Senin, 21 Mei 2012

Aku dan Cintaku


Antara Lenteng Agung dan Tebet, Pertengahan Maret 2007, malam yang panas menjelang hujan.
Kereta listrik itu berjalan cepat. Suasana lengang karena hujan masih rintik dan cukup dingin. Sore tadi aku sempat tidur, jadi sedikit segar, walaupun tubuh sedikit tersiksa oleh penat bus Bandung Jakarta.

Ada cinta yang menunggu dan cinta yang minta segera dijemput di hari-hari mendatang.
Sungguh itulah hiburan hati yang menyebabkan kekuatan seringkali tumbuh dalam tangis di kesendirian. Diantara cinta itulah aku hidup. Cinta yang menumbuhkan harapan untuk masih bisa bangun di esok pagi.

Dua hari yang lewat, sebuah sentuhan penuh cinta seorang bapak penjaga masjid membangunkan diri untuk sholat subuh berjamaah. Sejuk sekali pagi itu, menjadikannya saat yang indah untuk menangis … sendiri.

Allahuma inni audzubika minal hammi wal hazan …
Sungguh hati ini sedang cemas dan khawatir, sayap takut dan harap mengembang, tapi basah keringat membuatnya susah terbang dan lelah. Robbi, Cintaku, tempatkan cemas dan gundah ini dalam ruang yang sejuk agar hamba bisa tetap melangkah.

Allahuma inni audzubika minal ajzi wal kasal Sungguh pula tangan ini sedang bergetar dan kaki sedang rapuh, hingga langkah-langkah tak bergerak jauh dan tak mampu melompat tinggi.
Robbi, Cintaku, Kekuatan MilikMu, Getar Hidup milikMu, Panas dan Hujan kuasaMu, Gerakkan hamba dengan kasihMu

Allahuma inni audzubika minal jubn wal bukhl Kadang lelah hati dikhianati, jika tidak ingat Engkaulah Sang Pengganti. Jangan jadikan hamba khawatir untuk tersenyum, berat untuk memberi walau diri sendiri butuh topangan untuk berdiri. Robbi, Cintaku, Dunia ini ada dalam GenggamanMu, jadikan hamba sadari pasti itu, jadikan hamba kuat menghadapi prasangka, jadikan hamba kukuh merambah jalan dengan nafas harap akan hadirMu

Allahuma inni audzubika ghalabati daini wa qohrirrijal Robb, kuakhiri tangis pagi ini dengan harapan kau kuatkan diri, jasmani dan ruhi, agar bisa melindungi, agar bisa berbagi, agar bisa mandiri, tak cemas akan urusan duniawi, dan bisa tersenyum nanti ketika harus berpulang kembali padaMu, wahai Cinta Sejati.

Amin ya Rahman Ar Rahiim

Smile...
Jangan jadikan hamba khawatir untuk tersenyum, berat untuk memberi walau diri
sendiri butuh topangan untuk berdiri.

0 komentar: