Senin, 21 Mei 2012

BENCANA ITU


BENCANA ITU


Sejumlah orang sedang duduk bersantai
bersendau gurau di tepi pantai
menikmati hangatnya pasir dan air laut
"Hai, betapa indah ombak bergulung"
teriak salah satu mereka.
Ternyata itu adalah bencana!
Tsunami datang menggulung kota
dengan segala isinya
Orang-orang di pantai yang sedang santai
Orang-orang di stadion yang sedang olahraga
Orang-orang di rumah yang sedang tidur-tiduran
Orang-orang di tempat maksiat
yang sedang terjerat syahwat
Atau orang-orang yang sedang sholat
dan melakukan jihad

Bencana datang tak memandang siapa
Bencana menggulung apa pun yang dia suka
di Aceh, di Serambi Mekkah

Di dekat kota Yogyakarta
Gunung Merapi terbatuk-batuk
mengeluarkan awan panas ratusan derajat
Rumah-rumah dan pepohonan terbakar
sesekali memuntahkan lava minta korban jiwa

Di tepi pantai Parangtritis yang indah
tiba-tiba bumi bergetar dahsyat
mengguncang segala yang ada di permukaannya

Ribuan manusia menjerit histeris
berlarian menghindari reruntuhan rumahnya
Nenek-nenek tua renta
dan anak-anak balita tergeletak tak berdaya
tertimbun puing-puing reruntuhan
Bumi mengamuk, bergetar-getar
menghancurkan isi kota,
rata dengan tanah
Pantai selatan pulau Jawa dilanda gempa

Tak jauh dari pantai
di sebuah kota Delta, dekat Surabaya
Hiruk pikuk aparat kota, sejumlah pengusaha,
dan penduduk saling melontar kata
Tuding menuding 'siapa yang salah'
Rumah-rumah dan hektaran sawah
telah terendam lumpur panas
menyembur dari dalam tanah
Tanya : kenapa?

Ya, kenapa?
Kenapa bencana terus melanda?
Ya, Kenapa?
Kenapa banjir, Tsunami dan gempa
terjadi di mana-mana?
Ya, kenapa?
Kenapa korban terus berjatuhan sia-sia?
Ya, kenapa?
Benarkah Bumi sedang marah?
lya, kenapa?
Jangan-jangan Allah pun telah 'murka'

lyaa, tapi kenapa ... ?!!

Si Bahlul terus saja bertanya ... !!!




KETIKA BENCANA DATANG BERUNTUN

Kenapa bencana datang beruntun kepada kita? Apa salah kita? Apa dosa kita? Bukankah bangsa ini berpenduduk mayoritas umat Islam? Bukankah dasar negara kita adalah Ketuhanan Yang Maha Esa? Bukankah di sini banyak orang pergi haji, yang setiap tahunnya tidak kurang dari 200 ribu orang?

Bukankah di sini juga banyak orang shalat, banyak kumpulan pengajian, doa bersama, dzikir-dzikir, musabaqah tilawatil Qur'an, dan bahkan terus membangun masjid-masjid lewat sumbangan di berbagai jalan raya?

Apa yang salah dengan kita? Jangan-jangan para pemimpinnya banyak dosa? Atau, jangan-jangan para wakil rakyat sering korupsi, dan tak peduli nasib rakyatnya? Atau, jangan-jangan karena para ulama sekarang ini sudah tak menjadi ulama lagi, dan lebih tertarik rebutan kekuasaan politik? Atau, jangan-jangan karena mubaligh dan mubalighatnya yang terpesona oleh berbagai pujian, tampil di tv-tv dan berbagai media dengan baju indah dan merdu-merduan suara? Dan agama tak lebih hanya sebagai hiburan belaka? Berebut rating dan kue iklan semata ... ?!!

Atau, karena kita telah menjadi bangsa yang semakin aneh. Lebih senang menikmati pornografi daripada mendidik generasi muda menjadi orang-orang yang sopan dan berakhlak mulia. Lebih senang melindungi koruptor dan praktek korupsi daripada melibasnya. Lebih senang menghukum pencoleng ayam dari pada pengedar narkoba. Lebih senang melegalkan prostitusi dari pada menghukum mati para pemerkosa dan pelaku woman trafficking...

Entahlah! Kawan saya hanya garuk-garuk kepala. Tak tahu apa jawabnya. Yang jelas, inilah negara kita, Indonesia. Yang sudah 60 tahun merdeka, tak pernah lepas dari kemalangan nasibnya. Bencana penjajahan berganti menjadi bencana politik. Lantas berubah menjadi bencana ekonomi. Kemudian bergeser menjadi bencana moral. Dan kini menuai bencana alam bertubi-tubi...

Ah, kapan bencana-bencana ini sirna? Kapan kita semua merasakan hidup sejahtera, adil dan bahagia sebagai bangsa merdeka? Dan, kapan pula kita semua merasakan indah dan nikmatnya surga dunia? Kepada siapakah kita harus bertanya?

Kalau wakil rakyat sudah tak peduli rakyatnya. Kalau para pemimpin sudah silau oleh kekuasaannya dan sekadar ingin mempertahankan untuk periode berikutnya. Kalau para ulama sudah lupa ilmunya, dan sibuk dengan berbagai aksesori penampilannya. Kalau penegak hukum sudah tak kenal hukum, dan lebih suka menjual perkara. Kalau para orang kaya semakin serakah, dan tiada pernah mau berhenti sesaat pun untuk mengeruk dan menghisap sumber alam sekitarnya. Entahlah, apa jadinya kehidupan bangsa

Dan bukan hanya Indonesia. Kehidupan masyarakat dunia pun kini semakin semrawut dan menggelisahkan. Yang kuat menindas yang lemah. Yang kaya menghisap yang miskin. Yang pintar membodohi dan membodohkan sesamanya. Budaya kelembutan berganti dengan kekerasan. Budaya kesopanan berbalik menjadi jorok dan vulgar. Budaya bangga pada kebaikan berubah menjadi bangga pada kejahatan...

Entah apa yang ada dalam pikiran kita. Kita mengira semua itu bakal membawa dunia pada kehidupan yang sejahtera dan membahagiakan? Damai penuh ketentraman?

Kalau seandainya, anda jadi penguasa bumi, dan berhak menghabisi atau meneruskan kehidupan di planet ini, apakah yang akan anda lakukan? Meneruskan kesemrawutan ini ataukah menghentikan saja sampai di sini?

Boleh jadi anda akan bilang begini: "Ah, dari pada pusing-pusing mikir orang-orang yang tak tahu diri, lebih baik dihabisi saja sampai di sini. Kita bikin saja makhluk baru yang lebih tahu diri.."

Sayangnya kita bukan Sang Penguasa. Jadi kita tak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya mengelus dada. Sedangkan Allah, dengan segala sifat Rahman dan RahimNya, ternyata masih menunggu, apakah manusia segera menyadari kesalahannya...

MENUNGGU KEMATIAN

Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan menghidupkan bumi sesudah matinya.
Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kuburmu).
QS. Ar Ruum : 19

Bumi kita ini sebenarnya sudah sangat tua. Usianya sudah hampir 5 miliar tahun. Penelitian para pakar Geologi dengan menggunakan metode radiosotop menunjukkan hal itu. Maka, tidak heran Bumi mulai memperlihatkan gejala-gejala ketuaannya. Ibarat manusia, semakin renta dan digerogoti oleh penyakit degeneratif. Tulang-tulangnya mulai rapuh, kulitnya mengeriput, otot-ototnya mengeras dan kaku, pikirannya mulai pikun...

Selama 5 miliar tahun itu, bumi telah mengalami berbagai macam peristiwa. Mulai dari kelahiran dirinya sendiri, sampai gilirannya melahirkan berbagai macam makhluk di dalamnya.

Bumi terlahir sebagai anak matahari. Ia dulu bagian dari matahari, ketika masih berbentuk awan panas alias nebula. Awan panas itu berpusar-pusar, dengan bagian tengah yang paling panas. Semakin ke pinggir semakin dingin.

Maka bagian terpinggir pun bertambah dingin, dan mengarah, pada terbentuknya padatan. Menjadi cikal bakal planet. Begitulah, berangsur-angsur terbentuk planet-planet di sekitar matahari. Termasuk planet ke tiga, yang dinamakan Bumi. Seluruh planet di tata surya kita, yang sudah diketahui, ada 8 buah. Yaitu, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Sedangkan Pluto dan Xena, kini bukan kategori planet lagi.

Bumi terlahir berupa magma pijar berbentuk bola berputar. Tidak ada kehidupan apa pun pada awalnya. Karena suhunya ribuan derajat. Maka bebatuan pun leleh karenanya. Allah berfirman di dalam Al Qur’an bahwa Allah menciptakan bumi dari awan panas yang masih berupa asap.

QS. Fush shilat (41) : 11
Kemudian Dia mengarah kepada langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

Di ayat yang lain Allah menginformasikan bahwa langit dan Bumi itu memang dulunya satu. Kemudian dipisahkan antara keduanya. Dalam konteks ini adalah terbentuknya tatasurya.

Ayat berikut ini bisa bermakna universal menunjuk kepada cikal bakat alam semesta, atau bersifat parsial menunjuk kepada cikal bakal tatasurya. Keduanya memiliki proses yang kurang lebih sama. Bahwa benda-benda langit berasal dari kumpulan benda langit lainnya yang lebih besar.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dalam berbagai ayat, Allah bercerita bahwa penciptaan Bumi itu terjadi dalam 2 fase. Penciptaan atmosfernya dalam 2 fase. Dan menciptakan segala isinya dalam 4 fase.

QS. Fush shilat (41) : 9-10
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? Demikian itulah Tuhan semesta alam".

Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Ini adalah penjelasan) bagi orang-orang yang bertanya.

Ayat di atas menggambarkan bahwa Bumi diciptakan Allah dalam dua fase. Yang pertama adalah fase pembentukan habitat dan kawasannya, berupa daratan, gunung-gunung, lautan, dan berbagai fasilitas dasar. Dan yang ke dua adalah fase menciptakan berbagai makhluk hidup seperti tumbuhan, binatang dan manusia. Fase penetapan mekanisme rantai makanan bagi makhluk hidup.

Fase ke dua ini, oleh Allah dibagi lagi menjadi empat fase. Yang pertama, adalah fase ketika Allah menyiapkan komponen dasar kehidupan berupa munculnya unsur-unsur biokimiawi seperti hidrogen, oksigen, karbon dan sebagainya.

Unsur-unsur ini terbentuk di daratan maupun di udara. Di dalam Al Qur’an, Allah menyebut fase itu sebagai fase dimana makhluk manusia belum bisa disebut.

QS. Al Insaan (76) : 1
Bukankah telah datang atas manusia satu fase dari waktu, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Fase ke dua, adalah fase terbentuknya molekul-molekul biokimiawi, terutama air. Maka terbentuklah lautan dan mekanisme hujan. Zat utama yang bertanggungjawab atas munculnya kehidupan di muka bumi. Allah menegaskan bahwa semua makhluk hidup diciptakanNya dari air. Ada yang memahami ini secara harfiah dari molekul air. Ada juga yang memahaminya sebagai dimulai dari wilayah perairan.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Bagi yang memahami segala makhluk hidup diciptakan dari air, mereka menunjuk komposisi cikal bakal makhluk hidup memang didominasi oleh air. Manusia misalnya. Manusia dewasa badannya terdiri dari 70% air. Pada anak-anak lebih besar, yaitu sekitar 80%. Sedangkan pada sel telur dan sperma, komposisinya adalah 96% air. Jadi komposisi air semakin besar ketika kita mengarah ke sumber asal-usulnya.

Sedangkan pemahaman yang ke dua, mengacu kepada munculnya kehidupan di muka bumi untuk pertama kalinya diperkirakan dari wilayah perairan. Kemudian menyebar ke daratan. Hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Namun demikian, kita bisa mengambil kesimpulan secara simultan, bahwa makhluk hidup diciptakan dari air dan sekaligus muncul dari wilayah perairan.

Kenapa demikian? Karena lautan yang terbentuk di permukaan bumi untuk pertama kalinya itulah tempat paling ideal untuk memulai kehidupan. Seluruh zat yang diperlukan sebagai penyusun makhluk hidup ada di dalam lautan.

Air lautan, kita tahu berasal dari berbagai wilayah di permukaan bumi. Mata airnya berasal dari berbagai pegunungan di seantero daratan. la mengalir sebagai air sungai, dan melarutkan berbagai macam mineral dari seluruh wilayah bumi. Semuanya dibawa menuju lautan. Berkumpul di air samudera. Maka, seluruh zat penyusun tubuh makhluk hidup tersedia di sini.

QS. An Nuur (24) : 45
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. Al Baqoroh (2) : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

Air adalah komposisi utama makhluk hidup. Karena itu munculnya kehidupan di suatu planet mesti didahului oleh munculnya mekanisme sirkulasi air yang sempurna terlebih dahulu. Sehingga di ayat tersebut di atas Allah memberikan gambaran, setelah menjadikan bumi sebagai hamparan, Allah menurunkan hujan dari langit. Muncul mekanisme sirkulasi air: air hujan menyirami bumi, menghasilkan mata air, muncul sungai dan danau, lantas menuju ke lautan, dan akhirnya menguap kembali menjadi awan. Awan menghasilkan hujan yang menyebar di seluruh wilayah daratan. Mekanisme seperti ini memungkinkan munculnya kehidupan di muka bumi. Semua wilayah mendapat suplai air, dalam kadar yang berbeda-beda.

QS. Al An'aam (6) : 99
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (keberadaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Itulah fase ke dua dan ke tiga dalam penciptaan makhluk hidup, munculnya mekanisme air, yang kemudian diikuti oleh munculnya tumbuhan dan binatang dalam proses rantai makanan. Allah menetapkan kadar makanan untuk kelangsungan hidup di muka bumi, demikian Dia berfirman.

Sedangkan fase yang ke empat adalah munculnya makhluk berderajat paling tinggi di muka Bumi, yaitu manusia. Masuknya manusia adalah pada fase terakhir, ketika semua fasilitas kehidupan di muka bumi telah tersedia dalam mekanisme yang sempurna. Dalam keseimbangan berkelanjutan.

Sehingga, Allah menyebut segala yang ada ini diciptakan untuk manusia. Semuanya. Baik itu berupa habitat, tumbuh-tumbuhan, maupun binatang. Tetapi celakanya, meski manusia menjadi raja atas semua fasilitas itu, kelak terbukti, manusia pula yang lantas menghancurkan segala keseimbangan di bumi. Yang kemudian mencelakakan dirinya sendiri.

QS. Al Baqoroh (2) : 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

QS. Al Baqoroh (2) : 205
Dan ketika ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.

Begitulah Allah menciptakan Bumi sebagai habitat manusia. Planet istimewa ini telah berusia lanjut, hampir 5 miliar tahun. Meskipun kehidupan manusia modern diperkirakan baru berlangsung sekitar puluhan ribu tahun saja.

Kita semua memang hidup di fase-fase terakhir dari penciptaan Bumi. Fase dimana Bumi justru sedang mendekati ajalnya. Menjelang kematiannya.

Ya, Bumi semakin tua. Kini sedang menunggu datangnya maut. Entah kapan. Yang jelas kondisinya semakin lama semakin memburuk. Para 'dokter' mulai khawatir, Bumi sedang memasuki sekarat. Jika, 'pengobatan' yang diberikan tidak tepat dan segera, maka Bumi tidak akan tertolong lagi.

Celakanya, beban Bumi bukan sedang bertambah ringan. Melainkan semakin berat. Jumlah penduduknya berlipat 400% dalam waktu 100 tahun terakhir. Dari 1,5 miliar manusia di tahun 1900-an menjadi 6 miliar dewasa ini.

Konsekuensinya, Bumi dipaksa untuk menyediakan segala kebutuhan dasar kehidupan manusia seperti makanan, air bersih, energi, dan lain sebagainya secara cepat. Maka bumi pun goyah dan kelimpungan. Hilang keseimbangan. Apalagi, manusia melakukan eksploitasinya secara brutal. Tak mempertimbangkan kondisi Bumi yang sudah melemah. Bumi benar-benar memasuki fase-fase sekarat..!!

QS. Az Zalzalah (99) : 2
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?"...

0 komentar: