Beberapa tahun yang lalu di mana-mana di seluruh Indonesia muncul
“gerakan” life skill sebagai aspek penting dalam pendidikan, seiring dengan
munculnya pendekatan “life skill-based education” (pendidikan berbasis
kecakapan hidup).
Sayangnya, life skill itu lalu menjadi “terjerumus” hanya ke dalam
satu sisi saja, yaitu seolah-olah untuk hidup itu harus bisa bekerja, bekerja
itu adalah hidup. Sekolah-sekolah gencar memamerkan diri sudah melaksanakan
pendidikan life skill manakala murid-muridnya sudah diajari cara membuat
sesuatu, cara mengerjakan sesuatu, yang semuanya bisa menjadi sarana
mendapatkan pendapatan untuk hidup. Ada pula orang tua murid yang mengacaukan
pendidikan life skill itu dengan pendidikan ekstrakurikuler, apapun, termasuk
olah raga.
Jadi, ya begitulah, kerap apa yang disosialisasikan orang-orang
Depdikbud (Depdiknas, Kemendiknas) tidak selalu sampai ke bawah secara utuh dan
benar.
Apa sebenarnya konsep life skill-based education itu? Mari kita
runut.
Wikipedia merumuskan
life skills itu sebagai “a set of human skills acquired via teaching or direct
experience that are used to handle problems and questions commonly encountered
in daily human life” (kecakapan hidup itu merupakan sejumlah kecakapan yang
diperoleh manusia melalui pendidikan atau pengalaman yang dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah dan permasalahan yang lazim dihadapi dalam kehidupan
manusia sehari-hari).
WHO (menurut Wikipedia) merumuskan life skills itu sebagai
“abilities for adaptive and positive behaviour that enable individuals to deal
effectively with the demands and challenges of everyday life”
(kemampuan-kemampuan untuk melakukan perbuatan yang positif dan sesuai keadaan
yang memungkinkan setiap orang secara efektif mengatasi berbagai tuntutan dan
tantangan kehidupan sehari-hari).
UNESCO dan UNICEF secara konkrit merumuskan apa saja
kecakapan-kecakapan hidup itu. Sebelumnya, UNESCO (dalam Wikipedia)
memberikan pendahuluan sebagai berikut.
Depending on the topic, socio-cultural context, age group etc, the
specific life skills needed for an individual at a certain moment and context
enormously, and it is therefore not possible to drew up a definitive list of
essential life skills. There are, however, some cognitive, personal and
interpersonal life skills that are generally considered particularly important.
Dengan mengingat masalah yang dihadapi, keadaan sosiobudaya, usia
dsb., maka, menurut UNESCO, kecakapan hidup tertentu yang diperlukan oleh orang
per orang pada saat dan keadaan tertentu sudah barang tentu akan sangat
berbeda-beda, sehingga tidak mungkin menyebutkan apa saja yang menjadi
kecakapan hidup yang paling pokok. Namun demikian, lanjut UNESCO, ada beberapa
kecakapan hidup yang berkaitan dengan aspek pemikiran (kecakapan kognitif),
pribadi (kecakapan personal), dan hubungan sosial (kecakapan interpersonal)
yang dapat dianggap penting.
Apa saja kecakapan-kecakapan hidup menurut rumusan UNESCO? Dalam
hal ini UNESCO mengaitkannya dengan pendidikan (belajar), sehingga rumusannya
menjadi seperti berikut.
1. LEARNING TO KNOW – Cognitive abilities (BELAJAR
UNTUK TAHU – Kemampuan-kemampuan kognitif)
a. Decision making/problem solving skills (Kecakapan
membuat keputusan/mengatasi masalah)
(1) Information gathering skills (kecakapan memperoleh informasi)
(2) Evaluating future consequences of present actions for self and
others (kecakapan memperhitungkan akibat yang akan timbul dari perbuatan yang
dilakukan/akan dilakukan sekarang bagi diri sendiri dan orang lain)
(3) Determining alternative solutions to problems (kecakapan
menetapkan pilihan cara mengatasi masalah)
(4) Analysis skills regarding the influence of values and
attitudes of self and others on motivation (kecakapan menganalisis/mengkaji
pengaruh nilai/norma/keyakinan-kepercayaan dan sikap diri sendiri dan orang
lain terhadap motivasi)
b. Critical thinking skills (kecakapan berpikir
kritikal)
(1) Analyzing peer and media influence (kecakapan mengkaji
pengaruh teman-teman dan media)
(2) Analyzing attitudes, values, social norms and beliefs and
factors affecting these (kecakapan mengkaji berbagai sikap, nilai, norma dan
keyakinan masyarakat, serta berbagai faktor yang mempengaruhinya)
(3) Identifying relevant information and information sources
(kecakapan mencaritemukan informasi yang relevan/diperlukan dan sumbernya).
2. LEARNING TO BE – Personal abilities (BELAJAR UNTUK
MENJADI – Kemampuan-kemampuan pribadi)
a. Skills for increasing internal locus of control
(kecakapan-kecakapan untuk meningkatkan kendali diri)
(1) Self esteem/confidence bulding skills (kecakapan untuk membina
kepercayaan diri/harga diri)
(2) Self awareness skills including awareness of rights,
influences, values, attitudes, strengths and weaknesses (kecakapan sadar
diri–menyadari keadaan diri sendiri–mencakup kesadaran akan hak-hak diri, daya
pengaruh, nilai, sikap, serta kekuatan dan kelemahan diri)
(3) Goal setting skills (kecakapan menetapkan tujuan)
(4) Self evaluation/self assessment/self monitoring skills
(kecakapan mengevaluasi, menakar, memantau diri sendiri)
b. Skills for managing feelings (kecakapan
mengendalikan perasaan)
(1) Anger management (kecakapan mengendalikan amarah)
(2) Dealing with grief and anxiety (kecakapan untuk mengatasi rasa
duka dan cemas)
(3) Coping skills for dealing with loss, abuse, trauma (kecakapan
untuk mengatasi dampak dari kehilangan seseorang, derita nestapa, dan trauma)
c. Skills for managing stress (kecakapan mengatasi
tekanan batin)
(1) Time management (kecakapan mengatur waktu)
(2) Positive thinking (kemampuan berpikir positif)
(3) Relaxation techniques (penguasan teknik bersantai).
3. LEARNING TO LIVE TOGETHER - Inter-personal
abilites (Belajar berkehidupan kemasyarakatan – kemampuan melakukan
hubungan sosial)
a. Interpersonal communication skills (kecakapan
komunikasi sosial)
(1) Verbal/nonverbal communication (kecakapan berkomunikasi lisan
dan lainnya)
(2) Active listening (kecakapan mendengarkan dengan penuh
perhatian)
(3) Expressing feelings; giving feedback (without blaming) and
receiving feedback (kecakapan mengutarakan perasaan dengan santun; memberikan
umpan balik tanpa “menyalahkan” dan menerima balikan–tanpa kemarahan).
b. Negotiation/refusal skills (kecakapan
tawar-mengawar/kecakapan menolak tawaran)
(1) Negotiation and conflict management (kecakapan tawar-menawar
dan mengendalikan pertikaian)
(2) Assertiveness skills (kecakapan berkata/berbuat tegas)
(3) Refusal skills (kecakapan menolak tawaran/permintaan–dengan
santun)
c. Empathy
(1) Ability to listen and understand another’s needs and circumstances
and express that understanding (kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan
dan keadaan orang lain, serta mewujudkan kepahaman tersebut)
d. Cooperation and teamwork (kerja sama dan kerja
tim)
(1) Expressing respect for others’ contributions and different
styles (kecakapan menunjukkan penghargaan terhadap andil orang lain dan
menghargai perbedaan gaya antar orang)
(2) Assessing one’s own abilities and contributing to the group
(kecakapan menakar kemampuan diri untuk memberikan andil pada kelompok)
e. Advocacy skills (kecakapan menganjurkan)
(1) Influencing skills and persuasion (kecakapan mempengaruhi dan
membujuk)
(2) Networking and motivation skills (kecakapan merentang jalinan
kerja dan memberikan dorongan/motivasi).
Pada ketika life skills-based education digencarkan di Indonesia,
ada rumusan life skills (tidak jelas sumbernya, masih akan dilacak) yang
terdiri atas:
1. Self-awareness skills (kecakapan sadar diri)
2. Thinking skills (kecakapan berpikir)]
3. Academic skills (kecakapan melakukan penelitian ilmiah)
4. Social skills (kecakapan melakukan hubungan kemasyarakatan)
5. Vocational skills (kecakapan kerja).
Sementara itu, belajar itu untuk apa, ada pula rumusan UNESCO yang
populer (juga sumbernya masih akan dilacak) yang terdiri atas:
1. Learning to know
2. Learning to do
3. Learning to be
4. Learning to live together.
Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2003).
Brolin (1989) menjelaskan bahwa, “Life
skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for
a person to function effectively and to avoid interruptions of employment
experience”. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai
kecakapan untuk hidup. Istilah hidup, tidak semata-mata memiliki kemampuan
tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar
pendukungnya secara fungsional seperti : membaca, menulis, menghitung,
merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim,
terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi (Satori, 2002).
Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar
keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Pendidikan kecakapan
hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan
solusi serta mampu mengatasinya.
Indikator-indikator yang terkandung dalam life skills tersebut
secara konseptual dikelompokkan : (1) Kecakapan mengenal diri (self awarness)
atau sering juga disebut kemampuan personal (personal skills), (2)
Kecakapan berfikir rasional (thinking skills) atau kecakapan akademik (akademik
skills), (3) Kecakapan sosial (social skills), (4) Kecakapan
vokasional (vocational skills) sering juga disebut dengan keterampilan
kejuruan artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
dan bersifat spesifik (spesifik skills) atau keterampilan teknis (technical
skills).
Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life
skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:
- Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan).
- Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).
- Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).
- Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).
0 komentar:
Posting Komentar