Selasa, 29 Mei 2012

PROPOSAL ANNIVERSARY OF ONTEL LAMPUNG


I.    Pendahuluan

Sepeda ontel merupakan sepeda yang cukup merakyat sampai saat ini,membuat setiap orang dengan mudah bergabung bersama komunitas lokal yang ada didaerah masing-masing.Meski harga sepeda ontel semakin hari semakin membumbung tinggi namun animo masyarakat justru semakin membesar.Kemungkinan hal tersebut disebabkan persoalan sepeda ontel yang sederhana seperti perawatannya mudah sereta onderdil yang mudah ditemukan dan lain-lain.Untuk menyalurkan kegemaran terhadap sepeda ontel dari semua kalangan  membentuk suatu komunitas bagi pecinta sepeda ontel.Maka itu kami menyelenggarakan acara anniversary of ontel Lampung.

II.    Dasar Pemikiran
Anniversary of ontel lampung merupakan program tahunan para komunitas pecinta sepeda ontel seluruh lampung.Berdasarkan ketetapan pergiliran yang telah disahkan oleh komite ontel pada tahun ini anniversary of ontel lampung akan dilaksanakan di Metro.Pada 18 November 2011.

III.    Tujuan
    Anniversary of ontel Lampung yang akan diadakan bertujuan mempererat tali silaturahmi antar pecinta ontel seluruh Lampung.Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan.
IV.    Ruang Lingkup
    Kegiatan yang akan dilaksanankan meliputi diantaranya:Pameran sepeda modifikasi,bazar berbagai onderdil sepeda.
V.    Waktu dan Tempat Kegiatan
    Waktu        :18 November 2011
    Tempat    :Lapangan Kampus Metro
VI.    Peserta
    Kegiatan anniversary of ontel Lampung terbuka untuk seluruh komunitas pecinta sepeda ontel yang berada di Lampung.
VII.    Panitia Pelaksana
        (Terlampir)
VIII.    Anggaran
        (Terlampir)
IX.    Penutup
    Demikian proposal ini kami buat.Tanpa dukungan dari semua pihak,acara ini tidak akan terlaksana dengan baik.
Kami atas nama panitia mengucapkan terimakasih atas perhatian dan kerja samanya dalam menyelenggarakan acara ini.
                                Metro, 21 Oktober 2011
    Ketua                            Sekretaris

Yudi Kurniawan                    Azizah Sefti
Mengetahui,


          Ketua Komite

LAMPIRAN I

Panitia Pelaksana
Penanggung Jawab    :Komite Metro Ontel Lampung
Ketua            :Yudi Kurniawan
Wakil ketua        :M.Fatkhur
Sekertaris        :Azizah Septi Khoirunnisa
Bendahara        :Lutfiana Indah Pratiwi
Konsumsi        :Vivi Agustin Eka Setianingrum
Perlengkapan        :Zulia Novianti
Keamanan        :Kasat Lantas Metro
















LAMPIRAN II

Anggaran
    1.Pengumpulan Dana (rencana)
a.    Phoenik                        =Rp   3.500.000
b.    Teh Botol                        =Rp   2.000.000
c.    Toko Gayeng                        =Rp   1.000.000
d.    Kacang Dua Kelinci                    =Rp   1.500.000
e.    Hits Mild                        =Rp   2.000.000    +
Jumlah                            =Rp 10.000.000   


2.Anggaran Pengeluaran
a.    Konsumsi (rincian)
    Makan 2x  =Rp 8.000 x 2 x 35 panitia    =Rp    560.000
    Aqua gelas=Rp 15.000 x 5 dus        =Rp      75.000
    Snack (5 macam)=Rp 500 x 5 x 200 kepala    =Rp    500.000
    Teh Kotak = Rp 3000 x 200            =Rp    600.000        +   
Jumlah                        =Rp 1.735.000

b.    Sewa Tenda = Rp 800.000 x 2 tenda            =Rp 1.600.000
c.    Sound Sistem                        =Rp 1.000.000
d.    Listrik                            =Rp 1.060.000
e.    Sertifikat 35 lembar : Rp 3.000 x 35 lembar        =Rp   105.000
f.    Surat Menyurat                    =Rp   500.000
g.    Band Rege                        =Rp 4.000.000         +
Jumlah                        =Rp 8.265.000

PENDAPAT BEBERAPA ULAMA TENTANG HADITS-HADITS

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Di kalangan ulama, ustadz dan kyai sudah tersebar bahwa hadits-hadits dha’if boleh dipakai untuk fadhaa-ilul a’maal. Mereka menyangka tentang bolehnya itu tidak ada khilaf di antara ulama. Mereka berpegang kepada perka-taan Imam an-Nawawi yang menyatakan bahwa bolehnya hal itu sudah disepakati oleh ahli ilmu.

Apa yang dinyatakan Imam an-Nawawi rahimahullah tentang adanya kesepakatan ulama yang membolehkan memakai hadits dha’if untuk fadhaa-ilul a’maal ini merupakan satu kekeliruan yang nyata. Sebab, ada ulama yang tidak sepakat dan tidak setuju digunakannya hadits dha’if untuk fadhaa-ilul a’maal. Ada beberapa pakar hadits dan ulama-ulama ahli tahqiq yang berpendapat bahwa hadits dha’if tidak boleh dipakai secara mutlak, baik hal itu dalam masalah ahkam (hukum-hukum) maupun fadha-il.

[a]. Syaikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi menyebutkan dalam kitabnya, Qawaaidut Tahdits: “Hadits-hadits dha’if tidak bisa dipakai secara mutlak untuk ahkaam maupun untuk fadhaa-ilul a’maal, hal ini disebutkan oleh Ibnu Sayyidin Nas dalam kitabnya, ‘Uyunul Atsar, dari Yahya bin Ma’in dan disebutkan juga di dalam kitab Fat-hul Mughits. Ulama yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar Ibnul Araby, Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan Imam Ibnu Hazm. [Qawaaidut Tahdits min Fununi Musthalahil Hadits, hal. 113, tahqiq: Muhammad Bahjah al-Baithar]

[b]. Menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah (Ahli Hadits zaman sekarang ini), ia berpendapat: “Pendapat Imam al-Bukhari inilah yang benar dan aku tidak meragukan tentang kebenarannya.” [Tamaamul Minnah fii Ta’liq ‘ala Fiqhis Sunnah hal. 34, cet. Daarur Rayah, th. 1409 H]

Menurut para ulama, hadits dha’if tidak boleh diamalkan, karena:

Pertama.
Hadits dha’if hanyalah mendatangkan sangkaan yang sangat lemah, orang mengamalkan sesuatu dengan prasangka, bukan sesuatu yang pasti diyakini.
Firman Allah:

“Artinya : Sesungguhnya sangka-sangka itu sedikit pun tidak bisa mengalahkan kebenaran.” [Yunus: 36]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Jöauhkanlah dirimu dari sangka-sangka, karena sesungguhnya sangka-sangka itu sedusta-dusta perkataan.” [HR. Al-Bukhari (no. 5143, 6066) dan Muslim (no. 2563) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Kedua.
Kata-kata fadhaa-ilul a’maal menunjukkan bahwa amal-amal tersebut harus sudah ada nashnya yang shahih. Adapun hadits dha’if itu sekedar penambah semangat (targhib), atau untuk mengancam (tarhiib) dari amalan yang sudah diperintahkan atau dilarang dalam hadits atau riwayat yang shahih.

Ketiga.
Hadits dha’if itu masih meragukan, apakah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau bukan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu (menuju) kepada yang tidak meragukan.” [HR. Ahmad (I/200), at-Tirmidzi (no. 2518) dan an-Nasa-i (VIII/327-328), ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir (no. 2708, 2711), dan at-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.”]

Keempat.
Penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang perkataan Imam Ahmad, “Apabila kami meriwayatkan masalah yang halal dan haram, kami sangat keras (harus hadits yang shahih), tetapi apabila kami meriwayatkan masalah fadhaa-il, targhiib wat tarhiib, kami tasaahul (bermudah-mudah).” Kata Syaikhul Islam: “Maksud perkataan ini bukanlah menyunnahkan suatu amalan dengan hadits dha’if yang tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena masalah sunnah adalah masalah syar’i, maka yang harus dipakai pun haruslah dalil syar’i. Barangsiapa yang mengabarkan bahwa Allah cinta pada suatu amalan, tetapi dia tidak bawakan dalil syar’i (hadits yang shahih), maka sesungguhnya dia telah mengadakan syari’at yang tidak diizinkan oleh Allah, sebagaimana dia menetapkan hukum wajib dan haram.[ Majmuu’ Fataawaa, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XVIII/65).]

Kelima.
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir menerangkan tentang maksud perkataan Imam Ahmad, Abdurahman bin Mahdi dan ‘Abdullah Ibnul Mubarak tersebut, beliau berkata, “Bahwa yang dimaksud tasaahul (bermudah-mudah) di sini ialah mereka mengambil hadits-hadits hasan yang tidak sampai ke derajat shahih untuk masalah fadhaa-il. Karena istilah untuk membedakan antara hadits shahih dengan hadits hasan belum terkenal pada masa itu. Bahkan kebanyakan dari ulama mutaqadimin (ulama terdahulu) hanyalah membagi derajat hadits itu kepada shahih atau dha’if saja. (Sedang yang dimaksud dha’if itu sebagiannya adalah hadits hasan yang bisa dipakai untuk fadhaa-ilul a’maal-pen). [Baaitsul Hatsits Syarah Ikhtishaar Uluumil Hadiits, oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (hal 87), cet. III Maktabah Daarut Turats, th. 1979 M/1399 H atau cet. I Daarul ‘Ashimah, ta’liq: Syaikh al-Albany]

Sebagai tambahan dan penguat pendapat ulama yang tidak membolehkan dipakainya hadits dha’if untuk fadhaa-ilul a’maal. Saya bawakan pendapat Dr. Subhi Shalih, ia berkata: “Menurut pendapat agama yang tidak diragukan lagi bahwa riwayat lemah tidak mungkin untuk dijadikan sumber dalam masalah ahkam syar’i dan tidak juga untuk fadhilah akhlaq (targhib wat tarhib), karena sesungguhnya zhan atau persangkaan tidak bisa mengalahkan yang haq sedikit pun. Dalam masalah fadhaa'il sama seperti ahkam, ia termasuk pondasi agama yang pokok, dan tidak boleh sama sekali bangunan pondasi ini lemah yang berada di tepi jurang yang dalam. Oleh karena itu, kita tidak bisa selamat bila kita meriwayatkan hadits-hadits dha’if untuk fadhaa-ilul a’maal, meskipun sudah disebutkan syarat-syaratnya.” [ Lihat Uluumul Hadiits wa Musthalaahuhu (hal. 211), oleh Dr. Subhi Shalih, cet. 1982 M]

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA HADITS DHA'IF UNTUK FADHAA-ILUL A'MAAL
Di atas sudah saya kemukakan bahwa pendapat yang terkuat adalah pendapat Imam al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Hazm tentang tidak diterimanya hadits dha’if untuk fadhaa-ilul a’maal. Akan tetapi tentunya sejak dulu sampai hari ini masih saja ada ulama yang memakainya. Oleh karena itu, saya bawakan pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany tentang syarat-syarat diterimanya hadits dha’if untuk fadhaa-ilul a’maal, beliau berkata: “Sudah masyhur di kalangan ulama bahwa ada di antara mereka orang-orang yang tasaahul (bermudah-mudah/menggampang-gampangkan) dalam membawakan hadits-hadits fadhaa-il kendatipun banyak di antaranya yang dha’if bahkan ada yang maudhu’ (palsu). Oleh karena itu wajiblah atas ulama untuk mengetahui syarat-syarat dibolehkannya beramal dengan hadits dha’if, yaitu ia (ulama) harus meyakini bahwa itu dha’if dan tidak boleh dimasyhurkan agar orang tidak mengamalkannya yakni tidak menjadikan hadits dha’if itu syari’at atau mungkin akan disangka oleh orang-orang jahil bahwa hadits dha’if itu mempunyai Sunnah (untuk diamalkan).” [Tamaamul Minnah hal. 36.]

Syaikh Muhammad bin Abdis Salam telah menjelaskan hal ini dan hendaklah seseorang berhati-hati terkena ancaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits Samurah di atas). Bila sudah ada ancaman ini bagaimana mungkin kita akan mengamalkan hadits dha’if?

Dalam hal ini (ancaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) terkena bagi orang yang mengamalkan hadits dha’if dalam masalah ahkam (hukum-hukum) ataupun fadhaa-ilul a’maal, karena semua ini termasuk syari’at. [Tabyiinul A’jab (hal. 3-4) dinukil oleh Syaikh al-Albany dalam Tamamul Minnah (hal. 36)]

Al-Hafizh as-Sakhawy, murid al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany t, beliau berkata: “Aku sering mendengar syaikhku (Ibnu Hajar) berkata: “Syarat-syarat bolehnya beramal dengan hadits dha’if:

[1]. Hadits itu tidak sangat lemah. Maksudnya, tidak boleh ada rawi pendusta, atau dituduh berdusta atau hal-hal yang sangat berat kekeliruannya.
[2]. Tidak boleh hadits dha’if jadi pokok, tetapi dia harus berada di bawah nash yang sudah shahih.
[3]. Tidak boleh hadits itu dimasyhurkan, yang akan ber-akibat orang menyandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apa-apa yang tidak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan.”

Imam as-Sakhawi berkata: “Syarat-syarat kedua dan ketiga dari Ibnu Abdis Salam dan dari shahabatnya Ibnu Daqiqiil ‘Ied.”

Imam ‘Alaiy berkata: “Syarat pertama sudah disepakati oleh para ulama hadits.” [ Lihat al-Qaulu Badi’ fii Fadhlish Shalah ‘alal Habibisy Syafi’i (hal. 255), oleh al-Hafizh as-Sakhawi, cet. Daarul Bayan Lit Turats]

Bila kita perhatikan syarat pertama saja, maka kewa-jiban bagi ulama dan orang yang mengerti hadits, untuk menjelaskan kepada ummat Islam dua hal yang penting:

Pertama.
Mereka harus dapat membedakan hadits-hadits dha’if dan yang shahih agar orang-orang yang menga-malkannya tidak meyakini bahwa itu shahih, hingga mereka tidak terjatuh ke dalam bahaya dusta atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua.
Mereka harus dapat membedakan hadits-hadits yang sangat lemah dengan hadits-hadits yang tidak sangat lemah.

Bagi para ulama, ustadz, dan kyai yang masih bersikeras bertahan untuk tetap memakai hadits-hadits dha’if untuk fadhaaa-ilul a’maal, saya ingin ajukan pertanyaan untuk mereka: “Sanggupkah mereka memenuhi syarat pertama, kedua dan ketiga itu?” Bila tidak, jangan mereka mengamalkannya. Kemudian apa sulitnya bagi mereka untuk mengambil dan membawakan hadits-hadits yang shahih saja yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dan kitab-kitab hadits lainnya. Apalagi sekarang -alhamdulillah- Allah sudah mudahkan adanya kitab-kitab hadits yang sudah dipilah-pilah antara yang shahih dan yang dha’if. Dan kita berusaha untuk memiliki kitab-kitab itu, sehingga dapat membaca, memahami, mengamalkan dan menyampaikan yang benar kepada ummat Islam.

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]




seluruh artikel dan tulisan di situs almanhaj.or.id dapat disebarluaskan, dengan mencantumkan sumbernya dan tetap menjaga keilmiahan



Admiral
DPC-Card center

PELATIHAN SHALAT KHUSYU’

shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam
Abu Sangkan
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
SHALAT
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah 2 :153)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak  mereka bersedih hati. (Al Baqarah 2 :277)

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk .(Al Maa’idah 5:55)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab   dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah   adalah  lebih  besar  . Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al ‘Ankabuut 29:45)

PENDAHULUAN
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ “(Al Baqarah 2 :45)

Berbagai persoalan sering mempengaruhi kita: kegelisahan, kecemasan, putus asa; hingga kita mengalami stress, sakit atau depresi.
Sebenarnya shalat khusyu’ dapat dikembangkan untuk mengatasinya. Rasa khusyu’ bukan diciptakan, hanya dengan memasuki dan menerima saja.

Metodenya secara psikologis dan fisiologis yaitu mempelajari pikiran & jiwa serta posisi tubuh, menerapkan dengan konsentrasi dan kemauan mendekatkan diri kepada Ilahi secara disiplin, maka kita akan melakukan perjalanan ruhani menuju spiritual yang tinggi.

Teknik khusyu’ adalah mengeksploitasi harmoni dan keseimbangan dua hal yang berlawanan: jasmani-ruhani, otak kiri-kanan, energi positif-negatif.

Shalat khusyu’ akan membangkitkan rasa ihsan saat pertemuan dengan
Allah. Sebuah pancaran nur ilahi yang menjelma menjadi perilaku akhlaq yang mulia.

SHALAT MERUPAKAN PERJALANAN RUHANI MENUJU ALLAH
 “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan shalat untuk mengingat Aku” (Thaha 20:14)

Shalat merupakan aktivitas menapaki jalan spiritual untuk mempertemukan aku yang fana (diri) dengan Aku yang kekal (kekuatan ilahiah/divine power).
Ketika shalat, ruhani bergerak menuju Zat yang Maha Mutlak. Pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indra melepaskan diri dari segala macam keruwetan peristiwa di sekitarnya.

Shalat memiliki 5 unsur:
•Meditasi atau doa yang teratur.
•Relaksasi dalam gerakan shalat.
•Hetero/auto sugesti dalam bacaan shalat
•Group therapy dalam shalat jamaah
•Hydro therapy dalam wudhu

Islam menempatkan Zat Yang Maha Mutlak sebagai puncak tujuan ruhani, sandaran istirahatnya jiwa, sumber hidup, sumber kekuatan dan sumber mencari inspirasi

SHALAT MERUPAKAN PERTEMUAN HAMBA DENGAN ALLAH TANPA PERANTARA
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang khusyu’ yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemukan Tuhannya dan bahwa mereka kembali kepada-Nya. (Al Baqarah 2:45-46)

Perasaan khusyu’ tidak mungkin bisa didapatkan, jika kita tidak memiliki kesadaran dan kepercayaan, bahwa sebenarnya di saat shalat kita sedang berhadapan dengan Allah.

Saat shalat, jiwa diarahkan kepada Zat yang Maha Tak Terbatas, maka jiwa akan merasa seperti kembali dan tidak terkukung oleh benda yang mengikatnya. Ruh akan mengalami kebebasan, pencerahan dan ketenangan.

“sesungguhnya aku berasal dari Allah dan kepadaNya aku kembali”. Shalat = mi’raj, naiknya ruh meninggalkan ikatan nafsu menuju ke hadirat Allah yang Maha Tinggi

Shalat khusyu:
•Menimbulkan etos kerja yang profesional dan bertanggung jawab.
•Memberi efek ketenangan,  kepuasan dan rasa bahagia.

MENGEVALUASI ULANG SHALAT KITA
 “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai akan shalatnya, orang-orang yang berbuat riya” (Al Ma’un 1007:4-6)
“Hai orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kalian ucapkan…” (An Nisa’ 4:43)

Hadist Nabi:
“Kececeran yang pertama akan kamu alami dari agamamu ialah amanat, dan kececeran yang terakhir ialah shalat. Dan sesungguhnya (akan terjadi) orang-orang melakukan shalat, sedang merekan tidak berakhlak”.
Hadist Nabi:
“Amal yang pertama ditanyai Allah pada hamba di hari akhirat nanti adalah amalan shalat. Bila shalatnya dapat diterima, maka akan diterima seluruh amalnya, dan bila shalatnya ditolak akan tertolak pula seluruh amalnya”

Evaluasi diri dengan pertanyaan:
“Kemana saya harus meminta pertolongan ketika saya gelisah atau ketika saya tidak mampu mengatasi/ menjawab persoalan yang pelik? Apakah jawabannya shalat?

Kita tidak pernah menyadari untuk memanfaatkan shalat sebagai alat penolong, sumber hidup, penerang jiwa dan tampat kita bertanya tentang persoalan yang sulit dipecahkan.

MENGAPA SHALAT KHUSYU’ SULIT DIDAPAT?
 “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Al Baqarah 2:185)

Secara fitrah manusia menginginkan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Lantas – sesuatu apa yang hilang?
Apakah shalat hanya beban/kewajiban?
Apakah kita shalat karena takut neraka?
Bagaimana bermeditasi (untuk menemukan atau merebut kembali sesuatu yang hilang)?
Pelaku meditasi: menunjukkan adanya kebahagiaan, perasaan nyaman, ketagihan pada keadaan hening dan damai.

Padahal shalat memiliki manfaat:
•Tuntunan meditasi transendental.
•Efek kesehatan, relaksasi.
•Terapi fisik, pikiran dan jiwa yang sangat sempurna.

Shalat secara sederhana dan konkrit akan membawa kita pada kebahagiaan, ketenangan, cinta dan rindu.
Kita hanya mendapatkan, bukan menciptakan rasa khusyu’

MENCOBA KONSENTRASI
 “Berapa banyak orang yang shalat namun hanya mendapatkan rasa capek dan lelah” (HR Abu Dawud).

•    Keluhan yang umum saat shalat adalah sulit berkonsentrasi.
•    Upaya memperoleh kekhusyu’an dengan konsentrasi selalu berakhir dengan kegagalan, walaupun syariat telah terpenuhi baik bacaan maupun raka’atnya.
•    Pikiran pergi kemana-mana, tahu-tahu shalat sudah selesai. Otak bekerja sendiri-sendiri.
•    Otak kiri melakukan yang sekuensial, digital, linier, teratur dan logis (ini yang dilatih).
•    Otak kanan dibiarkan liar dan tidak memiliki kemampuan abstraksi, imajinasi, intuisi dan holistik.
•    Akibatnya timbul timbul rasa jenuh & capek

Pada saat shalat
•Otak kiri: menghitung, mengatur raka’at & membaca secara verbal setiap kalimat yang dipola & berulang.
•Otak kanan: memahami dengan emosinya, bagaimana Allah hadir menyambut & memberi respon serta mampu merasakan rahmat yang mengalir ke hatinya.
Bila pikiran dan cara berpikir sudah seimbang, tubuh dan jiwa akan mengikuti kehendak pikiran = awareness.
Ini adalah sinergi yang diharapkan dapat menampilkan kualitas shalat kita secara optimal.
= ingat belajar mengendarai mobil=

NIAT
“Sesungguhnya segala perbuatan itu disertai niat. Dan seseorang diganjar sesuai niatnya”
(HR Bukhari Muslim)

•    Niat bukanlah sebuah bacaan/mantra, tetapi suatu perbuatan yang didalamnya terdapat kesadaran penuh yang mengalir.
•    Niat merupakan dasar dan bentuk bagi sebuah perbuatan, dimana perbuatan itu sendiri adalah juga isi dari  niat.
Niat adalah kesadaran untuk mempersatukan kegiatan otak kiri dan kanan, sehingga menghasilkan rasa sambung (tuning) dalam shalat maupun ibadah lainnya.
= ingat gerak meditasi Tai Chi=

•aktivitas logika (otak kiri) dan holistik (otak kanan) menghasilkan kekuatan (daya) yang luar biasa. 1 / 0  =  ~
•Nilai etis + perbuatan = moral
•Islam mensyaratkan niat sebagai kontrol, apakah masih berada dalam kesadara ihsan?

TUMA’NINAH,
SEBUAH TEKNIK RELAKSASI DALAM SHALAT
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi s.a.w pernah masuk masjid. Nabi bersabda:”Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk, kemudian bagkitlah I’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu (HR Bukhari, Muslom & Ahmad).

•    Kebanyakan orang mengira bahwa jumlah bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk maupun sujud.
•    Padahal bacaan itu bukanlah sebuah aba-aba dalam shalat kita, sehingga tidak bisa tenang.
•    Kebanyakan dari kitapun telah lupa bagaimana caranya rileks, karena kecepatan dan tekanan hidup.
•    Setiap bacaan yang diulang merupakan aspek meditasi, autoterapi, autosugesti, berdoa, mencari inspirasi, menunggu intuisi/petunjuk, penyembuhan; bahkan untuk menemukan ketenangan yang dalam.
•    Berdiri~ 5 menit, duduk ~5 menit, sujud ~10 menit; total shalat~ 30 menit
•    Shalat  terapi mental & terapi fisik (kendor dan rileks)

•Saat duduk (Iftirasy)-beliau sedang dialog untuk menyelesaikan persoalan yang dirasa rumit dan menunggu jawaban.
•Shalat sebagai alat komunikasi dan memohon pertolongan kepada Allah, serta tempat mengistirahatkan jiwa dan fisik
•shalat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya, shg tubuh terasa segar (fresh)
•Apabila kita melakukan shalat dengan benar, relaksasi yang dalam dan penyerahan total kepada Allah, maka shalat merupakan jalan menjadikan kita berakhlak mulia.

Penelitian otak
Hasil penelitian Alvan Goldstein: Ditemukan adanya zat endorphin dalam otak manusia yaitu zat yang memberikan efek menenangkan yang disebut endogegonius morphin.
•Drs Subandi MA, menjelaskan bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek mirip dengan opiat (candu) yang memiliki fungsi menimbulkan kenikmatan (pleasure principle), sehingga disebut opiat endogen.
Apabila seseorang sengaja memasukkan zat morfin ke dalam tubuhnya, maka akan terjadi penghentian produksi endorphin. Jika pengguna narkoba, menghentikan secara tiba-tiba, orang tersebut akan mengalami sakau (ketagihan yang menyiksa dan gelisah); karena otak tidak memproduksi zat tersebut.
Untuk mengembalikan produksi endorphin di dalam otak bisa dilakukan dengan meditasi shalat yang benar atau melakukan dzikir yang memang dapat memberikan dampak ketenangan.

PERSIAPAN UNTUK LATIHAN RELAKSASI DAN OLAH SPIRITUAL (DZIKRULLAH)
Konsep regang, lepas dan rileks adalah hal yang penting dalam relaksasi, yang memungkinkan mengalirkan darah dan mengirimkan energi ke otot-otot yang regang; baik saat berdiri, rukuk, sujud atau duduk.
Bentuk aktivitas yang memberi efek relaksasi:
•    Merebahkan tubuh
•    Berdiri seperti anak balita
•    Mendengar suara alam (air, angin, dll)
•    Wewangian
•    Menguyur dengan air
•    Menyentuh/meijat  daerah-daerah sensitif (kepala, muka tangan, kaki, dsb)

Aroma therapy:
Aroma mempunyai efek bermacam-macam dan dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang
•Membangkitkan gairah seks: bunga mawar
•Menentramkan & hening: lavender
•Suasana meditatif: kayu cendana
Pilih aroma yang membawa ketentraman

Jadikanlah shalat sebagai sarana berkomunikasi yang akrab, santai, nyaman dan menyenangkan; untuk mencari ketenangan, kedaimaian dan kesehatan.

Ketenangan pikiran merupakan hal yang terpenting untuk memulai berdialog dengan Allah, sehingga kita bisa menerima kehadiran ilham ke dalam jiwa

WUDHU’ MERUPAKAN SYARAT SAH DAN KESEMPURNAAN SHALAT
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan  kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit  atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air  atau menyentuh  perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al Maa’idah 5:6)

“Barangsiapa berwudhu’ lalu dibaguskan wudhu’nya dan dikerjakan shalat dua rakaat, dimana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu’ dan shalat itu sesuatu hal duniawi, niscaya keluarlah dia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya”

(HR Bukhari & Muslim)
Ketika berwudhu’, seyogyanya kita melakukan sebagai bentuk peribadatan seperti halnya shalat; karena wudhu’ merupakan prosesi pembersihan jiwa yang dituntun oleh Rasulullah saw.
Cara ini ditempuh dalam rangka mempersiapkan diri menghadap Allah Yang Maha Suci.

•Kesempurnaan shalat sangat tergantung kepada kesempurnaan wudhu’nya.
•Jika wudhu’nya tidak dalam keadaan ingat kepada Allah, maka tidak akan memberikan dampak apa-apa pada jiwa kecuali basah

Wudhu’ adalah ibadah dzikir yang merupakan sarana pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi paling luar (fisik) sampai ke dalam ruhaninya. Jiwa yang bersih akan terjalin komunikasi dengan Allah dan mendatangkan sinar dari kebeningan hati.

LATIHAN TAHAP PERTAMA
LATIHAN WUDHU’
1.    Mulailah dengan mengucapkan “Bismillahirrahmannirrahim”. Hubungkan jiwa anda kepada Allah, rasakan anda sedang melakukan proses pembersihan tubuh dan jiwa.
2. Cucilah kedua tangan dengan air mutlak – pastikan hati tetap tersambung kepada Allah sampai muncul getaran rasa tenang dan sejuk di dada.
3. Bersihkan mulutnsebagai bagian proses pembersihan jiwa dengan berkumur-kumur.
4. Bersihkan ke dua lubang hidung – hayati dengan perasaan dan lakukan perlahan, tidak terburu-buru sebab hal ini akan menutup rasa sambung/ingat kepada Allah
5. Hadirkan jiwa anda kepada Allah, bahwa anda sedang melakukan pembersihan jiwa. Kehadiran jiwa ini akan membuat rasa menjadi sangat hening dan peka serta getaran kesambungan semakin kuat.
6. Basuhlah muka anda dengan air perlahan sekali sambil dirasakan …ulangi 3x
7. Selanjutnya basuhlah kedua lengan sampai siku, mengusap rambut kepala, mengusap daun telinga dan kedua kaki …. Semua dilakukan perlahan. Lakukan dengan tetap tersambung kepada Allah sehingga getaran kekhusyu’an dalam wudhu’ akan terbawa terus sampai kita melakukan shalat.
8. Sempurnakan dan diamlah sejenak lalu berdoa

LATIHAN SHALAT
1.    Heningkan pikiran anda agar rileks. Usahakan tubuh kendor sampai terasa nyaman dan tidak perlu mengkonsentrasikan pikiran.
2. Biarkan tubuh meluruh, agak dilemaskan atau bersikap serileks mungkin.
3. Rasakan getaran kalbu yang bening dan sambungkan rasa itu kepada Allah.
(Umumnya jika tersambung, suasana sangat hening dan tenang serta terasa getarannya menyelimuti jiwa dan fisik; sehingga pikiran tidak liar)
4. Bangkitkan kesadaran diri, bahwa anda sedang berhadapan dengan Zat yang Maha Kuasa, Yang Meliputi Segala Sesuatu, Yang Maha Hidup, Yang Maha Suci dan Yang Maha Agung.
•Sadari bahwa anda akan memuja dan bersembah sujud kepadanya serendah-rendahnya,dan menyerahkan segala apa yang ada pada diri anda
•Biarkan ruh anda mengalir pergi dengan suka rela menyerahkan diri kepada Allah semata.
5. Berniatlah dengan sengaja dan sadar, sehingga muncul getaran rasa yang sangat halus dan kuat menarik ruhani meluncur kehadiratNya, seraya ucapkan “ ALLAHU AKBAR”.
•Jagalah getaran tadi dengan meluruskan niat: inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamawaati wal ardh, haniifan musliman wama ana minal musyikin (sesungguhnya aku menghadap kepada wujud Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan selurus-lurusnya dan aku bukan termasuk orang yang syirik).
•Rasakan kelurusan jiwa anda yang terus bergetar menuju Allah, lalu menyerahkan secara total: inni shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil’alamin (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semata.
6. Rasakan keadaan berserah masih menyelimuti getaran jiwa Anda.
•    Bacalah setiap ayat dengan tartil – pastikan getaran pasrah menyertai bacaan dihadapanNya.
•    Kemudian lakukan rukuk, biarkan badan membungkuk dan rasakan – pastikan ruh anda perlahan-lahan turut rukuk dengan perasaan hormat dan pujilah Allah Yang Maha Agung: “subhaana rabbiyal adiimi wabihamdihi”.
    (jika antara ruhani dan fisik seirama, maka getaran itu akan bertambah besar dan kuat, bertambah kuat pula kekhusyu’an yang terjadi)
7. Setelah rukuk, anda berdiri kembali sambil mengucapkan pujian kepada Zat Yang Maha mendengar:” samiallahu liman hamidah” (semoga allah mendengar orang yang memujiNya)
•Lalu, setelah kedua tangan diturunkan, ucapkan: “rabbana wa lakal hamdu millussamawati wamil ul ardhi wamiluma syi’ta min syai in ba’du” (Ya Tuhan, milikMu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki sesudah itu).
•Rasakan sampai ruhani anda mengatakan dengan sebenarnya (jangan sedikitpun tersisa rasa untuk dipuji, yang terjadi adalah keadaan nol; tidak ada beban kecuali hening).
8. Kemudian secara perlahan bersujud serendah-rendahnya sambil berdzikir: “Allahu Akbar”.
•Biarkan tubuh anda bersujud, rasakan sujud anda agak lama.
•Jangan mengucapkan pujian kedapa Allah Yang Maha Suci “subhanallah wabihambidhi”, sebelum ruh dan fisik anda bersatu dalam satu sujud. (biasanya terasa sekali ketika ruhani memuji Allah dan akan berpengaruh pada fisik, menjadi lebih tunduk, ringan dan harmonis).
9. Selanjutnya, lakukan shalat seperti diatas dengan pelan-pelan, tuma’ninah pada setiap gerakan. Jika anda melakukan dengan benar, getaran jiwa akan bergerak menuntun fisik anda.
    Sempurnakan kesadaran shalat anda sampai salam.

LATIHAN DZIKIR
1. Sehabis shalat, duduklah dengan tenang. Rasakan getaran yang masih membekas.
    Ruhani anda masih merasakan getaran takbir, rukuk, sujud dan penyerahan diri secara total.
    (Biasanya, setelah shalat, getaran jiwa anda terus menerus berdzikir, bukan keluar dari pikiran)
2. Pujilah Allah, agar jiwa kita mendapatkan energi ilahi yang membersihkan hati.
subhanallah ….. Subhanallah……… subhanallah…….
Alhamdulillah ….. Alhamdulillah….. Alhamdulillah……
Laa ilaha illallah….. Laa ilaha illallah….. Laa ilaha illallah….
Allahu akbar….. Allahu akbar….. Allahu akbar…..
3. Anda akan merasakan getaran shalat kapan saja, sehingga suasananya menjadi sangat indah dan damai. Dan ketika shalat tiba, getaran itu akan tambah besar dan menjadi tempat persinggahan jiwa untuk mengisi getaran iman dari kekhusyu’an.
=Agar getaran jiwa tidak tertutup lagi, lakukanlah dzikrullah dalam setiap kesempatan =
4. Berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan akan membantu anda dalam membuka hijab yang terasa sulit ditembus. Dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.
    Ketenangan jiwa itulah anda akan mampu melepaskan jiwa anda menuju kehadirat ilahi dengan sangat mudah

LATIHAN TAHAP KEDUA
Jika telah sampai, harap beritahu kami. Insya Allah akan kami kirimkan latihan berikutnya.

Segala puji bagi Tuhan semesta alam
     Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah . Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
    sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a:
    "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan  kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Al Ahqaaf 46:15)

Pelatihan Menulis


Pelatihan Menulis – Penulis BUKU


Perbuatan baik
Perbuatan baik sangat sulit dilakukan orang jahat dan kejahatan juga
sangat sulit dikerjakan orang baik. Kebajikan sangat mudah bagi orang
baik untuk dilakukan. Demikian pula kejahatan sangat mudah sekali
dikerjakan oleh orang jahat

Memberi dan menerima
Memberi bukanlah kehilangan, menerima bukan suatu kemujuran, memberi
adalah awal dari penerimaan, sedangkan yang menerima hanya akibat dari
pemberian, tidak ada orang yang menerima tanpa memberi, dan tidak ada
orang yang memberi tanpa menerima

Dibawa dan dimiliki
Apa yang dibawa belum tentu miliknya, apa yang dimiliki di dunia ini
tidak akan dibawa. Tetapi apa yang telah diperbuat itu pasti menjadi
miliknya dan akan dibawa

Pikiran adalah pelopor
Pikiran ada pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan
pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati
mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan
pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan
baying-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

Kebencian berakhir
Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas
milik saya, Selama seseorang masih menyimpan pikiran-pikiran seperti
itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.

Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas
hak milik saya, jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-
pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir

Binasa
Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa dalam pertengkaran mereka
akan binasa, tetapi mereka yang dapat menyadari kebenaran ini akan
segera mengakhiri semua pertengkaran

Hukum abadi
Kebencian tak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian, tetapi,
kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci, inilah
hukum abadi

Kebahagiaan bertambah
Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan,
memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan kebenaran dan selalu
waspada, maka kebahagiannya akan bertambah


Life for Success
Hendry Risjawan
Training & Development
PT. AJ. Central Asia Raya (CAR)

Dear All,
Sebelumnya Saya ucapkan Minal Aidin Wal faidzin (mohon maaf lahir dan Bathin )
Mohon maaf baru mengucapkannya sekarang, karena baru saja keluarga kami diberi cobaan oleh Sang Maha Kuasa dengan meninggalnya kakak kami.Saya ucapkan juga terima kasih kepada mas reza atas partisipasinya.
Sebelumnya selama di milis ini kebanyakan pasif , mas reza kebetulan Saya dan pak bambang trim sempat mengadakan pelatihan penulis buku, dan dalam jangka waktu 16 jam kita sudah bisa menulis buku,dan hasil karya tulisan alumni langsung dibuatkan dummy dan dipajang di gerai MQS ( Managemen Qolbu Salim, group perusahaan KH. Abdullah gymnastiar atau A agym ). Bisa saja bagi rekan-rekan yang menyenangi atau bergelut di dunia training menyalurkan aspirasi sharing kelimuan untuk di bukukan, Dan kebetulan pelatihan menulis buku sementara belum diadakan lagi karena berbenturan waktu dengan pak bambang trim ( direktur MQS ), memang disadari peminatnya banyak sekali yang menunggu untuk diadakan kembali, mudah-mudahan Saya bisa koordinasi dan info kembali ke pak bambang serta timnya seperti : Ibu lita, pak ali, pak djarot, dan bu ida.
Untuk lebih jelasnya mas reza bisa hubungi saya via email japri atau HP ( 08122471756 ) atau ke MQS Publishing. Jl. Gerlong Girang Baru No. 4. Kebetulan Saya sekarang juga lagi buat buku, mudah-mudahan bisa cepat selesai.
Terima kasih ya kepada para rekan-rekan semua dan pak moderator

Hermanto Kosasih <hko@centrin.net.id> menulis:
Dear Reza,
Bulan Februari yang lalu, saya ikut training menulis buku di MQ Publishing.
Mereka juga punya percetakan dan toko buku yang mendukung.
Silakan hubungi mereka di 022-91237614. Support mereka sangat baik. Saya
juga sedang proses menerbitkan buku saya yang pertama, tentang EQ.

Salam,
Hermanto Kosasih
PRIME CONSULTING
0816 1980 777

PELAJARAN TENTANG MANHAJ SALAF


Oleh : Asy Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Ubailan

Pembahasan pertama :
Yang dimaksud dengan Salafush Shalih
Ø Secara bahasa
Ibnul Faris berkata : Huruf sin dan lam dan fa’ adalah pokok yang menunjukkan “makna terdahulu” termasuk Salaf dalam hal ini adalah “orang-orang yang telah lampau” dan arti dari القوم السلاف : mereka yang telah terdahulu.

Ø Secara istilah
Para peneliti berbeda pendapat tentang arti dari “Salaf” dan terhadap siapa kata Salaf diberikan, dan pendapat-pendapat ini banyak sekali, tetapi yang paling penting ada 4 pendapat :
1. Sebagian peneliti (dari kalangan para ulama’) berpendapat untuk menentukan madzhab Salaf pada suatu zaman tertentu dan tidak melebihi zaman itu, kemudian mereka yang berpendapat seperti ini menduga bahwa “Fikir Islami” berkembang sesudah itu pada tangan orang-orangnya.
2. Sebagian lainnya berpendapat bahwa Salaf adalah mereka yang bersandar pada nash-nash (teks-teks) saja, dan mereka tidak menta’wilkan sesuatu dengan amal, dan mereka itu (sesudah itu) menyerahkan nash-nash tanpa memahami apa yang menunjukkan padanya, dan menyerahkan maknanya kepada Allah, dan bahwasanya mereka itu tersibukkan dengan berbagai macam ibadah dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah yang mereka pandang paling bermanfaat.
3. Dan ada juga suatu kelompok yang menyangka bahwa apa yang berkembang dari pelajaran-pelajaran amal dalam ilmu kalam, tumbuh dari madzhab Salaf, bukanlah disebabkan pengaruh dari luar.
4. Ada juga (para peneliti) yang menyangka bahwa madzhab Salaf dengan berbagai tujuan-tujuan dan aliran, dan bahwasanya aliran-aliran ini walaupun berbeda-beda dalam manhaj tapi diambil dan tumbuh di tangan ulama’ Islam.
Dan mereka yang berpendapat seperti ini telah salah dalam menentukan yang dimaksud dengan Salaf, yang demikian itu mereka melihat masalah ini tidak benar bila didasarkan pokok-pokok manhaj, dan tidak berjalan di atas jalan yang jelas.
Dan agar kita sampai pada pemahaman yang benar yang menentukan maksud pada istilah Salaf dengan penentuan yang teliti, maka kita diharuskan mengambil pelajaran pada beberapa perkara yang penting dari masalah ini.
Perkara Pertama :
Mengenal penetuan berdasarkan zaman untuk menerangkan permulaan madzhab Salaf.
Dan tentang hal ini juga terdapat berbagai macam pendapat yang terbagi menjadi empat :
1. Di antara para ulama’ ada yang meringkas makna Salaf yaitu hanya para Shahabat Nabi saja.
2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Shahabat Nabi dan Tabi’in (mereka yang berguru kepada Shahabat).
3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata : Bahwa Salaf adalah mereka yang hidup sebelum tahun 300 H (yaitu 1 H hingga 300 H). dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama’ ahli sunnah berpendapat adalah pendapat ketiga yang mana yang dumaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama 300 tahun yang Rasulullah menyebutkan dalam haditsnya.
Perkara Kedua :
Bahwa penentuan zaman tidak cukup untuk memahami makna Salaf, karena kita melihat bahwa kebanyakan dari kelompok-kelompok yang menyimpang dan bid’ah-bid’ah muncul pada masa itu (yaitu masa 300 H).
Oleh karena itu kita menyaksikan kebanyakan para ulama’ membatasi istilah Salaf ini ketika istilah ini diucapakan dengan (menambah) perkataan “As Salafush Shalih”. Walaupun mengucapkan secara mutlak diperbolehkan pada istilah para ulama’ dalam demikian itu.
Oleh karena itu lafadh “Salaf” ketika diucapkan wajib untuk diartikan tidak hanya makna waktu lampau (terdahulu), tetapi wajib diartikan dengan makna para Shahabat Rasulullah, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in dengan syarat iltizam (berpegang teguh) dengan metode mereka (para Shahabat Nabi).
Perkara Ketiga
Bahwa sesudah (adanya) kelompok-kelompok menyimpang dan terjadinya perpecahan, maka menjadilah kandungan arti Salaf sesuai dengan orang yang menjaga keselamatan aqidah (keyakinan) dan metode Islami, sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih yang hidup pada tiga kurun yang mempunyai keutamaan (1 H – 300 H). Dan sebagian dari para ulama’ ada yang mengistilahkan Salaf dengan nama-nama lain yang sesuai dengan syari’at Islam yaitu Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, hanya saja kata Salaf lebih spesifik dari kata Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Pembahasan Kedua
Dalil-dalil berkenaan dengan wajibnya mengikuti Salafush Shalih dan berpegang teguh dengan madzhab mereka.
Ø Dalil dari Al Qur’anul Karim.
Ä (QS. An Nisa’ : 115)
Ä (QS. At Taubah : 100)
Maka Allah mengancam dengan adzab neraka jahannam (dalam ayat 115 surat An Nisa’) bagi siapa mengikuti jalan selain jalan-Nya, dan menjanjikan bagi siapa yang mengikuti (nya) dengan surga dan keridhaan-Nya, (dalam surat At Taubah ayat 100).
Ø Dari dalil Hadits
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Rasulullah telah bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya”. (Muttafaqun alaihi)
Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah : “… Barang siapa di antara kalian yang hidup maka akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib …”. (lihat terjemahan edisi II)
Maka Nabi mengkhabarkan kepada ummat beliau agar mengikuti sunnah beliau dan sunnah para Khualafaur Rasyidin (Abu Bakar, ”’Umar bin Khathab, ”Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) yang hidup sepeninggal beliau. Yang demikian itu ketika mereka terjatuh ke dalam perselisihan dan perpecahan, sebagaimana sabda Rasulullah menyebutkan tentang “Firqatun Najiyah” (kelompok yang selamat) dalam hadits beliau :
مَا أَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِي
“(Kelompok yang selamat adalah) kelompok yang berada di atas pemahamanku dan pemahaman shahabat-shahabatku”.
Maka pengikut mereka (Salafush Shalih) adalah termasuk kelompok yang selamat (Firqatun Najiyah), dan (mereka) yang menjauhi Salafush Shalih adalah termasuk orang-orang yang diancam (dengan siksa).
Dalil dari perkataan Salafush Shalih
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi”.
Dari dia juga, ia berkata : “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh Shahabat Rasulullah, karena para Shahabat Nabi adalah ummat yang paling baik hatinya, dan ummat yang paling dalam ilmunya, dan ummat yang paling baikkeadaannya. Para Shahabat Nabi adalah sesuatu kaum yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya, dan menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan para Shahabat Nabi, dan ikutilah jejak Shahabat Nabi, maka sesungguhnya mereka di atas jalan yang lurus”.
Ä Imam Al Auza’I berkata : “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah dirimu sebagai suatu kaum berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan Shahabat Nabi, dan tahanlah (dirimu) dariapa yang para Shahabat Nabi menahan diri mereka darinya, dan tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena sesungguhnya apa yang meluaskan mereka akan meluaskan dirimu”.
Pokok metode Salaf
Dalam beraqidah (keyakinan)
1. Mereka (Salafush Shalih) mencukupkan dalam mngambil masalah I’tiqat (keyakinan) pada Kitabullah (Al Qur’an) dan (hadits) sunnah Rasulullah.
2. Mereka (Salafush Shalih) berhujjah dalam maslah aqidah dengan hadits-hadits shahih, dan mereka tidak membedakan antara hadits Mutawatir (periwayat haditsnya banyak), dengan hadits ahad (periwayat haditsnya hanya satu). Dan hadits-hadits yang terdapat pembicaraan tentangnya (shahih atau bukan) yang t ersebut dalam kitab-kitab mereka, tidak mereka keluarkan (tulis) untuk menetapkan pokok atau dasar dan hanyalah ….
3. Mereka (yang berpegang pada metode salaf) memahami nash-nash (teks-teks) adalah berdasar dengan perkataan Salafush Shalih, tafsir-tafsir (keterangan-keterangan) Salafush shlaih, dan nukilan-nukilan mereka.
4. Menyerah dan tunduk terhadap wahyu Allah (Al Qur’an) dan beramal dengan nyata, dan tidak mendalam-dalam dalam perkara yang ghaib yang akal tidak sampai padanya.
5. Tidak mendalam-dalam dalam ilmu kalam dan falsafah serta menolak ta’wil secara ilmu kalam.
6. Mengumpulkan di antara nash-nash pada satu masalah.
Keistimewaan aqidah Salaf yang mana dengan aqidah ini Salafush Shalih mempunyai ciri khas dari kelompok-kelompok lain.
1. Bahasa aqidah Salaf diambil dari “mata air yang jernih” (yaitu Al Qur’an dan Al Hadits) jauh dari kotoran hawa nafsu dan subhat-subhat (kesamaran-kesamaran) dan tidak ada ta’wil-ta’wil yang dikutip dari luar.
2. Aqidah Salaf akan meninggalkan dalam jiwa rasa tenang dan tentram, dan menjauhkan seorang muslim dari keragu-raguan serta dugaan-dugaan.
3. Aqidah Salaf menjadikan kedudukan seorang muslim, sebagaimana kedudukan seorang yang mengagungkan Al Qur’an dan sunnah. Karena ia mengetahui bahwa segala apa yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits (yang shahih) adalah haq yang benar dan pada yang demikian itu terdapat keselamatan yang besar, dan keistimewaan yang besar.
4. Aqidah Islamiyyah akan menyudutkan suatu sifat yang Allah meridhainya. (yaitu sifat yang disebutkan) dalam firman Allah : (QS. An Nisa’ : 65)
5. Aqidah Islamiyyah akan menghubungkan dan mengikat seorang muslim dengan Salafush Shalih (pendahulu mereka yang shalih).
6. Aqidah Islamiyyah menyatakan barisan-barisan kaum muslimin dan mengumpulkan kalimat mereka, karena aqidah islamiyyah melaksankan firman Allah : (QS. Ali ‘Imran : 103).
7. dalam aqidah islamiyyah terdapat keselamatan bagi orang yang berpegang padanya….
8. Bahwa berpegang teguh dengan aqidah islamiyyah adalah salah satu sebab yang terbesar untuk kokoh dalam agama.
9. Dalam aqidah islamiyyah terdapat pengaruh yang besar pada perangai dan akhlaq orang yang berpegang teguh dengannya. Kemudian aqidah islamiyyah juga merupakan sebab yang terbesar untuk istiqomah pada agama Allah.
10. Aqidah Islamiyyah sebab yang terbesar dalam mendekatkan diri pada Allah, dan mendapatkan keriadhaan-Nya kemudian yang (dengan mendapatkan keriadhaan-Nya) akan menggiring kita kepada pembicaraan dengan pembahasan yang mempunyai hubungan dengan tulisan di atas.
Kekhususan Manhaj Salaf
1. Kekokohan Salafush Shalih di atas kebenaran dan tidak adanya sikap berbalik (murtad) dari mereka sebagaimana hal ini adalah adat kebiasaan Ahlul hawa (pengikut hawa nafsu). Hudzaifah berkata kepada Ibnu Mas’ud : “Sesungguhnya kesesatan yang benar-benar sesat adalah engkau mengetahui apa yang engkau ingkari, dan engkau mengingakri apa yang engkau ketahui, hati-hatilah engkau dari sikap yang berganti dalam agama, karena sesungguhnya agama Allah adalah satu”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “Secara menyeluruh (dapat dikatakan) kekokohan dan kemantapan dalam ahli hadits dan sunnah. Berlipat ganda dan berlipat ganda (melebihi) ahli kalam dan falsafah”.
Yang demikian itu hasil bahwa apa yang mereka (ahli hadits) di atanya adalah kebenaran dan petunjuk.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “”.
2. Sepakatnya Salafush Shalih dalam masalah aqidah dan tidak adanya perselisihan di antara mereka (dalam masalah aqidah) walaupun zaman dan tempat mereka berbeda. Imam Al Asbahani menyifati hal ini dengan perkataannya : “”.(lihat edisi IV)
3. Keyakinan mereka (Salafush Shalih) bahwa jalan Salafush Shalih adalah lebih selamat, lebih mengetahui, lebih bijaksana, tidak sebagaimana hadits-hadits yang dida’wahkan ahli kalam, bahwa jalan jalan Salafush Shalih lebih selamat sedangkan jalan khalaf lebih mengetahui dan lebih bijaksana.
Syaikhul Islam berkata dalam bantahannya terhadap perkara yang dibuat-buat ini : “Sungguh mereka telah berdusta atas jalan Salafush Shalih, dan mereka sesat dalam membenarkan jalan khlaf, maka mereka mengumpulkan antara kebodohan dengan jalan Salafush Shalih dalam berdusta atas mereka dan antara kebodohan dan kesesatan dengan membenarkan jalan khlaf”.
4. Bahwa Salafush Shalih adalah amnusia yang paling tahu pada keadaan Nabi, perkataan. Dan perkataan beliau, oleh karena itu mereka adalah manusia yang saling cinta terhadap sunnah Nabi dan manusia yang paling bersemangat untuk mengikuti sunnah Nabi, dan manusia yang paling banyak loyalitasnya terhadap Ahlus Sunnah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berklata : “Jika Rasulullah adalah makhluq yang paling sempurna dengan yang paling mengetahui hakikat-hakikat, dan yang paling lurus perkataannya dan keadaannya, mana sudah pasti manusia yang lebih mengetahui terhadap Rasulullah adalah makhluq yang lebih mengetahui tentang itu semua dan adalah manusia yang paling banyak mencocoki Rasulullah dan menyontoh beliau adalah makhluq yang paling utama”.
Yang demikian itu akan jelas, bahwa para Shahabat adalah manusia yang paling berhak dan yang paling pantas untuk menjadi Tha’ifah Al Mansyurah (kelompok yang mendapat pertolongan) dan Firqatun Najiyah (kelompok yang mendapat keselamatan).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “Dengan ini akan jelas dalam manusia yang paling berhak untuk termasuk menjadi firqah Najiyah adalah ahli Hadits, yang mana tidak ada pada mereka manusia yang mereka ta’ashub (fanatik) padanya kecuali Rasulullah. Dan ahli hadits adalah manusia yang paling mengetahui terhadap perkataan dan keadaan Nabi, dan manusia yang paling mampu membedakan antara hadits yang shahih dan hadits yang tidak shahih”.
Dan Imam-Imam ahli hadits adalah orang-orang yang faqih (mengerti) tentang hadits dan ahli dalam mengetahui makar-makar hadits (mereka) membenarkan, mengamalkan dan cinta (terhadap hadits-hadits) dan bersikap loyal terhadap orang yang loyal kepada hadits, dan mereka memusuhi terhadap orang-orang yang memusuhi hadits-hadits.
5. Dan yang paling khusus dari keistimewaan Tha’ifah Al Mansyurah (kelompok yang selamat) adalah semangatnya mereka dalam menyebarkan aqidah shahihah dan agama yang lurus ini di mana Allah mengutus para Rasul-Nya memebawa agama Islam ini, dan keistimewaan yang lain adalah mengajar dan menunjuki manusia, serta menasihati mereka, disamping itu juga membanta atas orang-orang yang menyelisihi dan orang-orang yang ahli bid’ah.
6. Para Salafush Shalih mempunyi sikap berada dibahawa di antara kelompok, Syaikhul Islam Ibnu Tiamiyyah : “Ahli sunnah dalam agama Islam seperti keadaan ahli Islam di antara agama-agama lain”. Kemudian beliau menjelaskan mereka “berada tengah” di tempat lainnya, beliau berkata :

Mereka berada di tengah-tengah dalam masalah sifat-sifat Allah, yaitu antara Ta’til (mereka yang menolak adanya sifat Allah) dan ahli Tamsil (mereka yang menyerupakan sifat-sifat Allah).

Dalam masalah ancaman dariallah berada di tengah antara kelompok Murji’ah dan kelokpok Qadariyyah dab selainnya dan selain mereka.

Dalam masalah yang membahas iman dan agama berada di tengah antara kelompok Khawarij serta Murji’ah dan Jahmiyyah.

Dalam masalah Shahabat-Shahabat Nabi berada di tengah antara kelompok Syi’ah Rafidhah dan kelompok Khawarij.

7. Keistimewaan dari manhaj Salaf (yang lain) adalah sikap para Salafush Shalih yang berpegang teguh pada nama-nama dan istilah-istilah yang berdasarkan syari’at.
8. Keistimewaan yang lain, para Salafush Shalih sangat bersemangat untuk berjama’ah dan bersatu dan mereka menda’wahkan untuk itu dan menganjurkan manusia padanya, serta memperingatkan manusia darinya, dan ini bisa dilihat dari nama mereka yang masyhur adalah “Ahlus Sunnah Wal Jama’ah” dan hal ini sebagaimana terdapat dalam pokok-pokok ilmu (ajaran mereka), dan hal ini ada dalam kehidupan mereka terbukti nyata, terjadi dan diamalkan.
Selesai dengan memuji Allah dan memohon pertolongan kepada Allah, dan shalawat serta salam (kita sampaikan) kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam.

Dialihbahasakan dari Durus al-Manhaj as-Salafi oleh al-Allamah Syaikh Abdullah al-Ubailan. Dipublikasikan di Majalah adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah