Sabtu, 25 Juni 2016

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)


Mendiagnosa COPD
COPD biasanya pertama didiagnosa pada dasar dari sejarah medis yang mengungkap banyak dari gejala-gejala COPD dan pemeriksaan fisik yang mengungkap tanda-tanda dari COPD. Tes-tes lain untuk mendiagnosa COPD termasuk x-ray dada, computerized tomography (CT atau CAT scan) dada, tes-tes dari fungsi paru dan pengukuran dari tingkat-tingkat oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
COPD dicurigai pada perokok-perokok kronis yang mengembangkan sesak napas dengan atau tanpa pengerahan tenaga, mempunyai batuk kronis yang gigih dengan produksi sputum (dahak), dan infeksi-infeksi paru-paru yang seringkali seperti bronchitis atau pneumonia. Adakalanya COPD pertamakali didiagnosa setelah pasien mengembangkan penyakit pernapasan yang memerlukan rawat inap. Beberapa penemuan-penemuan fisik dari COPD termasuk rongga dada yang membesar dan wheezing. Suara-suara pernapasan yang redup dan jauh terdengar ketika mendengarkan dada dengan stethoscope. Udara terperangkap pada paru-paru dari ketidakmampuan pasien untuk mengosongkan paru-paru mereka dengan penghembusan napas. Udara ekstra ini meredam suara-suara yang didengar dan berakibat pada rongga dada yang terlalu menggembung.
Pada pasien-pasien yang dipengaruhi terutama dengan emphysema, x-ray dada mungkin menunjukan rongga dada yang membesar dan penanda-penanda paru yang berkurang yang mencerminkan kehancuran jaringan paru dan pembesaran dari ruang-ruang udara. Pada pasien-pasien dengan terutama bronchitis kronis, x-ray dada mungkin menunjukan penanda-penanda paru yangmeningkat yang menghadirkan saluran-saluran udara yang menebal, meradang dan luka parut. Computerized tomography (CT atau CAT scan) dada adalah x-ray khusus yang dapat secara akurat menunjukan jaringan paru dan saluran-saluran udara yang abnormal pada COPD. X-rays dan CT scans dada juga bermanfaat dalam menyampingkan infeksi-infeksi paru (pneumonia) dan kanker-kanker. CT scan dada biasanya tidak perlu untuk diagnosis dan manajemen rutin dari COPD.
Pengujian fungsi paru yang paling umum digunakan adalah spirometry, pengujian yang mengkwantitaskan jumlah halangan saluran udara. Sewaktu spirometry, pasien menarik napas penuh dan kemudian menghembuskan secara cepat dan bertenaga kedalam tabung yang dihubungkan pada mesin yang mengukur volume dari udara yang dikeluarkan. FEV1 (volume udara yang berakhir dalam 1 detik) adalah ukuran yang dapat dipercaya dan bermanfaat dari halangan saluran udara. Ini dibanding pada jumlah total dari udara yang ditiup keluar dari paru-paru, forced vital capacity (FVC). Rasio dari FEV1 pada FVC biasanya adalah 70%. Ketika halangan hadir, rasio ini berkurang; lebih rendah rasionya, lebih besar halangan saluran udaranya. FEV1 dapat ditentukan kembali setelah perawatan dengan bronchodilators. Perbaikan pada FEV1 setelah perawatan bronchodilator berarti bahwa halangan saluran udara dapat dibalikan. Menunjukan perbaikan pada FEV1 juga membantu dokter-dokte memilih bronchodilators yang tepat untuk pasien-pasien. Pengukuran-pengukuran dari FEV1 dan FVC dapat diulang melalui waktu untuk menentukan berapa cepat halangan saluran udara berlanjut (maju).
Tingkat-tingkat oksigen dan karbon dioksida dapat diukur dalam sample-sample darah yang diperoleh dari ateri, namun ini memerlukan pemasukan jarum kedalam arteri. Metode yang kurang invasif untuk mengukur tingkat-tingkat oksigen dalam darah disebut pulse oximetry. Pulse oximetry bekerja pada dasar bahwa derajat dari kemerahan hemoglobin (protein dalam darah yang mengangkut oksogen) adalah proporsional pada jumlah oksigen, yaitu, lebih banyak oksigen dalam darah, lebih merah darahnya. Probe (oximeter) ditempatkan disekitar ujung jari tangan. Pada satu sisi dari jari tangan probe memancarkan cahaya. Beberapa dari cahaya dipancarkan melalui ujung jari tangan, dan cahaya yang dipancarkan diukur pada sisi yang berseberangan dari jari tangan oleh probe. Tergantung pada kemerahan dari darah didalam ujung jari tangan (yaitu, jumlah oksigen dalam darah) lebih banyak atau lebih sedikit cahaya dipancarkan melalui ujung jari tangan. Jadi, dengan mengukur jumlah cahaya yang dipancarkan, adalah mungkin untuk menentukan jumlah oksigen dalam darah.


0 komentar: