan tentu saja bila ajakan itu didasarkan atas niat
yang ikhlas, bukan untuk mencari materi dan keuntungan dunia.
Namun tidaklah demikian, tidaklah bijaksana jika seorang muslim hanya
mengharapkan pahala dari melakulan amar ma’ruf dan nahi mungkar, sedangkan dia
sendiri lupa untuk mengajak dirinya agar melaksanakan apa-apa yang ia ajarkan
kepada orang lain, bagainanapun orang tersebut tidak lepas dari siksa Allah
SWT, padahal di dalam Al-Quran telah dijelaskan:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 cqä9qà)s? $tB w tbqè=yèøÿs? ÇËÈ
uã92 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB w cqè=yèøÿs? ÇÌÈ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. As-Saaf: 2-3)
Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa mereka yang hanya dapat memberiakan
nasihat melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar kepada orang lain, tetapi
dirinya lalai, dia tidak akan mendapat pahala, tapi murka Allah SWT. Dan
diantara penyebab kesuksesan dakwah Nabi SAW, dalam waktu yang singkat sehingga
mampu mengubah bangsa Arab yang terkenal jahiliyah dari segi akhlaknya
dan keras perangainya, adalah sikap beliau yang tidak banyak bicara,
tetapi juga melaksanakan segala sesuatu yang beliau ucapkan sebelum orang lain
melakukanya. Beliau memberikan teladan dalam melaksanakan dan membuktikan apa
yang diucapkanya. Dengan demikian, jelaslah mengajak kepda diri sendiri untuk
melakukan kebaikan adalah sangat utama, dan merupakan salah satu kunci kesuksesan
dalam berdakwah. Apalagi jika ia mengajak kepada orang lain dan orang tersebut
melakukanya. Perbuatan yang harus dihindari adalah melakukan kejelekan atau
mengajak orang lain berbuat kejelekan.
Dari Abu Mas’ud
Uqbah bin Amir Al-Anshari -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah
-shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
مَنْ
دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa
yang menunjuki kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Dari Abu
Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-
bersabda:
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئاً
“Barangsiapa
yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala
orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari
pahala-pahala mereka. Barangsiapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia
mendapatkan dosa seperti doa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa
mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (HR.
Muslim no. 2674).
Dari Abu Umamah
Al-Bahili -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam- bersabda:
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي
جُحْرِهَا, لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya
para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut
di sarangnya, mereka semua bershalawat atas orang yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmizi no. 2685
dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 1/36 dan Shahih
Al-Jami’ no. 1883).
Kesimpulan
Islam diperintahkan untuk menjaga saudara-saudaranya
sesama manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang diperintahkan
Allah dan menjauhi segala kesesatan yang dilarang-Nya. dalam melaksanakan amar
ma’ruf nahi mungkar harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang hendak
melaksanakanya. Nabi SAW. Menawarkan tiga alternatif. Yaitu siapa diantara kamu
melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, kalau tidak bisa, maka
dengan ucapannya, dan kalau tidak bisa, maka dengan hatinya. dan orang
yang mengajak kepada kebaikan akan mendapat pahala sebesar pahala orang yang
mengerjakan ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun. Begitu pula orang yang
mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa besar sebesar dosa orang yang
mengerjakan ajakanya tanpa dikurangi sedikit pun.
Daftar Pustaka
Rachmat Syafei, Al-Hadis
Aqidah Akhlaq Sosial dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000,
hal: 237
Maftuh Ahnan, Kumpulan
Hadits Terpilih Shahih Bukhari, Terbit Terang, Surabaya, 2005,
hal: 213
Rachmat Syafei, Al-Hadis
Aqidah Akhlaq Sosial dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000,
hal: 241
Rachmat Syafei, Al-Hadis
Aqidah Akhlaq Sosial dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal:
243
Maftuh Ahnan, Kumpulan
Hadits Terpilih ShahihMuslim, Terbit Terang, Surabaya, 2003, hal:
267
Rachmat Syafei, Al-Hadis
Aqidah Akhlaq Sosial dan Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2000,
hal: 245
http://elqolam.myblogrepublika.com/2010/06/17/keutamaan-menyeru-dalam-kebaikan/
hilman03.58
Kitab Riyadush
Sholihin karangan Imam Nawawi Al-Bantany syamsisyumus
TUGAS
MANDIRI
“Ajakan Kepada Kebaikan”
Di susun Oleh :
Ilyas
Rozak Hanafi
NIM.
Semester
III
S1
PAI
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AGUS SALIM METRO LAMPUNG
Tahun Ajaran
2009 / 2010
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur alhamdulillah ke-hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri pada mata kuliah “HADIST”, tepat pada waktu yang telah di tetapkan
oleh selaku dosen penggampu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini,
baik berupa materi maupun moril.
Penulis mengharapkan semoga tugas
mandiri ini dapat memberi manfaat kepada semua pembaca. Penulis mnyadari bahwa
tugas mandiri ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas yang akan
datang.Amien………………!
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Metro,
..................2010
Ilyas Rozak
Hanafi
0 komentar:
Posting Komentar