Selasa, 29 Mei 2012

Kami Bukan Pahlawan

kami bukan pahlawan
yang kami tahu memang kami harus ada disana
yang kami tahu hati dan jiwa kami sudah disana
yang kami tahu saudara kami membutuhkan kami disana
yang kami tahu penjuru negeri dalam negara kami telah tergoncang
yang kami tahu lautan luas telah mengoyak sebagian negara kami
Pagi itu, 26 Desember 2004
Bagian barat untaian negara kami tergoncang dahsyat
Kiamat telah melanda negeri Cut Nyak Dien
Manusia, hewan dan benda-benda bergetar keras
Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richer menghancurkan serambi mekah
Dalam kebingungan dan kealpaan gelombang air laut datang menghampiri
Gelombang tsunami coba habiskan yang tersisa
Dalam sekejap “Cut Nyak Dien” berlinang air mata
Ratusan ribu anak cucunya mati dan hilang
Ratusan ribu tubuh-tubuh tak bernyawa teronggok kaku
Negeri yang subur telah rata kembali dengan tanah
Allah Akbar
Dosa apa yang telah diperbuat bangsa kami
Kesalahan apa yang telah diperbuat para pemimpinnya?
Doa apa yang dilupakan bangsa kami?
Kesombongan, keserakahan atau perkelahian- kah yang membuat-Mu menegur kami?
Atau adakah Engkau akan menaikkan derajat bangsa kami?
Kami menyerahkan sepenuhnya kepada-Mu
Ada tangisan air mata yang mengalir
Ada tangisan air mata yang mengering
Ada tangisan air mata yang berdarah
Ada kehilangan yang dikasihi
Ada kehilangan yang teramat
Ada kehilangan yang tercampakkan
Ada kehilangan yang akan terukir
Kami bukan pahlawan
Karena kami bukan Cut Nyak Dien
Karena kami bukan Teuku Umar
Karena kami bukan Laksamana Hayati
Karena kami bukan pula Teuku Cik Di Tiro
Karena kami hanyalah seorang anak bangsa

Dipenghujung tahun 2004 ujung banda telah hancur
Gempa dan gelombang tsunami meluluh lantakkan untauian ujung negara kami
Dalam kealpaan yang panjang bangsa kami terbangun
Getaran di ujung banda menggetarkan seluruh nurani bangsa kami
Serentak dari seluruh penjuru negeri bergerak dan bersatu
Bahu membahu tuk membantu
Keluarkan apa yang ada untuk saudara kami di ujung banda
Walaupun itu hanya sekeping uang logam seratus rupiah

Sejenak melupakan pertikaian yang panjang
Sejenak melupakan perbedaan yang ada
Sejenak melupakan permasalahan diri sendiri
Sejenak melupakan para elite politik yang bersaing
Sejenak melupakan pikiran yang lupa bahwa memang kita bersaudara
Sejenak tuk merajut kembali tali persaudaraan yang mulai hilang
Kami bukan pahlawan
Yang kami tahu kami sudah berada disana
Yang kami tahu kami harus berbuat sesuatu untuk saudara kami
Yang kami tahu negeri tempat kami berpijak bisa berlaku seperti halnya di ujung banda
Yang kami tahu saudara kami di Aceh akan berlaku seperti halnya diri kami
Yang kami tahu saudara kami di penjuru negeri juga berlaku seperti halnya diri kami
Kami bukan pahlawan
Karena kami hanya menunaikan hak saudara kami
Karena kami bagian dari saudara kami
Karena kami hanyalah seorang anak bangsa
Kami bukan pahlawan
Karena kami bukan Cut Nyak Dien
yang berjuang membebaskan bangsanya dan rela mati terkubur di pembuangan
Karena kami bukan Laksamana Hayati
seorang laksamana laut wanita gagah berani mengusir penjajah bangsanya
Karena kami bukan Teuku Umar ataupun Teuku Cik Di Tiro
para pemimpin bangsanya yang jujur, berani dan selalu menjadi teladan
Kami bukan pahlawan
Karena kami hanya bagian kecil dari negera ini
Karena kami memang hanya seorang anak bangsa

(Aceh,dua tahun dalam kenangan)
Didedikasikan untuk relawan-relawan aceh dan relawan-relawan dimanapun berada atas ketulusan, panggilan jiwa dan rasa persaudaraan yang telah disemaikan di bumi pertiwi.

Harley B. Sastha

0 komentar: