Selasa, 29 Mei 2012

KENAPA AKU DIUJI


Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh

Di bawah ini ada artikel tentang “Mengapa Aku Diuji” dan artikel terjemahan dari situs islaam.net “Ujian-Ujian Bagi Mukmin”: Fluktuasi Kehidupan Oleh : Syaikh Salim Al-Hilaly.
Semoga bermanfaat,

Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh

KENAPA AKU DIUJI?
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Surah Al-Ankabut ayat 2-3
KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
….” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. -Surah Al-Baqarah ayat 216
KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…-“Surah Al-Baqarah ayat 286
RASA FRUSTASI?
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” - Surah Al-Imran ayat 139
BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. “-Surah Al-Imran ayat 200
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' ”

-Surah Al-Baqarah ayat 45
APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111)

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
…"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." -Surah At-Taubah ayat 129
AKU SUDAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
"... dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." -Surah Yusuf ayat 87-

Ujian-Ujian Bagi Mukmin: Fluktuasi Kehidupan

Oleh : Syaikh Salim Al-Hilaly
Dari : ‘Perjalanan Yang Tak Terelakkan : Penyakit. Kematian dan Kuburan,
Masyarakat Al-Qur’an dan Sunnah Amerika Utara.

Kehidupan manusia di dunia ini tidak tetap. Suatu saat melewati pergantian masa kebahagiaan dan kecemasan, kekuatan dan kelemahan, kekayaan dan kemiskinan, masa sehat dan masa sakit dan sebagainya. Orang beriman yang sesungguhnya adalah orang yang memelihara derajat kebersihan imannya di sepanjang fluktuasi duniawi. Dia terus mengingat Allah dan mengaitkan karunia kepada-Nya. Dan dia berjalan kepada-Nya dalam ketundukan, meminta untuk dibebaskan dari penderitaan.

“Sungguh sangat menakjubkan perkara-perkara orang mukmin ! karena semua keadaannya adalah baik baginya. Dan yang demikian itu tidak mungkin terjadi bagi seseorang kecuali seorang mukmin. Jika dia mendapat nikmat, dia bersyukur, dan ini adalah terbaik baginya, dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, dan ini adalah terbaik baginya.”
(HR. Muslim)
Dan Allah berfirman (yang artinya) :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.“ [Surat Al- Baqarah, 2:155-157]

Maka dari itu, seorang mukmin sudah semestinya menunjukkan terima kasih dan rasa syukur atas semua berkah mengagumkan yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Dan dia memperlihatkan kesabaran dan ketundukan di waktu mengalami sakit dan kesukaran, kelaparan atau penderitaan lainnya.

Penderitaan-Penderitaan Menguntungkan Orang Mukmin

Allah telah menetapkan bahwa, di dalam kehidupan ini, penderitaan-penderitaan dan bencana-bencana menimpa keduanya, bagi orang-orang beriman maupun orang-orang kafir. Bagi orang yang tidak beriman (orang kafir), mereka merasa susah dengan hal itu yang menghalanginya dari aktivitas biasanya di kehidupan duniawi. Bagi seorang mukmin sebaliknya, mereka menganggapnya sebagai waktu istirahat dan introspeksi , ujian-ujian itu menjanjikan ganjaran yang besar, dan sebagai tanda pertaubatan dan pengampunan. Sekecil apapun bencana yang menimpa seorang mukmin, ini membawa kabar gembira dan pengampunan dan menaikkan derajat (di surga). Salafusshalih biasa untuk merasa senang ketika kesukaran menimpa mereka dan melihatnya sebagai tanda pengampunan dan kemurahan Allah.

Pengampunan dari dosa-dosa
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Musibah senantiasa menimpa orang-orang mukmin, baik laki-laki ataupun perempuan, baik pada jiwanya, anak-anaknya, maupun hartanya hingga mereka menghadap Allah dengan tanpa membawa dosa.” (HR. At-Tirmidzi)
Tanda dari Kecintaan Allah
Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari)
Tanda keimanan
"Artinya : Perumpamaan orang mukmin ibarat sebatang pokok yang lentur diombang-ambing angin, kadang hembusan angin merobohkannya, dan kadang-kadang meluruskannya kembali. Demikianlah keadaannya sampai ajalnya datang. Sedangkan perumpamaan seorang munafik, ibarat sebatang pokok yang kaku, tidak bergeming oleh terpaan apapun hingga (ketika) tumbang, (tumbangnya) sekaligus". [Bukhari : Kitab Al-Mardha, Bab I, Hadist No. 5643, Muslim No. 7023, 7024, 7025, 7026, 7027].
Tanda kesalihan
Para nabi dan orang-orang shalih merupakan orang-orang yang paling diuji, dan pahala mereka adalah yang paling besar.

Sa’ad berkata bahwa Rasulullah bersabda : “ Yang paling menderita diantara orang-orang adalah para nabi, kemudian yang paling serupa dengannya, kemudian yang paling serupa dengannya (selanjutnya). Seseorang itu diuji sesuai dengan kadar agamanya, jika kadar beragamanya (imannya) kuat maka ujiannya akan semakin keras, dan jika kadar beragamanya lemah maka ujiannya ringan. Sesungguhnya seorang hamba akan senantiasa diuji sampai dia akan dibiarkan berjalan di muka bumi ini tanpa membawa dosa. (HR. Ahmad, Tirmidzi)

Hukuman yang disegerakan (di dunia)
Anas berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia akan menyegerakan siksanya di dunia, dan bila Allah menghendaki kejelekan bagi hamba-Nya , maka Allah akan menahan siksa-Nya atas dosa-dosanya, hingga akan dibalas pada hari kiamat.” (HR.Tirmidzi)

Pahala yang berlipat-lipat
Anas berkata bahwa Rasulullah bersabda : “ Sesungguhnya besarnya pahala diukur dengan besarnya ujian, dan bila Allah suka kepada suatu kaum, maka mereka diuji. Barangsiapa yang ridho (dengan ketetapan Allah) maka akan menerima keridhoan Allah dan Barangsiapa yang tidak suka (dengan ketetapan Allah), maka akan menerima kemarahan Allah.“ (HR.Tirmidzi)

PAHALA BAGI SUATU PENYAKIT
Seseorang seharusnya tidak melihat sakit sebagai peristiwa yang suram, tetapi harus melihat kebajikan yang besar darinya. Ini merupakan satu bentuk derita yang dengannya Allah menguji hambanya, memberi mereka kesempatan untuk memperoleh pahala, sebagaimana yang dijelaskan di atas, sebagaimana ditegaskan di bawah ini :

Menghapuskan Dosa-Dosa Dan Menaikkan Derajat
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, “ Kapanpun seorang muslim diuji dengan penderitaan dari penyakit maupun yang semisalnya, maka Allah akan mengangkat dosa-dosanya dikarenakan hal itu, seperti sebuah pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Sa’id Al-Khudry berkata bahwa Rasulullah bersabda : “ Tidaklah seorang muslim mengalami musibah, penyakit, kesedihan, kecemasan, kesusahan, atau tekanan jiwa – bahkan tertusuk sebuah duri- kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya atas musibah-musibah tersebut.

Sa’id berkata :
“Saya dulu bersama Salman ketika beliau mengunjungi seoarang yang sakit di Kindah (Persia) dan beliau berkata kepadanya (si sakit) :” Harapkanlah kebaikan karena Allah menciptakan sakit bagi seorang mukmin sebagai penghapusan dosa-dosanya dan waktu untuk beristirahat. Namun, ketika seorang yang tidak beriman (cttn : di hadis yang sama pada artikel ttg sakit, di situs jilbab.or.id penulisnya menulis seorang yang tidak beriman pada artikel ini sebagai -----“fasiq”, ) jatuh sakit, ia seperti seekor unta yang ditinggalkan pemiliknya yang kemudian membiarkannya lepas – ia (unta tsb) tidak mengerti mengapa ia diikat atau dilepaskan.”” (HR.Bukhari)

(Tambahan : Maksudnya, penyakit itu merupakan penebus dosa bagi orang mukmin dan penyebab taubat dan kesadarannya dari kelalaian. Berbeda dengan orang-orang fajir, yang tetap durhaka, tidak terpengaruh oleh penyakitnya dan tidak mau kembali kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa dirinya, agar dia sadar dari kelalaian dan agar kembali kepada kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat, kemudian dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat lalu dilepas lagi. Sumber : artikel di www.jilbab.or.id)


Aisyah berkata :
Suatu ketika Rasulullah terkena beberapa penyakit yang menyebabkan beliau menderita dan berbalik di tempat tidurnya. Dia (Aisyah) berkata “Kalau saja salah seorang dari kita menempuh ini, kamu pasti akan mengutuknya” .Rasulullah menjawab : “Sebuah penyakit ringan ditambah bagi orang shalih. Kapanpun seorang mukmin ditimpa oleh kesukaran, apakah itu disebabkan oleh sebuah duri atau pun lebih dari itu, sebuah dosa diangkat darinya dikarenakan hal itu, dan dia diangkat derajatnya (di surga). (HR.Ahmad)

Tetap Memperoleh Pahala Bagi Perbuatan Yang Dilakukan Sebelum Sakit.

Biasanya, ketika seorang mukmin sakit, dia tidak dapat melakukan kebajikan (sholat, puasa, menolong orang dan sebagainya) dalam jumlah yang sama dengan yang biasa ia lakukan ketika dia sehat. Tetapi karena kebaikan Allah yang Maha Pemurah, Allah meneruskan mencatat perbuatan baik yang terpaksa terhenti dikarenakan sakit.

Abu Musa Al-Ash’ary berkata bahwa Rasulullah bersabda : “ Bagi seorang musafir atau orang yang sakit, amal-amalnya akan dicatat sesuai dengan apa yang biasa dia lakukan ketika dia mukim atau sehat. (HR. Bukhari)

Abdullah bin Amr berkata bahwa Rasululah bersabda : “ Tidak seorang (mukmin) pun yang terkena sakit, melainkan (amal-amalnya) akan dicatat sesuai dengan apa yang biasa dia lakukan ketika dia sehat. (HR. Bukhari)

Anas berkata bahwa Rasululah bersabda :” Tidak seorang muslim pun yang menderita karena Allah, melainkan Dia akan mencatat (amal-amalnya) sesuai dengan apa yang biasa dia lakukan ketika dia sehat – selama dia sakit. Maka, apabila Dia mewafatkannya, Dia mengampuninya; dan jika Dia menyembuhkannya, Dia membasuhnya (dari dosa-dosa). (HR. Bukhari)

'Uqbah Bin 'Aamir berkata bahwa Rasululah bersabda : “ Setiap hari amal-amal ditutup dengannya. Maka, ketika seorang mukmin sakit, malaikat-malaikat berkata : “Wahai Tuhan kami ! Hambamu demikian dan demikian, Engkau telah menahannya (dari melakukan kebaikan hari ini). “Dan Allah menjawab : “Tutup harinya dengan sesuai dengan amal-amalnya (yang biasa dia lakukan) hingga dia sembuh atau meninggal.” (HR.Ahmad)
ALASAN UNTUK PAHALA TERSEBUT

'Atta Bin Rabaah berkata, Ibnu Abbas berkata kepada saya, ”Sukakah kamu saya beritahu mengenai seorang wanita dari penduduk syurga? “Saya menjawab”Tentu saja” Ia berkata :”Dia adalah wanita hitam ini. Ia datang kepada Rasulullah dan berkata : “Saya mempunyai (penyakit ayan)”, dan (jika kumat) badanku tersingkap, maka mohonkanlah kepada Allah untukku”. Dia (Rasululllah) berkata” Jika kamu ingin, bersabarlah dan engkau akan memperoleh surga”; atau jika kamu ingin, saya akan meminta kepada Allah untuk menyembuhkanmu”.
Dia menjawab : “Saya akan bersabar! tetapi badanku akan tersingkap (karena jatuh saat penyakitnya kumat), maka mohonkanlah kepada Allah untukku agar aku tidak tersingkap.” Dan Rasulullah mendo’akannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama mempunyai pendapat yang berbeda mengenai apakah seorang yang sakit akan diganjar karena penyakitnya itu sendiri ataukah karena kesabarannya selama sakit itu. Pendapat yang benar adalah jika dia bersabar dan tunduk kepada kehendak Allah, sebagaimana hadis di atas, di akan diganjar atas keduanya, atas ketundukan dan penyakit. Sebaliknya, ia tidak akan diganjar sedikitpun karena ia benci terhadap ketetapan Allah. Ini sebagaimana yang dipahami dari perkataan Ibnu Hajar Al-Asqolani :
“ Hadis-hadis yang shahih menjelaskan bahwa ganjaran-ganjaran dicatat sewaktu penderitaan menimpa seorang muslim. Mengenai kesabaran dan kepasrahan, mereka adalah kebajikan yang diperuntukkan bagi seorang muslim yang mungkin mendapat ganjaran-ganjaran melebihi semua penderitaan itu.”

'Abdullah Bin 'Amr berkata bahwa Rasulullah bersabda :” Apabila seorang muslim tertusuk oleh sebuah duri di kehidupan dunia ini, dan dengannya ia mencari pahala dari Allah, beberapa dosanya akan diangkat, dikarenakan hal itu, pada hari kiamat.” (HR.Bukhari)

Tests for the Believers: Fluctuation of Life [input] [input] [input] [input] by Shaykh Salîm al-Hilâlî

From 'The Inevitable Journey: Sickness, Death, and the Grave', Quran and Sunnah Society of North America
A persons life in this world is not stable. One passes through alternating periods of happiness and dismay, strength and weakness, wealth and poverty, health and sickness etc. A true believer is one who maintains a clear level of Eemaan throughout the worldly fluctuations. He continues to remember Allah and ascribe the bounties to Him; and he turns to Him in submission, asking for relief from his affliction. This is described by the Messenger (saws) who said:
"Indeed amazing are the affairs of a believer! They are all for his benefit; If he is granted ease of living he is thankful; and this is best for him. And if he is afflicted with a hardship, he perseveres; and this is best on him." [Muslim]
And Allah (swt) said (which means):
"Certainly, We shall test you with fear, hunger, loss of wealth, lives and fruits; but give glad tidings to the patient - those who, when afflicted with calamity say, "Truly to Allah we belong, and truly to Him shall we return." It is those who will be awarded blessings and mercy from their Lord; and it is those who are the guided ones." [Surah Baqarah, 2:155-157]
Thus, a believer shows gratitude and thankfulness for all the wonderful blessings that Allah grants him. And he displays patience and submission during sickness and hardships, hunger, or other afflictions.
Hardships benefit the Believer Allah has decreed that, in this life, hardships and disasters strike both believers and non-believers. For a non-believer, they are inconveniences that hinder him from proceeding with his normal involvement in the worldly life. For a believer, on the other hand, they are instances of rest and remembrance, tests that promise great rewards, and indications of atonement and expiation of sins. Regardless of how little is the harm that strikes a believer, it carries with it good news of forgiveness and elevated rank (in Jannah). The Righteous Predecessors used to be pleased when a hardship afflicted them, seeing it as a token of Allah's forgiveness and benevolence.
Expiation of Sins Abu Hurayrah (ra) reported that the Prophet (saws) said:
"Hardships continue to befall a believing man and woman in their body, family, and property, until they meet Allah (S) burdened with no sins. " [Tirmithee]
Sign of Allah's Love Abu Hurayrah (ra) reported that the Prophet (saws) said:
"Whenever Allah wills good for a person, He subjects him to adversity" [Bukharee and others]
Sign of Eeman Abu Hurayrah (ra) and Ka'b Bin Maalik (ra) reported that the Prophet (saws) said:
"The parable of a believer is that of a fresh and moist plant; the wind tilts it this way and that way; and so is the believer; he continues to be subject to affliction. And the parable of a hypocrite is that of a firm cedar tree; it does not shake - until it is uprooted all at once." [Bukharee and Muslim]
Sign of Righteousness The prophets and righteous people are afflicted the most, and their rewards are the highest. Sa'd (ra) reporeted that the Prophet (saws) said:

"The most in their suffering among the people are the prophets, then the best, then the (next) best. One is afflicted in accordance with his deen (faith). If his deen is firm his affliction is hard, and if his deen is weak, his affliction is light. Indeed, one would be so much subjected to adversity until he walks among the people without any sins. " [Ahmad, Tirmithee]
Early Punishment Anas (ra) reported that the Prophet (saws) said:

"When Allah wills good for a servant of His, He expedites his punishment in this life; and when He wills retribution for a servant of His, He holds his sins for Him to judge him by them on the Day of Resurrection." [Tirmithee]
Multiplication of Rewards Anas (ra) reported that the Prophet (saws) said:

"The amount of reward is in accordance with the amount of suffering. When Allah (swt) loves some people, He tries them (with affliction). He who then is content (with Allah's decree) has achieved the acceptance (of Allah), and he who is dissatisfied (with Allah's decree) will attain the anger (of Allah)" [Tirmithee]
Rewards for Sickness One should not look to sickness as a gloomy episode, but should remember the great good in it. It is one form of affliction with which Allah (swt) tests His 'ibaad (servants), giving them a chance to acquire rewards, as was explained above, as is further emphasized below.
Removal of Sins and Elevation in Ranks Abu Hurayrah (ra) reported that the Prophet (saws) said:

"Whenever a Muslim is afflicted by harm from sickness or other matters, Allah will drop his sins because of that, like a tree drops its leaves." [Bukharee and Muslim]
Abu Sa'eed al-Khudree (ra) reported that the Prophet (saws) said:
"A muslim is not afflicted by hardship, sickness, sadness, worry, harm, or depression - even if pricked by a thorn, but Allah expiates his sins because of that." [Bukharee and Muslim]
Sa'eed said
"I was with Salmaan (ra) when he visited a sick man in Kindah (in Persia), and he said to him: "Expect good because Allah (swt) makes a believer’s sickness an expiation (for his sins) and a period of rest. However, when a disbeliever falls sick, he is like a camel whose owner ties it then lets it loose - it does not understand why it was tied nor why it was freed."" [Bukharee]
'Aishah (ra) narrated
Once some pain afflicted the Prophet (saws) causing him to suffer and turn about in his bed. she said: "Had one of us done this, you would have blamed him." He (saws) replied:
"An ailment is intensified for the righteous. Whenever a believer is afflicted by a hardship, whether it is a thorn or more, a sin is taken off from him because of it, and he is elevated by one rank (in Jannah)." [Ahmad]
Retaining Rewards for Deeds before Sickness Usually, when a believer falls sick, he would not be able to do the same amount of good (prayer, fasting, helping Muslims etc) that he used to do when he was well. But Allah out of His great Mercy, continues to record for him the good deeds that he was forced to stop because of his sickness. Abu Moosa Al-Ash'aree narrated that the Prophet (saws) said:

"For a travelling or sick person, his deeds will be recorded in accordance with what he used to do when he was resident or well." [Bukharee]
'Abdullah Bin 'Amr reported that the Prophet (saws) said:
"No (believing) person gets sick, but (his deeds) will be recorded for him in accordance with what he used to do when he was well." [Bukharee]
Anas (ra) reported that the Prophet (saws) said:
"No muslims body is afflicted by Allah, but He will record (his deeds) for him in accordance with what he used to do when he was well - as long as he is sick. Thus, if He takes his life, He forgives him; and if He cures him, He washes him (from sins)." [Bukharee]
'Uqbah Bin 'Aamir reported that the Prophet (saws) said:
"Each days deeds are sealed with it. thus, when a believer gets sick, the angels say, "Our Lord! Your servant such and such, You have restrained him (from doing good this day)." And the Lord replies, "Seal his day in accordance with his (usual) deeds, until he is cured or dies". [Ahmad]
Reason for the Reward 'Atta Bin Rabaah reported that ibn 'Abbaas (ra) told him,
"Do you want to see a woman from the people of Jannah (paradise)?" He said "Yes". He said "It is this black woman. She came to the Prophet (saws) saying, "I have (epileptic) seizures, and I get exposed, so supplicate to Allah for me." He (saws) said:
"If you wish, be patient and you will attain Jannah; or if you wish, I will ask Allah to cure you"
She replied, "I will be patient! But my body gets exposed (because of the fall), so supplicate to Allah for me that I do not become exposed." and he (saws) did." [Bukharee and Muslim]
The scholars have differed in opinion as to whether a sick person will be rewarded for the sickness itself or for being patient during it. The correct opinion is that if he is patient and submits to Allah's will, as in the above hadeeth, he would be rewarded for both the submission and the sickness, otherwise, he would not be rewrded at all; because he resented Allah's decree. This is what should be understood from Ibn Hajar al -'Asqalaanees words:
"The authentic hadeeths are clear in that the rewards are recorded once affliction strikes a Muslim. As for patience and acceptance, they are virtues for which a person may get additional rewards over those for the affliction."
'Abdullah Bin 'Amr reported that the Prophet (saws) said:
"If a Muslim is pricked by (as little as) a thorn in the worldly life, and he seeks its reward from Allah, some of his sins will be removed, because of it, on the Day of Judgement." [Bukharee]

0 komentar: