Senin, 21 Mei 2012

Guru Kehidupan

Guru Kehidupan

Saya pernah diundang oleh pengajian ibu-ibu disalahsatu mushola.
Saya bercerita bahwa orang baik dan orang jahat adalah guru
kehidupan buat kita. Bukan hanya orang baik yang mengajarkan arti
kehidupan namun juga orang jahat terkadang juga memperkokoh aqidah
kita, tergantung bagaimana kita mampu memetik hikmah pada setiap
kejadian yang kita alami. Jika kita pandai mensyukuri nikmat,
kejadian yang kita anggap sebagai musibah bisa berubah menjadi
berkah.

Selesai pengajian ada seorang ibu menghampiri, ibu tersebut bertutur
bagaimana dirinya dan suaminya menemukan guru kehidupan dari orang
yang jahat. Suami seorang pengusaha namun tidak pernah beribadah,
termasuk tidak pernah menjalan ibadah sholat lima waktu. Sampai pada
suatu hari usaha bangkrut karena krismon, hampir setiap hari
didatangi debt collector untuk menagih hutang. Karena ketakutan
terus diterror, suaminya menjadi rajin sholat lima waktu, puasa
senin kamis bahkan sholat malam untuk memohon kepada Allah SWT
supaya terlepas dari musibah. "Alhamdulillah tidak begitu lama, kami
bisa melunasi hutang dan sampai sekarang suami saya tetap taat
beribadah karena penagih hutang yang berwajah bengis itu."kata ibu
pengajian.

Hikmah dari cerita diatas bahwa penagih hutang yang awalnya dianggap
jahat ternyata mampu merubah sikap orang yang awalnya lupa kepada
Allah SWT menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa sujud memohon
pertolongannya dan berserah diri diharibaanNya. Pada kehidupan
sehari-hari untuk bisa merubah perspektif terkadang kita memang
butuh kondisi kritis. Yang menjadi pertanyaan, apakah perubahan
perilaku itu mesti menunggu kondisi kritis dulu? Bukankah teramat
mahal untuk sebuah perubahan?

Wassalam,

0 komentar: