Indonesia dianugerahi oleh keanekaragaman sumber daya hayati yang kaya
khususnya burung, dimana 1.539 jenis atau 17 % dari seluruh burung di dunia
yang 9.052 jenis terdapat di Indonesia dan 381 jenis atau 4% merupakan jenis
yang tidak ada di tempat lain kecuali Indonesia (Endemik). Oleh sebab itu
penulis mempunyai tantangan untuk memastikan burung-burung tersebut juga satwa
liar lainnya tidak punah.
Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi setelah pulau Irian, oleh karena itu kegiatan perlindungan
keanekaragaman hayati di pulau Kalimantan sangat di perlukan untuk pelestarian
dan pengelolaan keanekaragaman jenis yang ada.
Burung merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai ekologis,
ilmiah, estetika dan ekonomis yang perlu digali dan dikembangkan. Nilai
ekologis burung antara lain dapat dilihat melalui peranannya dalam mata rantai
ekosistem yang ditunjukkan oleh tingkatan-tingkatan tropik (Trophic level),
sehingga menjadikan burung sebagai salah satu objek penelitian dalam
pengembangan nilai ilmiah satwa liar. Nilai estetika burung dengan keindahan
warna bulu dan suara/kicauannya yang merdu menjadikan banyak orang menaruh
perhatian sehingga burung menjadi salah satu komoditi perdagangan baik dalam
keadaan hidup maupun dalam bentuk awetan.
Burung memiliki peran penting bagi kelangsungan dan kelestarian hutan. Membantu
dalam regenerasi pertumbuhan baik sebagai penyebar biji, penyerbukan tanaman,
maupun sebagai kontrol terhadap populasi serangga.
Keberadaan jenis burung sangat di dukung oleh kondisi iklim yang baik dan
keragaman jenis tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat mereka untuk
berkembang biak. Burung salah satu hewan yang memiliki habitat yang khas, satu
habitat dapat dicirikan oleh jenis-jenis burung tertentu yang hidup di
dalamnya, begitu juga sebaliknya, suatu jenis burung dapat menjadi penciri
habitat tertentu. Balen (1987) menyatakan bahwa perubahan habitat yang terjadi
dapat cukup jelas ditunjukkan oleh perubahan keanekaragaman jenis burung
setempat, oleh karena itu burung dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk
(bio-indikator) untuk menentukan suatu tingkatan pencemaran atau tingkat
kerusakan suatu lingkungan. Perubahan habitat yang ekstrim dapat berakibat
kepada perubahan populasi keanekaragaman burung-burung penghuninya atau
mendukung terjadinya perpindahan burung-burung ketempat lain bahkan mengalami
kematian. Tetapi adapula beberapa jenis burung yang mampu bertahan terhadap
perubahan habitat yang ada. Banyak jenis burung akan datang kembali setelah
terjadi bencana besar seperti kebakaran hutan, bahkan beberapa jenis diantara
mereka mampu berkembang biak dengan baik dan menjadi jenis-jenis yang dominan pada
habitat yang telah berubah tersebut.
Pembangunan, termasuk pengembangan industrialisasi pertanian dan infrastruktur
dipadukan dengan pertambahan penduduk mengakibatkan kuantitas dan kualitas
ekosistem alami semakin menurun. Sebagian besar ekosistem yang kaya dan indah
kini hilang, terganggu atau rusak dan satwa liar yang awalnya berlimpah kini
menjadi jarang dan semakin banyak pula yang terancam punah.
KONDISI
EKOLOGI
Secara umum
keadaan topogarfi Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto bervariasi
dari bergelombang ringan sampai berbukit terjal dengan tingkat kemiringan 3
sampai dengan 30 %. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan ini
termasuk kedalam klasifikasi type A dengan curah hujan berkisar antara 2000 mm
sampai 2.500 mm/tahun. Kondisi suhu berkisar antara 200C - 30 0C,
dengan kelembaban rata-rata 67-95 %. Vegetasi di Hutan pendidikan dan
Penelitian Bukit Soeharto merupakan tipe vegetasi hutan sekunder muda dengan
semak dan alang-alang. Jenis pohon yang ada merupakan hasil reboisasi antara
lain : Akasia (Acacia mangium), Sengon (Albazia falcataria),
Johar (Cassea siamea), Sungkai (Peronema camnescen), Mahoni (Swietonia
mahagoni) dan lain sebagainya. Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai
antara lain: Babi Hutan (Sus sp.) Kancil (Tragullus sp), Kera (Macaca
fascicularis), Biawak (Varanus salvator)dan berbagai jenis burung
seperti Enggang (Buceros rhinoceros), Cucak rawa (Pycnonotus
zeylanicus) dan lain sebagainya (Ave & King, 1986).
Kegiatan pengamatan burung memang sedikit aneh dikalangan masyarakat, pada hal
burung berperan penting di alam seperti pada proses penyerbukan, penyebaran
tumbuhan dan sebagai bioindikator untuk lingkungan.
Sebagai mana kita ketahui bahwasanya kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian
Bukit Soeharto (HPPBS) beberapa tahun yang lalu mengalami kebakaran yang
mengakibatkan kerusakan yang cukup patal yaitu kehilangan berapa ratus hektar
kawasan hutan. Pada saat sekarang ini bukit soeharto sudah mulai beranjak pada
kondisi pemulihan yaitu dengan diadakannya penanaman kembali hutan yang telah
rusak tersebut (reboisasi) walaupun setiap tahunnya masih sering terjadi
kebakaran. Bibit tanaman yang ditanam adalah tanaman hutan alam diantaranya :
pohon ulin, meranti merah,meranti putih, kapur dan lain sebagainya.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis
burung dikawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto, metode yang di
gunakan dalam penelitian ini yaitu titik hitung (Point Count) dengan metode ini
diharapkan jenis-jenis burung yang pemalu dapat dijumpai, karena pada metode
ini peneliti diharuskan untuk fokus pada satu titik pengamatan dalam waktu 10
sampai 15 menit. Jarak antar titik satu dengan titik lainnya berkisar antara
100 samapi 150 meter untuk hutan alam. Jumlah titik hitung di sesuaikan dengan
luas kawasan, paling tidak setengah dari luas kawasan tersebut, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan burung-burung yang dijumpai diantara titik hitung juga
boleh dicatat sebagai bahan referensi jenis. Penelitian dilakukan selama 12
bulan, setiap bulannya pengamatan dilakukan selama 1 minggu.
Alat-alat yang digunakan yaitu teropong (Binokuler)
kamera untuk dokumentasi, GPS untuk penentuan titik hitung,Buku identifikasi
jenis burung Sumatera, jawa, Bali dan Kalimantan termasuk Sabah dan Serawak,
Recorder untuk identifikasi suara, Alat tulis dan Tally sheet.
Metode identifikasi jenis burung yang ditemukan pada
saat penelitian di identifikasi menggunakan buku identifikasi jenis burung
Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan termasuk Sabah dan Serawak, adapun cara
identifikasi ada bermacam-macam antara lain dengan menggunakan sketsa burung.
Pembuatan sketsa ini selain mengacu pada dasar-dasar bentuk topografi burung
seperti tipe paruh, ekor, cakar dan sayap, juga perlu memperhatikan hal-hal
lain seperti bentuk umum burung (apakah tubuhnya relatif ramping, gemuk,
pendek, besar atau kecil), bentuk garis yang dibentuk saat terbang
(bergelombang, datar, bertingkat), outline atau bentuk umum tubuh sewaktu
terbang bagaimana panjang dan bentuk sayapnya, panjang bagian kepala dan ekor
dibandingkan dengan panjang tubuh, ukuran dan panjang bagian ekor, posisi kaki
pada saat terbang, posisi pada saat hinggap pada kabel (tegak, miring, seluruh
tubuh terlihat pada bagian atas kawat, sebagian diatas dan sebagian di bawah),
posisi saat hinggap pada sebatang pohon (apakah hinggap pada pohon utama,
dahan, cabang, ranting, atau daun, apakah hinggap dengan posisi miring atau
tegak), posisi saat mengapung pada badan perairan (apakah seluruh tubuh diatas
permukaan air, sebagian tubuh terbenam, atau hanya meninggalkan bagian leher
dan sedikit bagian punggung saja diatas permukaan air), posisi saat berjalan
diatas pasir pantai atau lumpur.
Untuk analisa indeks keragaman jenis penulis
menggunakan Shannon Indices, untuk menentukan keanekaragaman jenis burung yang
ditemukan pada lokasi penelitian sebagai bahan informasi jumlah keragaman dan
jumlah individu.
Dari penelitian yang dilakukan pada lokasi Hutan
Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto ditemukan sebanyak 117 jenis burung
dari beberapa famili.berikut daftar jenis burung yang berhasil di identifikasi
:
- Aceros
subruficolis (Julang dompet)
- Aceros
undulatus (Julang
emas)
- Annorhinus
galeritus (Enggang
klihingan)
- Anthracoceros
albirostris (Kangkareng
perut putih)
- Anthracoceros
malayanus (Kangkareng
hitam)
- Anthreptes
malacensis (Burung
madu kelapa)
- Anthreptes
simplex (Burung
madu polos)
- Anthreptes
singalensis (Burung
madu belukar)
- Apus
affiis (Kapinis
rumah)
- Arachnotera
longirostra (Pijantung
kecil)
- Arachnotera
robusta (Pijantung
besar)
- Artamus
leucoryhnchus (Kekep
babi)
- Blythipicus
rubiginosus (Pelatuk
pangkas)
- Buceros
rhinoceros (Rangkong
badak)
- Cocomantis
merulinus (Wiwik
kelabu)
- Cocomantis
sonneratti (Wiwik
lurik)
- Calorhamphus
fuliginosus (Takur
ampis)
- Centropus
bengalensis (Bubut
alang-alang)
- Centropus
cinensis (Bubut
besar)
- Ceyx
erithacus (udang
api)
- Ceyx
rufidorsa (Udang
punggung merah)
- Chalcophaps
indica (Delimukan
jamrud)
- Chloropsis
chynophogon (Cica
daun kecil)
- Chloropsis
sonneratti (Cica
daun besar)
- Collocalia
fuciphaga (Walet
sarang hitam)
- Collocalia
maxima (Walet
sarang putih)
- Copsychus
malabaricus (Kucica
hutan)
- Copsychus
saularis (Kucica
kampung)
- Coracina
fimbriata (kepudang
sungu kecil)
- Coracina
larvata (Kepudang
sungu gunung)
- Corvus
enca (Gagak
hutan)
- Crypsirina
temia (Tangkar
cetrong)
- Dicaeum
concolor (Cabai
polos)
- Dicaeum
cruentatum (Cabai
merah)
- Dicaeum
trigonostigma (Cabai
bunga api)
- Dicrurus
annectans (Serigunting
gagak)
- Dicrurus
paradiceus (Serigunting
batu)
- Dryocopus
javensis (Pelatuk
ayam)
- Ducula
aenea (Pergam
hijau)
- Ducula
pickeringi (Pergam
kelabu)
- Eurylaimus
ochromalus (Sempur
hujan sungai)
- Eurylaimus
javanicus (Sempur
hujan darat)
- Eurystomus
orientalis (Tiong
lampu biasa)
- Ficedula
dumetoria (Sikatan
dada merah)
- Ficedula
westermanni (Sikatan
belang)
- Gracula
religiosa (Tiong
emas)
- Hemiprocne
longipenis (Tepekong
jambul)
- Hemipus
hirundinaceus (Jinjing
batu)
- Hemipus
picatus (Jinjing
bukit)
- Hirundo
rustica (Layang-layang
api)
- Hirundo
tahitica (Layang-layang
batu)
- Hypograma
hypogrammicum (Burung
madu rimba)
- Hypothymis
azurea (Kehicap
ranting)
- Indicator
archipelagicus (Pemandu
lebah asia)
- Irena
puella (Kecembang
gadung)
- Lonchura
fuscans (Bondol
kalimantan)
- Lonchura
malacca (Bondol
rawa)
- Loriculuc
galgulus (Serindit
melayu)
- Macronous
gularis (Ciung
air coreng)
- Malacocincla
malacense (Pelanduk
ekor pendek)
- Megalaima
australis (Takur
tenggeret)
- Megalaima
mystacophanos (Takur
warna warni)
- Meiglyptes
tristis (Caladi
batu)
- Merops
viridis (Kirik-kirik
biru)
- Microhierax
frigillarius (Alap-alap
capung)
- Microhierax
latifrons (Alap-alap
dahi putih)
- Muscicapa
griseisticta (Sikatan
burik)
- Nectarinia
jugularis (Burung
madu sriganti)
- Orthotomus
atrogularis (Cinenen
belukar)
- Orthotomus
cuculatus (Cinenen
gunung)
- Orthotomus
ruficeps (Cinenen
Kelabu)
- Orthotomus
sericeus (Cinenen
merah)
- Pericrocotus
flammeus (Sepah
hutan)
- Pericrocotus
igneus (Sepah
tulin)
- Phaenicophaeus
curvirostris (Kadalan
birah)
- Phaenicophaeus
diardi (Kadalan
beruang)
- Phaenicophaeus
javanicus (Kadalan
kembang)
- Phaenicophaeus
sumatranus (Kadalan
saweh)
- Picoides
moluccensis (Caladi
titik)
- Platysmurus
leucopterus (Tangkar
kambing)
- Polyplectron
schleirmacheri (Kuau
kerdil kalimantan)
- Pomatorhinus
montanus (Cica
kopi melayu)
- Prionochilus
xanthopygius (Pentis
kalimantan)
- Pycnonotus
atriceps (Cucak
kuricang)
- Pycnonotus
aurigaster (Cucak
Kutilang)
- Pycnonotus
brunneus (Merbah
mata merah)
- Pycnonotus
erythopythalmus (Merbah
kaca mata)
- Pycnonotus
eutilotus (Cucak
rumbai tungging)
- Pycnonotus
goiavier (Merbah
cerukcuk)
- Pycnonotus
melanicterus (Cucak
kuning)
- Pycnonotus
plumosus (merbah
belukar)
- Pycnonotus
simplex (Merbah
corok-corok)
- Reinwardtipicus
validus (Pelatuk
kundang)
- Rhapidura
leucipygialis (Kapinis
jarum kecil)
- Rhipidura
javanica (Kipasan
belang)
- Rhipidura
perlata (Kipasan
mutiara)
- Sasia
abnormis (Tukik
tikus)
- Spilornis
cheela (Elang
ular bido)
- Stachirys
erythroptera (Tepus
merbah sampah)
- Surniculus
lugubris (Kedasi
hitam)
- Treron
capellei (Punai
besar)
- Treron
olax (Punai
kecil)
- Treron
vernans (Punai
gading)
- Trichastoma
rostratum (Pelanduk
dada putih)
- Trichixos
pyrropygus (Kucica
ekor kuning)
- Zootera
interpres (Anis
Kembang)
- Amaurornis
phoenicurus (Kareo
padi)
- prinia
flaviventris (Pernejak
rawa)
- zosterops
everetti (Kacamata
belukar)
- Caprimulgus
affinis (Cabak
Kota)
- Aplonis
panayensis (Perling
kumbang)
- Streptopelia
chinensis (Tekukur
biasa)
- Malacocincla
perspicillata (Pelanduk
kalimantan)
- Tersiphone
paradisi
- Alophoexsus
bress
- Elanus
caerulinus (Elang
tikus)
- Ictinaetus malayensis (Elang hitam).
0 komentar:
Posting Komentar