PENGATURAN RUANG KELAS
A. Pentingnya
Pengaturan Ruang Kelas dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran yang efektif bagi anak usia TK akan dapat
diwujudkan jika dilaksanakan pada
suatu lingkungan yang mampu memberikan kesempatan kepada
anak untuk berinteraksi dengan lingkungan tersebut secara produktif. Dalam upaya mewujudkan hal ini guru hendaknya terampil dalam menata
lingkungan belajar yang kondusif bagi anak untuk melaksanakan
aktivitas belajarnya. Hal ini dapat dilakukan guru
melalui kegiatan pengelolaan kelas. Dengan perkataan lain
kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan pengelolaan
kelas yang baik sehingga anak-anak merasa senang, gembira, aman, dan memiliki kebebasan untuk melakukan aktivitas belajar yang
diminatinya.
Kelas yang baik merupakan lingkungan belajar yang bersifat menantang
dan merangsang anak untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan kepada anak
dalam mencapai tujuan belajarnya. Oleh karena itu guru sebagai pengelola
kelas yang sekaligus pengelola lingkungan belajar anak, harus
mempu menggunakan pengetahuan tentang teori belajar dan
dapat memahamai anak debngan segala aspek perkembangannya
sehingga memungkinkan terciptanya situasi pembelajaran
yang kondusif.
Proses belajar akan terjadi pada diri anak melalui pengalaman yang diperolehnya dari lingkungan. Dengan demikian kelas
sebagai salah satu lingkungan belajar bagi anak di
sekolah perlu dikelola dengan baik karena dapat meningkatkan
minat dan keseriusan anak dalam belajar sehingga memungkinkan anak dapat melibatkan diri dalam berbagai aktivitas belajar yang
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
Hal ini menunjukan bahwa bagaimanapun baiknya guru membuat persipan perencanaan yang dirancang untuk kegiatan
pembelajaran, proses pembelajaran sepertinya akan tak berjalan
dengan baik jika segala sesuatu yang diberikan kepada
anak berlangsung dalam suatu ruangan kelas yang tidak mendukung dan tidak dikelola dengan baik. Menyusun perencanaan yang seksama dan
bijaksana terhadap langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk pengelolaan kelas merupakan langkah permulaan yang
amat penting dalam mewujudkan proses pembelajaran yang
efektif.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, faktor guru sebagai
pengelola proses belajar
mempunyai peran penting. Alasannya adalah karena semua aktivitas
pembelajaran dirancang dan dilaksanakan oleh guru. Implementasi rancangan pembelajaran yang dibuat guru akan diterapkan di kelas
dengan cara membangun interaksi dengan anak-anak yang
ditujukan untuk membantu perkembangan anak ke arah yang lebih baik. Dengan demikian,
di samping guru, anak juga merupakan faktor penting yang
dapat mempengharuhi situasi
pembelajaran
yang efektif. Betdasarkan hal ini, Kellaugh (1996) menyatakan bahwa perpsepsi guru dan anak terhadap pembelajaran
dapat mempengaruhi penciptaan situasi belajar yang
efektif. Perpsepsi guru terhadap pembelajaran yang
dimaksudkan di atas adalah sebagai berikut :
1. Kalau guru tidak
percaya bahwa muridnya bisa belajar maka mereka tidak
akan belajar.
2. Kalau guru tidak
percaya bahwa ia bisa mengajar mereka maka guru tidak
akan bisa.
3. Kalau murid-murid
tidak percaya bahwa mereka bisa belajar sampai mereka
mau belajar, mereka tidak akan bisa.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa untuk mendukung kesuksesan pengimplementasian rencana pembelajaran anak harus
mempunyai perpsepsi berikut ini :
1. Anak merasa bahwa
lingkungan kelas mendukung aktivitas belajar mereka
2. Anak merasa senang
dalam kelas anda
3. Anak menganggap bahwa belajar yang diharapkan merupakan sebuah tantangan bukan merupakan sesuatu hal yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan.
4. Anak percaya bahwa
hasil belajar diharapkan sebagai suatu hal yang
menyenangkan sehingga mereka berusaha untuk
mencapainya.
Oleh karena itu, menurut Kellaugh, guru
yang berhasil dalam melaksanakan
kegiatan
pembelajaran adalah guru yaqng :
1. mengetahui bahwa semua anak dapat belajar;
2. mengharapkan yang terbaik dari setiap anak;
1. mengetahui bahwa semua anak dapat belajar;
2. mengharapkan yang terbaik dari setiap anak;
3. menciptakan
suasana ruang kelas yabng kondusif bagi anak untuk belajar,
yang akan memotivasi mereka untuk berbuat
dengan cara yang terbaik;
4. mengelola kelas
secara efektif sehingga waktu dapat digunakan seefektif
mungkin, dengan paling sedikit gangguan
terhadap proses belajar.
Bertolak dari pendapat di atasa, dapat dikemukakan bahwa untuk
menciptakan pembelajaran yang
efektif guru harus mempunyai perpsepsi yang positif terhadap dirinya dan terhadap anak. Sebagai seorang guru professional ia mesti
mempunyai keyakinan dalam diri bahwa ia akan mampu
melaksanakan tugas mengajar dengan baik. Dorongan yang ada
dalam diri guru ini akan sanagat mempengaruhi penampilan
mengajar guru di kelas. Guru yang memiliki keyakinan tinggi dan positif akan berbeda penampilan mengajarnya dengan guru yang tidak
yakin dan perpsepsi negatif terhadap dirinya, seorang
guru perlu mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Menurut
Mary Underwood (1987) dalam bukunya Effective Class
Management, alih bahasa
oleh Purwoko (1998) mengemukakan aspek-aspek
penting
yang perlu dikenali oleh guru terhadap dirinya dalam melakukan tugas pembelajaran adalah ; (1) kemampuan berbahasa, (2)
bakat, (3) pengetahuan khusus dan umum, (4) keterampilan
mengajar, (5) sikap terhadap disiplin danm (6) kesempatan
untuk mengembangkan diri.
Di samping itu, anak juga mesti mempunyai perpsepsi yang tepat
terhadap dirinya di mana ia akan
mau dan mampu melaksanakan berbagai bentuk aktivitas belajar.
Jika anak sudah memperpsepai diri bahwa ia tidak mau dan tidak mampu belajar maka ia memang tidak akan berbuat. Tugas guru adalah bagaimana
merangsang minat dan kebutuhan belajar anak. Selain perpsepsi
anak terhadap diri sendiri, perpsepsi anak terhadap guru
juga akan mempengaruhi efektifitas pembelajaran. Artinya
seorang anak juga harus mempunyai perpsepsi yang tepat terhadap
guru sebagai orang dewasa yang mempunyai tugas untuk membimbing dan memfasilitasi mereka dalam berbagai kegiatan belajar.
Hal yang dikemukakan di atas menunjukan bahwa aktivitas belajar anak
dapat dipengaruhi oleh faktor
kepercayaan anak untuk menyelesaikan tugas dengan sukses
dan penguatan yang diberikan terhadap hasil yang dicapai serta arti penguatan itu bagi anak. Dalam proses pembelajaran yang efektif, aspek
apa yang diharapkan anak dan arti dari harapan itu
seharusnya dihadirkan, dengan demikian anak dapat melihat
makna atau nilai dalam pengalaman dan mereka percaya bahwa
dia akan dapat mencapai hasil yang dimaksud dari pengalaman itu. Seorang anak mungkin saja kurang berminat untuk belajar bila dia
mempercayai bahwa tidak ada guna atau tidak ada nilai terhadap
terhadap bahan atau merasa tak mampu dalam belajar.
Dengan kata lain, sebelum anak berbuat, mereka harus merasa
bahwa mereka dapat melakukan dan mereka harus percaya bahwa penting untuk berbuat dalam proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut, apabila guru ingin sukses menjalankan
tugas sebagai orang dewasa
professional di TK, guru harus memahami dirinya dengan baik dan benar, memahami diri anak secara komprehensif dan tepat, dan mengelola
kelas dengan baik sehingga tercipta suasana pembelajaran
yang kondusif. Hasil pemahaman guru terhadap diri sendiri
dan anak hendaknya diaplikasikan terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengelolaan kelas yang baik, di mana harus dilakukan atas dasar
pemahaman guru secara komprehensif terhadap anak usia TK
sehingga suasasan kelas merupakan tempat yang
menyenangkan bagi anak untuk melaksanakan berbagai aktivitas belajar. Guna mewujudkan kondisi tersebut Underwood (1987) mengusulkan
beberapa hal berkenaan dengan perilaku guru dalam pembelajaran,
yaitu :
1. Memanggil setiap
anak dengan namanya
2. Selalu bersikap
sopan kepada anak dan mengharapkan mereka bersikap sama
terhadap guru dan teman lain
3. Memastikan bahwa
guru tidak menunjukan sikap pilih kasih terhadap anak
tertentu
4. Merencanakan
dengan apa yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran,
tetapi tidak perlu kaku dalam
pelaksanaannya
5. Mengungkapkan
kepada anak-anak tentang apa yang ingin anda capai
6. Libatkan anak
secara aktif dalam kegiatan belajar, jangan biarkan satu atau
dua anak memonopoli kelas 7.
Berikan kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk melakukan aktivitas
yang diminatinya.
8. Bersungguh-sungguh
dengan apa yang dikatakan
9. Melaksanakan hal yang telah dikatakan kepada anak
10. Bersikap konsisten dalam menghadapi anak-anak.
9. Melaksanakan hal yang telah dikatakan kepada anak
10. Bersikap konsisten dalam menghadapi anak-anak.
B. Menciptakan
Lingkungan Kelas yang Kondusif untuk Belajar
1. Pertimbangan dalam
Merencanakan dan Mengorganisasi Lingkungan
Fisik.
Menciptakan lingkungan fisik kelas yang kondusif untuk kegiatan
belajar anak adalah salah satu
tugas pokok guru. Untuk mewujudkan kondisi ini guru perlu
mempertimbangkan dua hal pokok, yaitu informasi tentang anak dan kegiatan yang akan dilakukan anak berkenaan dengan tujuan-tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai (Patmonodewo, 2000).
Kedua hal pokok tersebut digambarkan secara rinci sebagai
berikut ; (1) pertama kali yang dapat membantu perencanaan
dan pengorganisasian lingkungan fisik kelas adalah informasi yang berkaitan dengan anak yang akan mengikuti kegiatan belajar, informasi
tersebut berupa catatan atau laporan tertulis yang
diperoleh guru beberapa waktu sebelum sekolah dimulai,
dan (2) guru perlu mempersiapkan apa yang harus dilakukan anak berkaitan dengan tujuan khusus yang hendak dicapai. Apabila
direncanakan agar anak menjadi kreatif maka guru harus
menyediakan materi berupa balok, alat berupa cat cair,
kertas berwarna yang berkaitan dengan seni perlu disediakan. Alat-alat yang diperlukan untuk mendukung perkembangan fisik adalah
alat-alat yang membutuhkan ruang yangn luas perlu
disediakan baik yang ada dalam kelas maupun di luar
kelas.
Sejalan dengan pendapat diatas, untuk menciptakan lingkungan kelas
yang mendukung proses belajar,
berkenaan dengan ini Kellaugh (1996) menemukakan sejumlah
hal yang berkaitan dengan anak yang mesti dipertimbangkan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, antara lain, misalnya :
(a) memahami anak-anak, (b) memahami pola-pola belajar
anak, (c) menghargai anak baik belajar sendiri atau
kelompok, (d) anak lebih menyukai belajar melalui proses
yang disenangi untuk memperoleh informasi atau ide-ide baru, (e) tugas terstruktur dan tidak terstruktur, (f) gambaran umum dan atau detail,
(g) latar belakang pengalaman anak. Selanjutnya,
Purwokok, 1998 (dalam Mary Underwood, 1987) menemukakan
aspek penting yang perlu dikenal guru tentang anak yaitu
; (a) nama, (b) latyar belakang, dan (c) minat.
a. Mengenali anak
berikut ini dikemukakan beberapa hal yang
dapat dilakukan guru untuk dapat
mengenali anak :
1, Berbagi informasi
di kelas selama minggu pertama sekolah.
Dalam
upaya memahami anak guru dapat memanfaatkan waktu pada hari- hario pertama sekolah. Guru dapat menggunakan cara
dengan jalan menyuruh anak untuk bercerita tentang
dirinya secara bergiliran dihadapan teman- temannya.
2. Pengamatan anak dalam kelas. Pengamatan di kelas
dapat memberikan informasi
berkenaan dengan perilaku anak sebagai individu, minat, motivasi, kemampuan dan social anak pada saat berinteraksi dengan teman lainnya
di kelas.
3. Pengamatan siswa di luar kelas. Berbagai aktivitas
anak di luar kelas yang dapat
diamati guru antara lain misalnya kegiatan anak pada saat istirahat dan sedang bermain di lapangan bersama dengan teman-temannya.
4. Bercengkrama dengan anak. Melalui interaksi ini guru
akan dapat memahami anak secara
individu dan karakter anak ketika ia berinteraksi dengan temannya.
5. Pertemuan dan wawancara dengan anak. Cara ini dapat
dilakukan dalam situasi formal
dan dapat pula dilaksanakan dalam suasana tidak resmi dengan lebih menonjolkan suasana kekeluargaan. Dengan cara terakhir ini
biasanya anak lebih terbuka untuk menceritakan dan
menginformasikan tentang dirinya kepada guru. Selanjutnya
guru dapat pula mengajukan sejumlah pertanyaan penting
sederhana kepada anak dan anak dapat pula dengan mudah menjawab apa yang ditanyakan oleh guru.
6. Laporan dalam dokumen. Biasanya pada setiap awal
tahun ajaran baru anak- anak
mengisi sejumlah data yang memuat tentang identitas anak. Pengisian ini dilakukan oleh orang tua mereka. Melalui laporan atau data yang ada
dalam dokumen tersebut guru dapat memperoleh informasi
tentang anak.
7. Diskusi dengan professional lainnya. Tidak ada salahnyanya jika
guru berupaya untuk mencari
informasi yang lengkap tentang anak dengan cara menghubungi
tenaga professional atau guru lainnya atau orang dewasa lainnya
yang mengenal anak secara lebih dekat.
b. Gaya
Belajar
agar belajar berlangsung efektif, guru perlu mengetahui tentang gaya belajar anak. Tanpa ada pemahaman guru terhada[p aspek ini,
guru akan mendapat kesulitan dalam menciptakan iklim dan
interaksi belajar yang kondusif bagi anak. Gueu perlu
menyadari bahwa anak memiliki gaya
belajar yang berbeda antara satu abak dengan anak
lainnya. Perbedaan ini menuntut adanya perlakuan yang tidak
sama terhadap semua anak dalam kegiatan pembelajaran.
c. Cara kerja anak
mengetahui cara kerja anak merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan aspek lain tentang anak. Pemahaman tentang
cara kerja anak, akan dapat dimanfaatkan guru untuk
mendisain aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan anak.
Di samping itu guru dapat menempatkan peran dalam pembelajaran sesuai dengan keadaan anak. Dalam kenyataannya akan ditemui ada anak yang
lebih suka untuk bekerja sendiri atau bekerja dengan
beberapa orang teman saja. Hal ini perlu dihormati dan
dihargai oleh guru. Guru tidak boleh memaksakan kehendak sehingga
apa yang diinginkan guru bertentangan dengan kesukaan anak.
d. Anak lebih suka
belajar dengan perasaan
sebagai guru professional perlu menyadari bahwa salah satu karakteristik
anak adalah lebih suka belajar
dengan perasaan. Oleh karena itu guru hendaknya mampu
memberikan stimulus yang tepat sehingga perasaan sebagai bagian aspek psikologis yang dimiliki anak dapat dimanfaatkan membantu dan
membimbing perkembangan anak.
e. Terstruktur versus
tugas tidak terstruktur
aspek ini merupakan bagian dari karakteristik yang dimiliki anak
yang perlu diketaui oleh guru.
Seorang anak akan ditemukan lebih menyukai tugas-tugas terstruktur,
sementara anak yang lain dapat saja menyukai struktur tugas yang diinginkan sendiri. Kenyataan ini yang diterima dan dipahami oleh guru
sehingga dapat menempatkan peran sesuai dengan kondisi
anak.
f. Rinci versus
gambar menyeluruh
membuat gambar secara rinci merupakan suatu hal yang disukai seorang
anak, namun belum tentu diminati
oleh anak yang lainnya. Sebaliknya, seorang anak akan
ditemukan tidak menyenangi gambar yang rinci, tetapi ia lebih menyukai sebuah gambar yang sifatnya lebih umum dan menyeluruh. Konsekuensi
bagi guru adalah bahwa guru tidak dapat memaksa anak
untuk melakukan aktivitas menggambar yang bertentangan
dengan kesukaannya.
g. Latar belakang
pengalaman anak
Pembelajaran akan berlangsung efektif apabila guru
mempunyai pemahaman tentang latar
belakang pengalaman anak. Berkenaan dengan hal ini, Popham dan Baker (tanpa tahun) mengemukakan beberapa hal yang menyangkut dengan
latar
belakang anak yang
perlu dikenal oleh guru, yaitu :
1. Latar belakang psikologis
2. Latar belakang kemampuan
3. Latar belakang kesehatan fisik
4. Latar belakang perhatian anak mengenai pendidikan
5. Latar belakang kehidupan anak di rumah.
1. Latar belakang psikologis
2. Latar belakang kemampuan
3. Latar belakang kesehatan fisik
4. Latar belakang perhatian anak mengenai pendidikan
5. Latar belakang kehidupan anak di rumah.
Hal ini dikemukakan oleh Hubbard (1986) untuk menata ruang phisik
kelas guru perlu memperhatikan
kemudahan pelaksanaan aktivitas belajar terutama hal yang
berkaitan dengan : (a) akses ke ruang kerja, (b) akses ke alat-alat permainan
dan (c) akses ke anak-anak
a. Akses ke ruang
bekerja
Penataan ruang kelas hendaknya memberikan akses ke ruang kerja anak.
Jika keadaan memungkinkan akan
lebih baik disediakan ruang kerja yang berbeda untuk
anak. Guru perlu memahami bahwa cara kerja anak akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada
saatnya anak menyukai kerja sendiri dan ada kalanya
mereka ingin bekerja secara berkelompok. Oleh karena itu, guru hendaknya jangan menyediakan tempat yang kaku di mana anak ditempatkan
secara tetap untuk semua jenis pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukannya. Jika ini terjadi maka jelas akan
membosankan bagi anak. Penyediaan tempat yang pleksibel
akan memungkinkan anak merasa senang menyelesaikan pekerjaan sendiri dan tanpa pula berinteraksi
secara aktif dengan teman lain dalam suatu aktivitas
kelompok. Dengan perkataan lain, di dalam penataan ruang kelas perlu diupayakan agar anak-anak mempunyai fleksibiltas untuk mengubah tempat
mereka bekerja tergantung pada kebutuhan dan sifat tugas mereka
yang bervariasi.
Apabila kondisi ini dapat diwujudkan maka kebebasan anak dalam
melakukan berbagai aktivitas
dapat dikembangkan sehingga mereka diharapkan dapat mencapai
tingkat perkembangan yang optimal. Sebaliknya, penataan ruang kelas yang tidak mengakses ke ruang kerja sesuai dengan kebutuhan anak akan
berdampak negatif terhadap aktivitas belajar anak. Hal ini dapat
dilihat dari kepasifan anak untuk tetap duduk di meja
dengan tanpa aktivitas, karena ia tidak melihat adanya
tempat yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginannya.
b. Akses ke alat
permainan
Penataan ruang phisik kelas hendaknya memudahkan anak-anak untuk mendapat material atau alat permainan yang
dibutuhkan anak dalam berb agai aktivitas belajar.
Sebagai contoh, dalam kegiatan yang ditujukan untuk perkembangan
emosi dan social guru hendaknya sudah menyediakan balok bangunan
di suatu tempat berdekatan dengan anak. Secara rinci alat permainan yang dapat disediakan guru untuk tujuan kegiatan perkembangan emosi
dan social, menurut Sudono (1995) adalah sebagai berikut
:
1. Berbagai macam
balok seperti balok besar, kecil, polos, warna, bentuk
geometri,
kubus-kubus dan prisma
2. Berbagai macam mozaik
3. Puzzel lantai yang dapat dimainkan bersama
4. Papan permainan (board games)
2. Berbagai macam mozaik
3. Puzzel lantai yang dapat dimainkan bersama
4. Papan permainan (board games)
5. Sudut keluarga,
took-tokoan, permainan rumah sakit, polisi, kantor pos dan
lain-lain
c. Akses ke anak-anak
Penataan ruang kelas yang dilakukan guru hendaknya dapat melayani perbedaan dan kebebasan individu anak dalam belajar.
Seorang anak pada suatu ketika menginginkan aktivitas
yang berbeda dengan temannya. Dalam hal ini guru mestinya
sudah menyediakan tempat, peralatan dan memberikan kesempatan kepada anak yang bersangkutan sehingga anak merasa senang dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Jika hal ini dapat diwujudkan,
maka perkembangan anak yang optimal dapat pula tercapai.
2. Karakteristik
Lingkungan Fisik yang Tidak Mendukung dan
Mendukung Kegiatan Belajar
a. Lingkungan fisik
yang tidak mendukung
Berkenaan dengan lingkungan belajar ini, Marion (1991) mengemukakan dua contoh kelas sebagai lingkungan belajar yang
kondusif dan tidak kondusif. Kelas yang tidak kondusif
untuk kegiatan dapat dilihat dari beberapa cirri berikut ini : 1. Dalam kelas terdengar
suara gadus yang sangat mengganggu aktivitas belajar
di kelas
2. Beberapa orang
anak tampak sedang berlari-lari di dalam kelas, dan anak-
anak lainnya tampak berkeluyuran tanpa
tujuan
3. Ruangan kelas
terkesan tidak menarik dengan penataan warna yang tidak baik
dan jendela tanpa gordeng serta keadaan
yang kacau balau dimana-man.
4. Ruang kelas
balok-balok yang terdiri berbagai ukuran dan bentuk, tetapi
belum diorganisir di atas rak sesuai dengan
ukuran dan bentuk
5. Tidak ada materi aksesori (figure binatang dan
orang-orang, tanda-tanda jalan, mobil-mobilan
dan truk-truk yang kecil) yang bisa digunakan anak-anak untuk
memperluas dan mengembangkan permainan balok
6. Penempatan perabot
yang tidak mempertimbangkan penggunaan oleh anak
sehingga
tidak mengganggu aktivitas anak lainnya
7. Bahan-bahan di area seni bercampur aduk antara satu dan lainnya
8. Terdapat tumpukan kertas gambar dan kertas sisa
9. Peralatan di area seni berserakan dan kelihatan tidak bersih
7. Bahan-bahan di area seni bercampur aduk antara satu dan lainnya
8. Terdapat tumpukan kertas gambar dan kertas sisa
9. Peralatan di area seni berserakan dan kelihatan tidak bersih
10. Pada area perpustakaan dan teka-teki buku-buku bertumpuk di atas
meja, dan sulit bagi anak-anak
untuk mendapat mendapat salah satu diantaranya tanpa menyingkirkan
buku yang lainnya
11. Area perpustakaan tidak dipisahkan dari
area balok, sehingga suara gaduh dari
area balok membuat kegiatan membaca menjadi
sangan sulit
12. Potongan-potongan
puzzle teki telah banyak yang hilang dan bertumpuk-
tumpuk.
Lingkungan belajar yang tidak kondusif akan menimbulkan kesan tidak menyenangkan dan tidak menantang bagi anak untuk
mekakukan aktivitas belajar. Pada suatu lingkungan kelas
yang tidak menarik, tidak menyenangkan dan tidak menantang
bagi anak untuk melakukan kegiatan belajar berdampak terhadap pelaksanaan tugas guru. Menghadapi suasana kelas yang tidak kondusif,
mengakibatkan guru juga merasakan bahwa kegiatan pembelajaran
yang dilakukannya tidak efektif. Alasannya adalah karena
guru merasa tidak tidak memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik sesuai
dengan perencanaan yang telah diprogramkan. Dalam situasi seperti ini waktu guru lebih banyak dihabiskan untuk mengurus perilaku anak yang
menyimpang. Keadaan ini menimbulkan banyak keluhan yang muncul
dari guru sebagai orang dewasa yang mempunyai tugas untuk
mengelola kelas. Keluhan guru dimaksud berkenaan dengan
munculnya sejumlah perilaku anak yang tidak mendukung
aktivitas pembelajaran seperti berikut ini :
1. Anak-anak terus
berlari-lari di sekeliling ruangan
2. Anak-anak
tampaknya tidak mampu untuk berkonsentrasi dalam melakukan
tugas tertentu
3. Mereka saling
mendorong antara satu dengan yang lainnya dalam melakukan
aktivitas
di kelas
4. Tingkat suara yang tinggi
5. Ajakan guru tidak diindahkan oleh anak-anak
4. Tingkat suara yang tinggi
5. Ajakan guru tidak diindahkan oleh anak-anak
6. Anak-anak tidak
mau melakukan antri secara teratur guna menunggu giliran
untuk melakukan suatu aktivitas
Pada kelas seperti ini guru-guru
kelihatannya membuang waktu percuma
waktu yang cukup banyak untuk hal-hal yang
tidak menguntungkan terhadap
kegiatan belajar dan
perkembangan anak yaitu :
1. Memaksakan aturan kepada anak
2. Menghukum perilaku anak yang tak dapat diterima
3. Merendahkan martabat anak yang berperilaku salah
4. Memerintahkan kepada untuk duduk dan diam
5. Menghakimi beberapa orang anak yang tidak sepaham
1. Memaksakan aturan kepada anak
2. Menghukum perilaku anak yang tak dapat diterima
3. Merendahkan martabat anak yang berperilaku salah
4. Memerintahkan kepada untuk duduk dan diam
5. Menghakimi beberapa orang anak yang tidak sepaham
Kekurangmampuan guru untuk mengatur dan menciptakan lingkungan belajar yang tidak mendukung kegiatan pemebelajaran sehingga
mengakibatkan anak merasa bosan, tidak senang, kurang
gairah untuk melakukan aktivitas belajar merupakan salah
satu akibat dari kurangnya pemahaman guru terhadap karakteristik
dan kebutuhan anak usia TK. Sebagai konsekuensinya guru akan dihadapkan pada persoalan yang cukup rumit yaitu mengurus dan
mengendalikan pergerakan anak dan perilaku anak yang
menyimpang dengan ketat. Tanpa disadari penampilan
mengajar guru akan cenderung lebih otoriter dengan cara memperlakukan
anak sewenang-wenang dengan mengabaikan karakteristik anak. Ini berarti bahwa lingkungan belajar yang tidak kondusif akan
memunculkan banyak permasalahan disiplin yang harus
diselesaikan guru. Keadaan semacam ini juga akan
mengundang perilaku mengajar guru yang bertentangan dengan karakteristik dan kebutuhan anak usia TK.
b. Lingkungan Fisik
yang Mendukung
Lingkungan fisik yang kondusif dapat merangsang anak untuk lebih
aktif melakukan berbagai aktivitas
yang berorientasi kepada perkembangannya yang optimal.
Suatu lingkungan fisik yang mendukung memudahkan anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengembangkan diri sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
Kelas yang menarik dan menyenangkan untuk belajar dapat pula
diciptakan dari sebuah kelas yang
mempunyai ukuran yang sama dengan kelas sebelumnya, terdiri
dari material yang sama, mempunyai mebel yang sama, dan juga mempunyai jumlah guru dan anak-anak yang sama. Suatu kelas yang
kondusif,
berdasarkan kelas
yang dicontohkan Marion
(1991) dapat dilihat cirri-ciri berikut :
1. Hasil pekerjaan anak-anak dipajangkan
2. Tumbuhan hijau yang sehat di seluruh ruangan
3. Poster berwarna-warni di dinding, dan gorden baru di jendela
4. Ruangan diatur dalam area aktivitas yang berbeda
5. Terdengar senandung berbicara dan tertawa, tetapi tidak ada teriakan
6. Anak-anak sedang mengerjakan beberapa aktivitas yang diatur oleh para guru
1. Hasil pekerjaan anak-anak dipajangkan
2. Tumbuhan hijau yang sehat di seluruh ruangan
3. Poster berwarna-warni di dinding, dan gorden baru di jendela
4. Ruangan diatur dalam area aktivitas yang berbeda
5. Terdengar senandung berbicara dan tertawa, tetapi tidak ada teriakan
6. Anak-anak sedang mengerjakan beberapa aktivitas yang diatur oleh para guru
7. Material disimpan
di atas rak terbuka yang rendah, dan anak-anak dapat
menjangkaunya dengan mudah
8. Fasilitas dan
peralatan ditempatkan berdekatan dengan aktivitas yang akan
dilakukan anak seperti kran air, ember, dan
spons
9. Anak-anak
tampaknya benar-benar menikmati kegiatan pembelajarn dengan
senang dan gembira
10. Peran guru tampat sebagai fasilitator dan pembimbing dimana guru
berupaya menasihati anak-anak
dari suatu perubahan aktivitas ke bentuk aktivitas lainnya
yang dirancang.
Keadaan yang digambarkan di atas menimbulkan
pertanyaan tentang faktor- faktor
yang dapat mempengharuhi terciptanya kelas yang kondusif sehingga menarik dan menyenangkan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam
lingkungan kelas seperti ini, anak-anak tampak terlihat aktif
melakukan berbagai kegiatan belajar dan mereka
meleksanakan dengan perasaan senang dan gembira serta
guru tidak disibukan untuk mengurus perilaku anak yang menyimpang. Sebaliknya, apa pula yang menjadi penyebab suatu kelas tampak tidak
menarik, gaduh, dengan anak-anak yang ribut dan guru
menghabiskan waktu untuk mengurus dan menyelesaikan
masalah perilaku anak yangb tidak mendukung kegiatan
pembelajaran.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terciptanya suatu atmosfir
kelas
yang kondusif untuk melaksanakan aktivitas belajar yaitu :
1. Pengetahuan guru mengenai perkembangan anak dan tingkat dukungannya
2. Penggunaan disiplin yang positif
3. Pengaturan batas-batas yang baik
1. Pengetahuan guru mengenai perkembangan anak dan tingkat dukungannya
2. Penggunaan disiplin yang positif
3. Pengaturan batas-batas yang baik
4. Kemampuan untuk
berkomunikasi yang baik dengan anak-anak
5. Faktor lainnya yaitu seberapa baik guru mengatur
lingkungan fisik (Marion, 1991,
yang dikutif dari Bredekamp, 1986; Day, 1983; Phyfe Perkins. 1980; Prescott, 1984).
Sementara itu, Purnami dan Subekti (1991)
mengemukakan karakteristik
ruang kelas yang
baik, yaitu :
1. Setiap interst area ditempatkan dan diatur dengan jelas
2. House corner diatur letaknya berdekatan dengan Block Corner
1. Setiap interst area ditempatkan dan diatur dengan jelas
2. House corner diatur letaknya berdekatan dengan Block Corner
3. Rak-rak untuk
melakukan benda-benda seni mudah dicapai dari tempat duduk
dan meja anak-anak
4. Ada ruangan yang cukup luas untuk kegiatan
seni tanpa ada benda-benda lain
yang menghalangi gerak anak
5. Table toy dan
libraro corner, merupakan dua interest area yang menuntut
ketenangan kerja, diatur atau diletakan
berdekatan
6. Ruangan diusahakan
diatur agar tidak menghalang-halangi anak dalam
bekerja
3. Pengaturan Waktu
Waktu untuk melakukan aktivitas bagi anak perlu diatur sedemikian
rupa, fleksibel dan mengacu pada
karakteristik anak. Hal ini dikemukakan Patmonodewo
(2000).
Jadual kegiatan belajar disesuaikan dengan lamanya anak berada di
sekolah. Agar dapat menyusun
jadual yang baik, sebaiknya guru mengenal cirri anak didiknya.
Gruru sebaiknya mengenal bagaimana pola reaksi anak, bagaimana kecepatan reaksi anak, berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan
anak.
Jadual kegiatan belajar sebaiknya disusun
berdasarkan hal-hal sebagai berikut
- 8.15-8.45 Guru
melakukan perencanaan dan persiapan
- 8.45-9.00
Kedatangan. Anak-anak mulai berdatangan dan masuk kelas. Guru
harus selalu siap memberi salam secara
pribadi kepada masing-masing anak.
- 9.00-9.20. Waktu dalam kelompok. Guru duduk di tengah
kelompok anak. Tujuannya adalah
mengecek kehadiran dan menyampaikan perencanaan guru untuk
hari tersebut. Dalam kesempatan tersebut antara guru dan murid berbagi pengalaman, bertanya jawab atau melakukan diskusi.
- 9.20-10.10. Periode melakukan kegiatan. Pada periode
ini masing-masing anak boleh
kesempatan memilih satu di antara beberapa kegiatan, dan mereka boleh mengganti dengan pakaian lain selama masih di dalam periode
kegiatan tersebut. Guru dapat bekerja dengan kelompok
kecil atau dengan anak secara individual. Aktivitas yang
dilakukan anak biasanya melakukan kegiatan pekerjaan
tangan, misalnya menggunting, menempel, atau bermain dengan melakukan manipulasi. Anak lain mungkin akan bermain pasir, air yang
berkaitan dengan mendapatkan pengalaman ilmiah. Semua kegiatan
yang dilakukan anak pada periode ini diketahui dan di
bawah pengawasan guru.
- 10.10-10.30. Membersihkan diri, makan dan istirahat.
Setelah melakukan kegiatan
anaka-anak harus membersihkan ruang serta alat yang dipergunakan semula.
- 10.30-11.00. Musik
dan bercerita. Biasanya dalam periode ini dilakukan
dengan kegiatan yang diiringi musik dan
ekspresi.
- 11.00-11.20.
Kegiatan di luar ruang. Anak dapat melakukan kegiatan
memanjat, berlari, berayun, melompat dapat
pula bermain pasir atau air.
- 11.20-11.40. adalah
wakru bersiap akan pulang. Anak-anak mengumpulkan
barang sebelum pulang.
- 11.40-12.00. periode guru membersihkan atau membenahi
kelas. Guru membutuhkan waktu
selain untuk membenahi kelas juga melakukan pencatatan.
Guru melakukan persiapan untuk hari berikutnya.
Di dalam kelas anak-anak mempunyai waktu yang berbeda yang mereka butuhkan untuk menjangjau ke dalam pikiran mereka
sendiri, mengingat kembali memori atau berkonsentrasi
pada isu tertentu yang terlibat dalam aktivitas mereka. Mereka
tidak kelihatan seperti melakukan tugas, melainkan mereka kelihatan seperti membuat ruang kreatif yang perlu untuk pemikiran mereka.
C. Mengatur Ruang
Kelas
1. Penyediaan ruang
yang memadai
Idealnya ruang kelas yang dipakai sebagai tempat pembelajaran di TK
adalah ruangan yang dibangun
secara khusus untuk itu, sehingga bangunan ruang kelas yang
ada telah disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak usia TK.
Untuk dapat menciptakan kelas yang kondusif bagi anak untuk
melakukan berbagai aktivitas
belajar, ruang kelas hendaknya memiliki ukuran yang memadai. Menurut Sudono (1995) dan Rachman (1998/1999) ukuran ruang kelas untuk
TK adalam 7 x 8 bujur sangkar. Ukuran ruang kelas
dipengaruhi oleh jenis kegiatan yang akan dilakukan anak
jumlah anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Keterbatasan ukuran ruang kelas pada dasarnya dapat diatasi dengan menambah tempat di luar ruangan sebagai suatu upaya
untuk memenuhi aktivitas belajar anak. Hal ini dapat
dilakukan apabila area atau lokasi yang ada di luar kelas
juga memungkinkan.
Selanjutnya, kapasitas atau muatan kelas juga merupakan faktor yang mempengaruhi penciptaan suasana yang kondusif di
kelas. Berkenaan dengan hal ini, studi yang dilakukan
oleh Roup, Traver, Glant dan Coelen, 1970 (Patmonodewo,
2000) merekomendasikan bahwa pemanfaatan sarana jika dikaitkan
dengan rasio guru dengan jumlah murid yang paling baik adalah 1 guru dengan 7 orang anak. Tetapi masih dibolehkan untuk 1 guru dengan
dengan 14 orang anak usia prasekolah (3-5 tahun). Sudono
(1995) berpendapat bahwa makin sedikit jumlah anak di
kelas makin baik karena akan dipengaruhi oleh jenis
kegiatan yang akan dilakukan dan jumlah
siswa memperlancar interaksi antara
guru dan murid.
Selain memperhatikan ukuran, Rachman berpendapat
ruang kelas harus
diusahakan memenuhi syarat sebagai berikut
:
a. Dapat memberikan
keleluasaan gerak, komunikasi, pandangan dan
pendengaran
b. Cukup cahaya dan
sirkulasi udara
c. Pengaturan perabot
agar memungkinkan guru dan murid dapat bergerak
leluasa
d. Daun jendela tidak
mengganggu lalu lintas
Berkenaan dengan ini pula, Underwood (1987)
mengingatkan beberapa hal
yang perlu
dipertimbangkan guru dalam menggunakan suatu ruang kelas yaitu :
a. Apakah ruang terang dan lampu menyala tetapi tidak terlalu menyilaukan ?
b. Apakah suhunya nyaman dan ada udara segar ?
c. Apakah setiap anak dapat dengan mudah mendengar anda ?
a. Apakah ruang terang dan lampu menyala tetapi tidak terlalu menyilaukan ?
b. Apakah suhunya nyaman dan ada udara segar ?
c. Apakah setiap anak dapat dengan mudah mendengar anda ?
d. Apakah semua anak
bisa melihat anda dan papan tulis atau layar dengan
mudah ?
e. Apakah anda bebas
mengubah susunan ruang kelas ?
f. Bagaimana anda
mengatur pemindahan meja-kursi ? susunan seperti apa yang
paling cocok ?
g. Bagaimana dengan furniture lain di tempat itu ?
misalnya, meja guru, tempat penyimpanan,
dan tempat meletakan peralatan pada saat anda membutuhkannya
?
h. Dapatkah anda
merekatkan atau menggantungkan sejumlah gambar di dinding
?Sejumlah pertanyaan di atas harus dijawab
oleh guru secara objektif dan guru
mesti mempunyai kreativitas untuk mencari
solusi apabila ditemukan keadaan
yang menyulitkan.
Suhu, ventilasi dan penerangan merupakan aspek penting dalam
menciptakan ruang kelas yang
nyaman, walaupun guru sulit untuk mengaturnya karena sudah tersedia. Untuk menjamin kesehatan murid ventilasi harus cukup, dan
ukuran jendela memadai sehingga memungkinkan cahaya
matahari masuk dengan bebas, udara sehat dengan ventilasi
yang baik sehingga semua murid dalam kelas dapat menghirup
udara segar yang cukup mengandung oksigen.
2. Mengatur tempat
duduk secara fleksibel
mengatur tempat duduk untuk usia TK sudah jelas tidak sama
kondisinya dengan pengaturan
tempat duduk pada anak usia SD. Anak-anak pada masa kanak-kanak
atau usia TK ini tidak dikondisikan untuk duduk di kursi mereka dalam waktu yang cukup lama. Mereka cenderung menghabiskan waktu
mereka untuk beraktivitas di lantai atau selalu bergerak
dengan pindah-pindah tempat.
Oleh
karena itu, pengaturan tempat duduk anak TK harus dilakukan secara fleksibel. Artinya guru harus mempunyai pertimbangan
yang jelas kapan anak harus duduk di kursi yang dilengkapi
dengan meja, berapa lama dan untuk melakukan kegiatan
apa. Tempat duduk dengan memanfaatkan kursi yang dilengkapi
meja hendaknya dengan mudah dapat dipindah-pindahkan. Alasannya adalah karena dalam kelas yang sama anak dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan tema pembelajaran yang diminati anak.
Ukuran dan tinggi kursi meja juga disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan anak. Akan lebih baik bila dapat
diupayakan kursi-kursi atau meja yang bisa dilipat
sehingga pada saat tidak dipakai dapat disimpan dengan tidak banyak memakan tempat.
3. Pengaturan perabot
dan alat permainan
Perabot dan alat permainan sangat dibutuhkan di TK guna mendukung penerapan konsep bermain sambil belajar yang
merupakan aktivitas yang disenangi dan digemari oleh anak-anak
usia TK.
Alat permainan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan anak. Dalam
hal ini sangat dituntut
kreativitas guru untuk menciptakan dan mengadakan berbagai bentuk alat permainan yang mendukung aktivitas belajar anak.
Alat permainan yang dapat berfungsi sebagai sumber belajar di TK
sangat beragam sesuai dengan
kebutuhan anak dan kreativitas guru dalam menciptakan berbagai
bentuk alat permainan tersebut. Guna mendukung penyelenggaraan pembelajaran secara efektif, alat permainan yang sifatnya pokok mesti
disediakan di TK. Berkaitan dengan hal ini, menurut
Sudono (1995) alat permainan dan sumber belajar yang baku
yang mesti ada di TK adalah :
a. Pasir
Untuk
dapat bermain pasir perlu disediakan bak pasir yang dapat diletakan di dalam atau diluar ruangan. Untuk menjaga kebersihan,
bak pasir dapat ditutup pada saat tidak digunakan.
b. Air
Untuk dapat bermain dengan air juga perlu
disediakan bak air. Selain itu perlu
juga disediakan alat permainan yang dapat
dimanfaatkan di air, antara lain
yaitu :
1. Gelas, mangkuk, cangkir plastik
2. Berbagai bentuk ukuran dan volume botol dari aneka bahan
3. Bebagai macam ember dan alat penyiram tanaman, gayung
4. Berbagai corong, ukuran benda cair, pipa air
5. Zat pewarna makanan
1. Gelas, mangkuk, cangkir plastik
2. Berbagai bentuk ukuran dan volume botol dari aneka bahan
3. Bebagai macam ember dan alat penyiram tanaman, gayung
4. Berbagai corong, ukuran benda cair, pipa air
5. Zat pewarna makanan
c. Alat permainan
balok
Balok merupakan alat permainan yang sangat
digemari oleh anak TK.
Berbagai jenis alat permainan balok yang
perlu disediakan di TK, antara lain
adalah sebagai
berikut :
1. Berbagai macam alat transportasi
2. Berbagai macam orang-orangan, binatang, tanaman
3. Berbagai macam tanda lalu lintas
4. Berbagai perabot dan rumah-rumahan
1. Berbagai macam alat transportasi
2. Berbagai macam orang-orangan, binatang, tanaman
3. Berbagai macam tanda lalu lintas
4. Berbagai perabot dan rumah-rumahan
d. Alat permainan
manipulatif
Seperti halnya alat permainan lain, alat
permainan manipulatif juga sangat
disukai oleh anak-anak. Bentuk-bentuk alat
permainan manipulatif adalah :
1. papan hitung
2. mozaik
3. puzel
4. alat jahit
5. boneka
2. mozaik
3. puzel
4. alat jahit
5. boneka
e. Sudut rumah tangga
dan tempat peyanana masyarakat
Berbagai alat permainan pada sudut keluarga
dan pelayanan masyarakat yang
dapat disediakan di TK misalnya :
1. alat dapur
2. alat makan
3. rumah
boneka lengkap dengan perabotnya
4. perabot rumah tangga
5. rumah sakit dengan segala perlengkapannya
4. perabot rumah tangga
5. rumah sakit dengan segala perlengkapannya
f. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat sumber
belajar bagi anak. Berbagai bahan
yang perlu disediakan di perpustakaan ini,
antara lain adalah :
1. buku untuk
anak-anak
2. buku referensi
3. berbagai macam
gambar
g. Alat untuk
berekspresi
Di TK
perlu juga disediakan alat permainan untuk berekspresi. Alat permainan yang dapat disediakan misalnya peralatan pakaian dan
tanda-tanda kecil yang menunjukan suatu profesi yang
digemari anak.
Berkaitan dengan alat permainan yang dibutuhkan anak di TK, Sudono
(1995) merinci sejumlah alat
permainan yang dapat diletakan di dalam dan di luar ruangan.
1. Alat permainan di
dalam ruangan
Alat permainan di
dalam ruang kelas TK terdiri dari :
a. balok besar yang [polos atau berwarna
b. balok kecil yang polos atau berwarna
c. balok yang dibuat dari kardus
a. balok besar yang [polos atau berwarna
b. balok kecil yang polos atau berwarna
c. balok yang dibuat dari kardus
d. balok bersusun
yang terdiri dari balok yang ukurannya besar sampai yang
kecil
e. balok cuisenaire, yaitu balok sepuluh tingkat dar 1 – 10 cm
f. balok kubus yang berukuran 2 cm persegi
g. keping-keping dengan beragam bentuk geometri
h. keping-keping dengan beragam bentuk dan warna
i. mozaik kubus yaitu balok kubus bersisi 4 cm dengan desain di atas bidangnya
e. balok cuisenaire, yaitu balok sepuluh tingkat dar 1 – 10 cm
f. balok kubus yang berukuran 2 cm persegi
g. keping-keping dengan beragam bentuk geometri
h. keping-keping dengan beragam bentuk dan warna
i. mozaik kubus yaitu balok kubus bersisi 4 cm dengan desain di atas bidangnya
j. mozaik bebas yaitu
keeping yang berbentuk geometri untuk menciptakan
desain
k. mozaik terbatas di atas papan berukuran
l. mozaik dari karton tebal
m. papan pasak 25, yaitu papan yang berlubang 25 dengan 25 buah pasak
k. mozaik terbatas di atas papan berukuran
l. mozaik dari karton tebal
m. papan pasak 25, yaitu papan yang berlubang 25 dengan 25 buah pasak
n. papan pasak 25
dari rendah ke tinggi yaitu papan yang berlubang 25 dengan
25 pasak dari rendah ke tinggi
o. papan geometri
yaitu pada yang berisi 4 bentuk yang dibagi-bagi
p. papan matematika
bentuk kerucut, limas, kubus, silinder, papan hitung 1-5,
dan
papan hitung 1-10
q. papan warna yaitu papan dengan sembilan warna
r. menara gelang lingkaran, segitiga, bujursangkar, segienam
q. papan warna yaitu papan dengan sembilan warna
r. menara gelang lingkaran, segitiga, bujursangkar, segienam
s. tangga kbus dan
silinder, yaitu papan dengan lima
tongkar dan butir manik-
manik
besar berbentuk silinder dan kubus
t. meronce, berbagai bentuk butir manik-manik
u. alat permainan Montessori
v. puzzle dengan jumlah potongan 1-25
w. berbagai bentuk papan yang berlubang untuk menjahit
t. meronce, berbagai bentuk butir manik-manik
u. alat permainan Montessori
v. puzzle dengan jumlah potongan 1-25
w. berbagai bentuk papan yang berlubang untuk menjahit
x. media cetak
2. Alat permainan di
luar kelas
Alat permainan yang
terletak di luar kelas adalah :
a. papan jungkit dalam berbagai ukuran
b. ayunan dengan tiang yang tinggi maupun ayunan kursi
c. bak pasir dengan berbagai ukuran
a. papan jungkit dalam berbagai ukuran
b. ayunan dengan tiang yang tinggi maupun ayunan kursi
c. bak pasir dengan berbagai ukuran
d. papan peluncuran
e. bak
air yang bervariasi
f. bola dunia untuk panjatan anak
g. tali untuk melompat
h. terowongan yang terbuat dari gorong-gorong
i. titian yang beragam tinggi dan lebar
j. bola keranjang dengan bola yang terbuat dari kain
f. bola dunia untuk panjatan anak
g. tali untuk melompat
h. terowongan yang terbuat dari gorong-gorong
i. titian yang beragam tinggi dan lebar
j. bola keranjang dengan bola yang terbuat dari kain
k. ban mobil bekas
untuk digulingkan
l. kolam renang
dangkal sebagai pengenalan berenang
patmodewo (2000) berpendapat bahwa sebaiknya perabotan yang ada di dalam ruang kela smudah dipindah-pindahkan, tidak
mudah pecah dan disesuaikan dengan ukuran anak. Meja dan
kursi sebaiknya bervariasi tinggi rendahnya maupun
ukurannya. Meja yang diperguanakan sebaiknya dapat dipergunakan
sebagai meja meja makan maupun untuk melakukan tugas kesenian. Akan sangat menarik apabila meja yang tersedia diubah-ubah bentuknya.
Peralatan untuk ruang kelas sebaiknya
dipertimbangkan beberapa hal,
antara lain :
a. Aman. Materi yang dipergunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, hendak aman. Tapi dari
materi hendaknya tidak tajam, tidak ada paku yang menonjol, atau kawat yang lepas. Materi yang dipergunakan tidak mengandung
racun. Alat permainan tidak menggunakan aliran listrik.
Sebaiknya alat permainannya dapat dicuci, untuk menjaga
kebersihannya.
b. Biaya. Umumnya program pendidikan memperoleh biaya
yang terbatas. Sebaiknya guru
dapat menentukan mana yang lebih penting. Walaupun dana terbatas,
guru juga diharapkan mampu menyelenggakan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pendidikan tetap tercapai
c. Kesesuaian dengan
kondisi murid. Materi yang dipilih guru harus sesuai
dengan minat, usia dan kemampuan murid
d. Kualitas baik dan awet. Hendaknya alat yang
diperguanakan di sekolah tetap dapat
tahan lama tetapi relatif murah. Memilih bahan untuk sekolah tidak sama dengan yang dipergunakan di rumah. Di sekolah suatun alat akan
dipergunakan oleh sejumlah anak secara bergantian dan terus
menrus, sehingga harus dipilih alat yang kuat.
e. Alat yang dipilih untuk sekolah harus dapat dipakai untuk
berbagai penggunaan. Misalnya
suatu alat harus dapat dipakai dalam kegiatan barmain dramatis,
atau untuk karnaval. Mungkin suatu alat dapat untuk merangsang perkembangan kecerdasan, emosi atau untuk mengembangkan gerakan.
Penyediaan alat permainan juga perlu memperhatikan area perkembangan anak secara relevan, sehingga alat permainan
benar-benar dapat merangsang pertumbuhan anak sesuai area
perkembangan. Sebagai contoh, Patmonodewo (2000),
mengemukakan hubungan antara area perkembangan dan materi serta peralatan untuk anak usia dini. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Selanjutnya, perlu dipikirkan bagaimana penggunaan perabotan-perabot
yang ada. Sebuah rak dapat
difungsikan sebagai alat untuk membatasi ruangan, tempat menyimpan
barang-barang atau alat untuk sandiwara boneka dan piano yang ada di kelas juga dapat digunakan sebagai alat untuk berbagai runagan dan
dapat difungsiikan untuk papab bulletin. Ketika pertemuan
seslasi, rak tersebut bisa diputar kembali sehingga ruang
dapat dipergunakan untuk menelusuri minat anak dengan
berbagai kegiatan.
4. Membagi Ruangan
ruangan yang terlalu besar sangat perlu untuk dibagi. Satu bagian
bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
yang menggunakan alat permainan yang berukuran besar,
tapi penggunaannya tidak mungkin dilakukan di luar ruangan. Selanjutnya jarak peralatan yang ada bisa diatur untuk menjaga ketenangan ruang
tersebut. Jika, kita dihadapkan dengan sebuah ruangan
yang sangat besar untuk dijadikan sebuah kelas, tentu
kita akan membagi ruangan tersebut dimana sebagiannya akan dijadikan untuk ruangan kelas.
Oleh karena itu, guru tidak perlu risau dengan ketidakcukupan ruang
kelas. Sebab ruang yang tersedia
dapat dimanfaatkan secara kreatif dan fleksibel sehingga
proses pembelajaran yang dilakukan tetap berorientasi pada perkembangan anak.
1 komentar:
terimakasih, materinya sangat membantu..
Posting Komentar