Selasa, 28 Juni 2016

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIKAWASAN HUTAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BUKIT SOEHARTO (PUSREHUT UNMUL)


                Indonesia dianugerahi oleh keanekaragaman sumber daya hayati yang kaya khususnya burung, dimana 1.539 jenis atau 17 % dari seluruh burung di dunia yang 9.052 jenis terdapat di Indonesia dan 381 jenis atau 4% merupakan jenis yang tidak ada di tempat lain kecuali Indonesia (Endemik). Oleh sebab itu penulis mempunyai tantangan untuk memastikan burung-burung tersebut juga satwa liar lainnya tidak punah.      
                Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi setelah pulau Irian, oleh karena itu kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati di pulau Kalimantan sangat di perlukan untuk pelestarian dan pengelolaan keanekaragaman jenis yang ada.
                Burung merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai ekologis, ilmiah, estetika dan ekonomis yang perlu digali dan dikembangkan. Nilai ekologis burung antara lain dapat dilihat melalui peranannya dalam mata rantai ekosistem yang ditunjukkan oleh tingkatan-tingkatan tropik (Trophic level), sehingga menjadikan burung sebagai salah satu objek penelitian dalam pengembangan nilai ilmiah satwa liar. Nilai estetika burung dengan keindahan warna bulu dan suara/kicauannya yang merdu menjadikan banyak orang menaruh perhatian sehingga burung menjadi salah satu komoditi perdagangan baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk awetan.
                Burung memiliki peran penting bagi kelangsungan dan kelestarian hutan. Membantu dalam regenerasi pertumbuhan baik sebagai penyebar biji, penyerbukan tanaman, maupun sebagai kontrol terhadap populasi serangga.
                Keberadaan jenis burung sangat di dukung oleh kondisi iklim yang baik dan keragaman jenis tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat mereka untuk berkembang biak. Burung salah satu hewan yang memiliki habitat yang khas, satu habitat dapat dicirikan oleh jenis-jenis burung tertentu yang hidup di dalamnya, begitu juga sebaliknya, suatu jenis burung dapat menjadi penciri habitat tertentu. Balen (1987) menyatakan bahwa perubahan habitat yang terjadi dapat cukup jelas ditunjukkan oleh perubahan keanekaragaman jenis burung setempat, oleh karena itu burung dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk (bio-indikator) untuk menentukan suatu tingkatan pencemaran atau tingkat kerusakan suatu lingkungan. Perubahan habitat yang ekstrim dapat berakibat kepada perubahan populasi keanekaragaman burung-burung penghuninya atau mendukung terjadinya perpindahan burung-burung ketempat lain bahkan mengalami kematian. Tetapi adapula beberapa jenis burung yang mampu bertahan terhadap perubahan habitat yang ada. Banyak jenis burung akan datang kembali setelah terjadi bencana besar seperti kebakaran hutan, bahkan beberapa jenis diantara mereka mampu berkembang biak dengan baik dan menjadi jenis-jenis yang dominan pada habitat yang telah berubah tersebut.
                Pembangunan, termasuk pengembangan industrialisasi pertanian dan infrastruktur dipadukan dengan pertambahan penduduk mengakibatkan kuantitas dan kualitas ekosistem alami semakin menurun. Sebagian besar ekosistem yang kaya dan indah kini hilang, terganggu atau rusak dan satwa liar yang awalnya berlimpah kini menjadi jarang dan semakin banyak pula yang terancam punah.

KONDISI EKOLOGI
                Secara umum keadaan topogarfi Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto bervariasi dari bergelombang ringan sampai berbukit terjal dengan tingkat kemiringan 3 sampai dengan 30 %. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan ini termasuk kedalam klasifikasi type A dengan curah hujan berkisar antara 2000 mm sampai 2.500 mm/tahun. Kondisi suhu berkisar antara 200C - 30 0C, dengan kelembaban rata-rata 67-95 %. Vegetasi di Hutan pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto merupakan tipe vegetasi hutan sekunder muda dengan semak dan alang-alang. Jenis pohon yang ada merupakan hasil reboisasi antara lain : Akasia (Acacia mangium), Sengon (Albazia falcataria), Johar (Cassea siamea), Sungkai (Peronema camnescen), Mahoni (Swietonia mahagoni) dan lain sebagainya. Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai antara lain: Babi Hutan (Sus sp.) Kancil (Tragullus sp), Kera (Macaca fascicularis), Biawak (Varanus salvator)dan berbagai jenis burung seperti Enggang (Buceros rhinoceros), Cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) dan lain sebagainya (Ave & King, 1986).
                Kegiatan pengamatan burung memang sedikit aneh dikalangan masyarakat, pada hal burung berperan penting di alam seperti pada proses penyerbukan, penyebaran tumbuhan dan sebagai bioindikator untuk lingkungan.
                Sebagai mana kita ketahui bahwasanya kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto (HPPBS) beberapa tahun yang lalu mengalami kebakaran yang mengakibatkan kerusakan yang cukup patal yaitu kehilangan berapa ratus hektar kawasan hutan. Pada saat sekarang ini bukit soeharto sudah mulai beranjak pada kondisi pemulihan yaitu dengan diadakannya penanaman kembali hutan yang telah rusak tersebut (reboisasi) walaupun setiap tahunnya masih sering terjadi kebakaran. Bibit tanaman yang ditanam adalah tanaman hutan alam diantaranya : pohon ulin, meranti merah,meranti putih, kapur dan lain sebagainya.
                   Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung dikawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto, metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu titik hitung (Point Count) dengan metode ini diharapkan jenis-jenis burung yang pemalu dapat dijumpai, karena pada metode ini peneliti diharuskan untuk fokus pada satu titik pengamatan dalam waktu 10 sampai 15 menit. Jarak antar titik satu dengan titik lainnya berkisar antara 100 samapi 150 meter untuk hutan alam. Jumlah titik hitung di sesuaikan dengan luas kawasan, paling tidak setengah dari luas kawasan tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan burung-burung yang dijumpai diantara titik hitung juga boleh dicatat sebagai bahan referensi jenis. Penelitian dilakukan selama 12 bulan, setiap bulannya pengamatan dilakukan selama 1 minggu.
 Alat-alat yang digunakan yaitu teropong (Binokuler) kamera untuk dokumentasi, GPS untuk penentuan titik hitung,Buku identifikasi jenis burung Sumatera, jawa, Bali dan Kalimantan termasuk Sabah dan Serawak, Recorder untuk identifikasi suara, Alat tulis dan Tally sheet.
Metode identifikasi jenis burung yang ditemukan pada saat penelitian di identifikasi menggunakan buku identifikasi jenis burung Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan termasuk Sabah dan Serawak, adapun cara identifikasi ada bermacam-macam antara lain dengan menggunakan sketsa burung. Pembuatan sketsa ini selain mengacu pada dasar-dasar bentuk topografi burung seperti tipe paruh, ekor, cakar dan sayap, juga perlu memperhatikan hal-hal lain seperti bentuk umum burung (apakah tubuhnya relatif ramping, gemuk, pendek, besar atau kecil), bentuk garis yang dibentuk saat terbang (bergelombang, datar, bertingkat), outline atau bentuk umum tubuh sewaktu terbang bagaimana panjang dan bentuk sayapnya, panjang bagian kepala dan ekor dibandingkan dengan panjang tubuh, ukuran dan panjang bagian ekor, posisi kaki pada saat terbang, posisi pada saat hinggap pada kabel (tegak, miring, seluruh tubuh terlihat pada bagian atas kawat, sebagian diatas dan sebagian di bawah), posisi saat hinggap pada sebatang pohon (apakah hinggap pada pohon utama, dahan, cabang, ranting, atau daun, apakah hinggap dengan posisi miring atau tegak), posisi saat mengapung pada badan perairan (apakah seluruh tubuh diatas permukaan air, sebagian tubuh terbenam, atau hanya meninggalkan bagian leher dan sedikit bagian punggung saja diatas permukaan air), posisi saat berjalan diatas pasir pantai atau lumpur.
Untuk analisa indeks keragaman jenis penulis menggunakan Shannon Indices, untuk menentukan keanekaragaman jenis burung yang ditemukan pada lokasi penelitian sebagai bahan informasi jumlah keragaman dan jumlah individu.
Dari penelitian yang dilakukan pada lokasi Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto ditemukan sebanyak 117 jenis burung dari beberapa famili.berikut daftar jenis burung yang berhasil di identifikasi :
  1. Aceros  subruficolis  (Julang dompet)
  2. Aceros undulatus  (Julang emas)
  3. Annorhinus galeritus (Enggang klihingan)
  4. Anthracoceros albirostris (Kangkareng perut putih)
  5. Anthracoceros malayanus (Kangkareng hitam)
  6. Anthreptes malacensis (Burung madu kelapa)
  7. Anthreptes simplex (Burung madu polos)
  8. Anthreptes singalensis (Burung madu belukar)
  9. Apus affiis (Kapinis rumah)
  10. Arachnotera longirostra (Pijantung kecil)
  11. Arachnotera robusta  (Pijantung besar)
  12. Artamus leucoryhnchus (Kekep babi)
  13. Blythipicus rubiginosus (Pelatuk pangkas)
  14. Buceros rhinoceros (Rangkong badak)
  15. Cocomantis merulinus (Wiwik kelabu)
  16. Cocomantis sonneratti (Wiwik lurik)
  17. Calorhamphus fuliginosus (Takur ampis)
  18. Centropus bengalensis (Bubut alang-alang)
  19. Centropus cinensis (Bubut besar)
  20. Ceyx erithacus (udang api)
  21. Ceyx rufidorsa (Udang punggung merah)
  22. Chalcophaps indica (Delimukan jamrud)
  23. Chloropsis chynophogon (Cica daun kecil)
  24. Chloropsis sonneratti (Cica daun besar)
  25. Collocalia fuciphaga (Walet sarang hitam)
  26. Collocalia maxima (Walet sarang putih)
  27. Copsychus malabaricus (Kucica hutan)
  28. Copsychus saularis (Kucica kampung)
  29. Coracina fimbriata (kepudang sungu kecil)
  30. Coracina larvata (Kepudang sungu gunung)
  31. Corvus enca (Gagak hutan)
  32. Crypsirina temia (Tangkar cetrong)
  33. Dicaeum concolor (Cabai polos)
  34. Dicaeum cruentatum (Cabai merah)
  35. Dicaeum trigonostigma (Cabai bunga api)
  36. Dicrurus annectans (Serigunting gagak)
  37. Dicrurus paradiceus (Serigunting batu)
  38. Dryocopus javensis (Pelatuk ayam)
  39. Ducula aenea (Pergam hijau)
  40. Ducula pickeringi (Pergam kelabu)
  41. Eurylaimus ochromalus (Sempur hujan sungai)
  42. Eurylaimus javanicus (Sempur hujan darat)
  43. Eurystomus orientalis (Tiong lampu biasa)
  44. Ficedula dumetoria (Sikatan dada merah)
  45. Ficedula westermanni (Sikatan belang)
  46. Gracula religiosa (Tiong emas)
  47. Hemiprocne longipenis (Tepekong jambul)
  48. Hemipus hirundinaceus (Jinjing batu)
  49. Hemipus picatus (Jinjing bukit)
  50. Hirundo rustica (Layang-layang api)
  51. Hirundo tahitica (Layang-layang batu)
  52. Hypograma hypogrammicum (Burung madu rimba)
  53. Hypothymis azurea (Kehicap ranting)
  54. Indicator archipelagicus (Pemandu lebah asia)
  55. Irena puella (Kecembang gadung)
  56. Lonchura fuscans (Bondol kalimantan)
  57. Lonchura malacca (Bondol rawa)
  58. Loriculuc galgulus (Serindit melayu)
  59. Macronous gularis (Ciung air coreng)
  60. Malacocincla malacense (Pelanduk ekor pendek)
  61. Megalaima australis (Takur tenggeret)
  62. Megalaima mystacophanos (Takur warna warni)
  63. Meiglyptes tristis (Caladi batu)
  64. Merops viridis (Kirik-kirik biru)
  65. Microhierax frigillarius (Alap-alap capung)
  66. Microhierax latifrons (Alap-alap dahi putih)
  67. Muscicapa griseisticta (Sikatan burik)
  68. Nectarinia jugularis (Burung madu sriganti)
  69. Orthotomus atrogularis (Cinenen belukar)
  70. Orthotomus cuculatus (Cinenen gunung)
  71. Orthotomus ruficeps (Cinenen Kelabu)
  72. Orthotomus sericeus (Cinenen merah)
  73. Pericrocotus flammeus (Sepah hutan)
  74. Pericrocotus igneus (Sepah tulin)
  75. Phaenicophaeus curvirostris (Kadalan birah)
  76. Phaenicophaeus diardi (Kadalan beruang)
  77. Phaenicophaeus javanicus (Kadalan kembang)
  78. Phaenicophaeus sumatranus (Kadalan saweh)
  79. Picoides moluccensis (Caladi titik)
  80. Platysmurus leucopterus (Tangkar kambing)
  81. Polyplectron schleirmacheri (Kuau kerdil kalimantan)
  82. Pomatorhinus montanus (Cica kopi melayu)
  83. Prionochilus xanthopygius (Pentis kalimantan)
  84. Pycnonotus atriceps (Cucak kuricang)
  85. Pycnonotus aurigaster (Cucak Kutilang)
  86. Pycnonotus brunneus (Merbah mata merah)
  87. Pycnonotus erythopythalmus (Merbah kaca mata)
  88. Pycnonotus eutilotus (Cucak rumbai tungging)
  89. Pycnonotus goiavier (Merbah cerukcuk)
  90. Pycnonotus melanicterus (Cucak kuning)
  91. Pycnonotus plumosus (merbah belukar)
  92. Pycnonotus simplex (Merbah corok-corok)
  93. Reinwardtipicus validus (Pelatuk kundang)
  94. Rhapidura leucipygialis (Kapinis jarum kecil)
  95. Rhipidura javanica (Kipasan belang)
  96. Rhipidura perlata (Kipasan mutiara)
  97. Sasia abnormis (Tukik tikus)
  98. Spilornis cheela (Elang ular bido)
  99. Stachirys erythroptera (Tepus merbah sampah)
  100. Surniculus lugubris (Kedasi hitam)
  101. Treron capellei (Punai besar)
  102. Treron olax (Punai kecil)
  103. Treron vernans (Punai gading)
  104. Trichastoma rostratum (Pelanduk dada putih)
  105. Trichixos pyrropygus (Kucica ekor kuning)
  106. Zootera interpres (Anis Kembang)
  107. Amaurornis phoenicurus (Kareo padi)
  108. prinia flaviventris (Pernejak rawa)
  109. zosterops everetti (Kacamata belukar)
  110. Caprimulgus affinis (Cabak Kota)
  111. Aplonis panayensis (Perling kumbang)
  112. Streptopelia chinensis (Tekukur biasa)
  113. Malacocincla perspicillata (Pelanduk kalimantan)
  114. Tersiphone paradisi
  115. Alophoexsus bress
  116. Elanus caerulinus (Elang tikus)
  117. Ictinaetus malayensis (Elang hitam).

0 komentar: