Selasa, 29 Mei 2012

Kisah menarik Ahmadinejad ( Presiden Iran ) AHMADINEJAD

  Judul Buku "Ahmadinejad, David di Tengah Angkara   Goliath Dunia"

  Terbitan Himah Teladan, kelompok Mizan.

  Di Balikpapan buku 'mungil' ini harganya Rp.44.000,-,
 
  Dan kini ada Ahmadinejad, seorang tokoh in reality! Seberapa
  sederhanakah beliau ini? Let me tell you. Berikut
  ini saya kutipkan
  sebagian dari yang saya baca dari buku tersebut.
  Konon ketika beliau sudah menjabat sebagai walikota
  Teheran yang
  memiliki populasi lebih
  besar daripada Jakarta ia masih tampil dengan sepatu
  yang
  bolong-bolong. Ia menyapu jalanan Teheran dan bangga
  dengan itu. Sampai
  sekarang pun ia masih tampil dengan kemeja lengan
  panjang sederhana
  sehingga jika kita tidak mengenalnya dan bertemu
  dengannya kita tidak
  akan pernah mengira bahwa beliau adalah seorang
  presiden. Ya presiden
  dari sebuah negara besar. Di Balikpapan di mana saya
  tinggal bahkan
  hampir semua guru rasanya punya jas.
 
  Sebelum menjabat sebagai presiden Iran beliau adalah
  walikota Teheran,
  periode 2003-2005. Teheran, ibukota Iran, kota
  dengan sejuta paradoks,
  memiliki populasi hampir dua kali lipat dari
  Jakarta, yaitu sebesar 16
  juta penduduk. Untuk bisa menjadi walikota dari
  ibukota negara tentu
  sudah merupakan prestasi tersendiri mengingat betapa
  Iran adalah negara
  yang dikuasai oleh para mullah. Ia bukanlah ulama
  bersorban, tokoh
  revolusi, dan karir birokrasinya kurang dari 10
  tahun. Beliau tinggal
  di gang buntu, maniak bola, tak punya sofa di
  rumahnya, dan kemana-mana
  dengan mobil Peugeot tahun 1977. Penampilannya
  sendiri jauh dari
  menarik untuk dijadikan gosip, apalagi jadi
  selebriti. Rambutnya kusam
  seperti tidak pernah merasakan sampo dan sepatunya
  itu-itu terus,
  bolong disana-sini, mirip alas kaki tukang sapu
  jalanan di belanatara
  Jakarta. Nah! Kira-kira dengan modal dan penampilan
  begini apakah ia
  memiliki kemungkinan untuk menjabat sebagai walikota
  Depok saja,
  umpamanya?
 
  Dalam tempo setahun pertanyaan tentang kemampuannya
  memimpin terjawab.
  Warga Teheran menemukan bahwa walikotanya sebagai
  pejabat yang bangga
  bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota, gatal
  tangannya jika ada selokan
  yang mampet dan turun tangan untuk membersihkannya
  sendiri, menyetir
  sendiri mobilnya ke kantor dan bekerja hingga dini
  hari sekedar untuk
  memastikan bahwa Teheran dapat mejadi lebih nyaman
  untuk ditinggali.
 
  "Saya bangga bisa menyapu jalanan di Teheran."
  Katanya tanpa berusaha
  untuk tampil sok sederhana. Di belahan dunia lain
  sosoknya mungkin
  dapat dijadikan reality show atau bahkan aliran
  kepercayaan baru.
  Sejak hari pertama menjabat ia langsung mengadakan
  kebijakan yang
  bersifat religius seperti memisahkan lift bagi
  laki-laki dan perempuan
  (ini tentu menarik hati para wanita di Teheran),
  menggandakan pinjaman
  lunak bagi pasangan muda yang hendak menikah dari 6
  juta rial menjadi
  12 juta rial, pembagian sup gratis bagi orang miskin
  setiap pekan,
  dan menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum
  publik! Ia sendiri
  memilih tinggal di rumah pribadinya di kawasan
  Narmak yang miskin yang
  hanya berukuran luas 170 m persegi. Ia bahkan
  melarang pemberian sajian
  pisang bagi tamu walikota mengingat pisang merupakan
  buah yang sangat
  mahal dan bisa berharga 6000 rupiah per bijinya. Ia
  juga menunjukkan
  dirinya sebagai pekerja keras yang sengaja
  memperpanjang jam kerjanya
  agar dapat menerima warga kota yang ingin mengadu.
 
  Namun salah satu keberhasilannya yang dirasakan oleh
  warga kota Teheran
  adalah spesialisasinya sebagai seorang doktor di
  bidang manajemen
  transportasi dan lalu lintas perkotaan. Sekedar
  untuk diketahui,
  kemacetan kota Teheran begitu parahnya sehingga saya
  pernah dikirimi
  salah satu foto lelucon dari berbagai belahan dunia
  dengan judul "Only
  in _Equot; . salah satunya dari Teheran dengan judul
  "Only in Teheran"
  dengan foto kemacetan lalu lintasnya yang bisa bikin
  penduduk Jakarta
  menertawakan kemacetan lalu lintas di kotanya.
  Secara dramatis ia
  berhasil menekan tingkat kemacetan di Teheran dengan
  mencopot
  lampu-lampu di perempatan jalan besar dan
  mengubahnya menjadi jalur
  putar balik yang sangat efektif.
  Setalah menjabat dua tahun sebagai walikota Teheran
  ia masuk dalam
  finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor
  2005 dari 550
  walikota yang masuk nominasi. Hanya sembilan yang
  dari Asia, termasuk
  Ahamdinejad.
 
  Tapi itu baru awal cerita. Pada tangagl 24 Juni 2005
  ia menjadi bahan
  pembicaraan seluruh dunia karena berhasil menjadi
  presiden Iran setelah
  mengkanvaskan ulama-cum-mlliter Ali Hashemi
  Rafsanjani dalam pemilihan
  umum. Bagaimana mungkin padahal pada awal kampanye
  namanya bahkan tidak
  masuk hitungan karena yang maju adalah para tokoh
  yang memiliki hampir
  segalanya dibandingkan dengannya? Dalam jajak
  pendapat awal kampanye
  dari delapan calon presiden yang bersaing, Akbar
  hasyemi Rafsanjani,
  Ali Larijani, Ahmadinejad, Mehdi Karrubi, Mohammed
  Bhager Galibaf,
  Mohsen Meharalizadeh, Mohsen Rezai, dan Mostafa Min,
  popularitas
  Ahmadinejad paling buncit.
 
  Pada masa kampanye ketika para kontestan mengorek
  sakunya dalam-dalam
  untuk menarik perhatian massa, Ahmadinejad bahkan
  tidak sanggup untuk
  mencetak foto-foto dan atributnya sebagai calon
  presiden. Sebagai
  walikota ia menyumbangkan semua gajinya dan hidup
  dengan gajinya
  sebagai dosen. Ia tidak mampu untuk mengeluarkan
  uang sepeser pun untuk
  kampanye! Sebaliknya ia justru menghantam para calon
  presiden yang
  menggunakan dana ratusan milyar untuk berkampanye
  atau yang bagi-bagi
  uang untuk menarik simpati rakyat.
 
  Pada pemilu putaran pertama keanehan terjadi, Nama
  Ahmadinejad menyodok
  ke tempat ketiga. Di atasnya dua dedengkot politik
  yang jauh lebih
  senior di atasnya, Akbar Hashemi Rafsanjani dan
  Mahdi Karrubi.
  Rafsanjani tetap menjadi favorit untuk memenangi
  pemilu ini mengingat
  reputasi dan tangguhnya mesin politiknya. Tapi
  rakyat Iran punya
  rencana dan harapan lain, Ahmadinejad memenangi
  pemilu dengan 61 %
  sedangkan Rafsanjani hanya 35%. Logika real politik
  dibikin jungkir
  balik olehnya.
 
  Ahmadinejad memang penuh dengan kontroversi. Ia
  presiden yang tidak
  berasal dari mullah yang selama puluhan tahun telah
  mendominasi hampir
  semua pos kekuasaan di Iran, status quo yang sangat
  dominan. Ia juga
  bukan berasal dari elit yang dekat dengan kekuasaan,
  tidak memiliki
  track-record sebagai politisi, dan hanya memiliki
  modal asketisme, yang
  untuk standar Iran pun sudah menyolok. Ia seorang
  revolusioner sejati
  sebagaimana halnya dengan Imam Khomeini dengan
  kedahsyatan aura yang
  berbeda. Jika Imam Khomeini tampil mistis dan
  sufistis, Ahamdinejad
  justru tampil sangat merakyat, mudah dijangkau
  siapapun, mudah dipahami
  dan diteladani. Ia adalah sosok Khomeini yang jauh
  lebih mudah untuk
  dipahami dan diteladani. Ia adalah figur idola dalam
  kehidupan nyata.
  Seorang 'satria piningit' yang mewujud dalam sosok
  nyata.
 
  Sebagaimana mentornya, ia tidak terpengaruh oleh
  kekuasaan. Kekuasaan
  seolah tidak menyentuh karakter-karakter
  terdalamnya. Ia seolah
  memiliki 'kepribadian ganda', di satu sisi ia bisa
  bertarung keras
  untuk merebut dan mengelola kekuasaan, dan di sisi
  lain ia bertarung
  sama kerasnya menolak segenap pengaruh kekuasaan
  agar tidak
  mempengaruhi batinnya. Tidak bisa tidak, dengan
  karakter yang demikian
  kompleks itu seorang revolusioner macam Ahmadinejad
  memang ditakdirkan
  untuk membuat banyak kejutan dan drama pada dunia.
 
  Ia memangkas semua biaya dan fasilitas kedinasan
  yang tidak
  sine-qua-non terutama dengan urusan pribadi. Dalam
  pandangannya, untuk
  mewujudkan masyarakat Islam yang maju dan sejahtera,
  pejabat negara
  haruslah memiliki standar hidup yang sama dengan
  rakyat kebanyakan.,
  mencerminkan kehidupan nyata dari masyarakatnya, dan
  tidak hidup di
  menara gading. Ia menetapkan PPN baru bagi
  orang-orang kaya dan
  mengunakan dananya untuk membangun perumahan bagi
  rakyat miskin. Ia
  membawa 'uang minyak ke piring-piring orang miskin'
  dengan program
  "Reza Love Fund" (Reza adalah Imam ke delapan kaum
  Syiah) dengan
  mengalokasikan 1,3 milyar dollar untuk program
  bantuan bagi kalangan
  muda untuk menikah, memulai usaha baru, dan membeli
  rumah.
 
  Meski mengagumi Imam Khomeini dan hidup asketis
  tidak berarti ia
  konservatif. Ia bahkan tampil moderat. Ketika
  ditanya apakah ia akan
  mengekang penggunaan jilbab yang kurang Islami di
  kalangan remaja
  Teheran, ia menjawab,:"Orang cenderung berpikir
  bahwa kembali ke
  nilai-nilai revolusioner itu hanya urusan memakai
  jilbab yang baik.
  Masalah sejati bangsa ini adalah lapangan kerja dan
  perumahan untuk
  semua, bukan apa yang harus dipakai."
 
  Meski telah terpilih menjadi presiden ia sama sekali
  tidak mengubah
  penampilannya. Ia tetap tampil bersahaja dan jauh
  dari pamor
  kepresidenan. Pada salah satu acara dengan kalangan
  mahasiswa salah
  satu peserta menanyakan penampilannya yang tidak
  menunjukkan tampang
  presiden tersebut. Dengan lugas ia menjawab,:"Tapi
  saya punya tampang
  pelayan. Dan saya hanya ingin menjadi pelayan
  rakyat." Air mata saya
  mengalir membaca ini. Subhanallah! Alangkah rendah
  hatinya pemimpin
  satu ini. Tak salah jika ia dicintai oleh bagitu
  banyak mahluk Tuhan di
  seluruh muka bumi.
 
  Saya tidak ingin menulis lebih panjang tentang tokoh
  satu ini. Saya
  menganjurkan setiap orang untuk membeli bukunya dan
  membacanya sendiri
  dan menikmatinya sebagaimana saya menikmatinya.
  Belikan satu buku untuk
  anak Anda dan biarkan ia mengenal satu tokoh besar
  dunia yang masih
  hidup dan mudah-mudahan kelak dapat mengikuti
  jejaknya. Saya hanya
  ingin menutup tulisan ini dengan pendapatnya mengapa
  ia bersikeras agar
  Iran memiliki teknologi nuklir. Katanya,:"Jika
  nuklir ini dinilai jelek
  dan kami tidak boleh menguasai dan memilikinya
  mengapa kalian sebagai
  negara adikuasa boleh memilikinya? Sebaliknya, jika
  teknonuklir ini
  baik untuk kalian, mengapa kami tidak boleh juga
  memakainya?" Suatu
  argumen sederhana yang tidak mampu dijawab oleh
  negara-negara Barat.
  Itu sebabnya Bush tidak bersedia meladeninya dalam
  suatu tantangan
  debat di PBB.

0 komentar: