Metrotvnews.com,
Jakarta: Mengapa yah hipertensi 'akrab'
dengan gagal ginjal? Bisa jadi belum banyak yang memahami hipertensi dapat
menjadi pemicu utama terjadinya penyakit ginjal dan gagal ginjal. Begitu juga
sebaliknya.
Saat fungsi ginjal terganggu, tekanan darah cenderung meningkat sehingga
menimbulkan hipertensi. Selama ini hipertensi dikenal sebagai faktor risiko
yang sangat berpengaruh bagi terjadinya serangan jantung dan penyakit pembuluh
darah lainnya. Baru sebagian kecil masyarakat yang mengetahui itu.
Fungsi utama ginjal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit (garam) tubuh melalui urin. Ginjal juga memproduksi
hormon yang memengaruhi fungsi dari organ-organ lainnya. Antara lain hormon
yang merangsang produksi sel darah merah dan yang membantu menyeimbangkan
tekanan darah. Juga, mengontrol metabolisme kalsium.
“Adanya kerusakan ginjal pada bagian tertentu akan merangsang produksi hormon
renin yang akan merangsang terjadinya peningkatan tekanan darah hingga
mengakibatkan terjadinya hipertensi yang bisa menetap,” jelas Dharmeizar, dari
Divisi Ginjal-Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Senin (21/3).
Selain itu, saat ginjal rusak pengeluaran air dan garam akan terganggu yang
mengakibatkan isi rongga pembuluh darah meningkat sehingga menyebabkan
hipertensi.
“Naiknya tekanan darah di atas ambang batas normal bisa merupakan salah satu
gejala munculnya penyakit pada ginjal, selain gejala-gejala lainnya seperti
berkurangnya jumlah urin atau sulit buang air kecil, penimbunan cairan, serta
meningkatnya frekuensi berkemih terutama di malam hari,” terang Dharmeizar.
Gangguan fungsi ginjal akibat hipertensi dapat berupa penyakit ginjal akut,
penyakit ginjal kronis, hingga gagal ginjal terminal, dimana ginjal tidak lagi
dapat menjalankan sebagian atau seluruh fungsinya.
Bahkan hipertensi penyebab kejadian gagal ginjal tahap akhir nomor dua
terbanyak setelah diabetes mellitus.
Menurut survei Riskesdas pada 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 31,7%. “Pada orang yang berusia di atas 50 tahun, lebih dari 50%
mengalami hipertensi,” kata Suhardjono, Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia.
Sedangkan prevalensi diabetes di Indonesia kira-kira 13,%% mereka. Yang berusia
di atas 55 mengalami diabetes dan 15,3% masuk kategori pra-diabetes.
Mengutip riset, Suhardjono mengatakan pasien yang mengalami gagal ginjal
terminal (harus melakukan cuci darah atau hemodialisis) hanya sebesar 20% dalam
jangka lima tahun. Bandingkan dengan pasien kanker payudara yang memiliki
kemampuan bertahan hidup hingga 60% dalam durasi yang sama.
Pasien gagal ginjal terminal juga membutuhkan biaya yang besar untuk bertahan
hidup. Di Amerika Serikat diperkirakan biaya untuk cuci darah mencapai US$
80.000 per tahun per orang. “Di Indonesia biayanya antara Rp 60 juta – Rp 100
juta per orang per tahun,” kata Prof Djon.
Menurut Prof Djon, pasien penyakit ginjal kronis tahap awal mempunyai risiko 5
sampai 10 kali lipat meninggal karena kejadian jantung dibandingkan pasien
gangguan jantung terminal yang harus menjalani dialisis.
“Mereka yang menjalani hemodialisis di usia muda peluang hidupnya makin kecil.
Ibaratnya seperti orang berusia 70 tahun,” imbuh Prof Djon.
Pasien penyakit ginjal kronis umumnya meninggal bukan karena harus menjalani
cuci darah, jika sudah sampai stadium 5 atau tahap akhir, namun gangguan pada
kardiovaskularlah yang acapkali menimbulkan kematian.
Dr. Dharmeizar menjelaskan saat seseorang mengalami kelainan ginjal, maka akan
terjadi kelainan-kelainan yang bisa menyebabkan kerusakan di jantung, seperti
anemia (kekurangan darah), toksin uremik, hiperkalemia (kadar kalium darah
tinggi), malnutrisi, peradangan kronis, yang akhirnya menyebabkan gangguan
metabolisme kalsium dan folat sehingga lama-lama menyebabkan kerusakan di
jantung.
"Karena penyakit ginjal kronis nyaris tanpa gejala, kebanyakan pasien
datang ke dokter saat sudah mengalami komplikasi atau keluhannya sudah muncul,
misalnya muntah-muntah atau mengalami kelebihan cairan di paru-parunya yang
membuatnya sesak napas, merasa mual, pucat dan bengkak-bengkak,” ujarnya.
Mengingat penyakit ginjal kronis minim gejala, hal yang bisa dilakukan untuk
deteksi dini adalah dengan mengenali faktor risikonya.
“Teliti lagi, apakah dalam riwayat keluarga ada yang hipertensi, diabetes
mellitus, jantung atau stroke. Jika ya, mulai usia 30 harus periksa kondisi
fisiologis ke dokter umum. Lakukan pengukuran tensi darah, urin dan kadar gula
darah dengan harga terjangkau,” saran dr. Dharmeizar.
Perhatikan tanda dan gejala yang muncul. Jika saat bangun tidur Anda mendapati
bengkak pada kaki dan kelopak mata, harus dicurigai ada gangguan fungsi ginjal.
Dr Dharmeizar menjelaskan, penyakit ginjal kronis bisa dideteksi dengan tes
urin sederhana untuk mengukur kadar protein dalam urin. Bila protein dalam urin
(proteinuria) positif dan terjadi selama lebih dari 3 bulan maka orang tersebut
bisa dikatakan mengalami penyakit ginjal kronis.
Ginjal sehat mengambil limbah keluar dari darah tetapi meninggalkan protein.
Gangguan ginjal gagal untuk memisahkan protein darah yang disebut albumin dari
limbah. Pada awalnya, hanya sejumlah kecil albumin dapat bocor ke dalam urin,
dimana kondisi ini dikenal sebagai mikroalbuminuria, tanda gagal fungsi ginjal.
Seiring memburuknya fungsi ginjal, jumlah albumin dan protein lain dalam urin
meningkat, yaitu kondisi yang disebut proteinuria. Penyakit ginjal kronis hadir
ketika lebih dari 30 miligram albumin per gram kreatinin diekskresikan dalam
urin, dengan atau tanpa eGFR menurun.
“Bila pada tes urin ditemukan kadar kreatinin positif maka orang tersebut sudah
mengalami penyakit ginjal kronis tingkat lanjut,” kata dr Dharmeizar.
Kreatinin adalah produk limbah yang dibentuk oleh kerusakan sel-sel otot
normal. Ginjal sehat mengambil kreatinin darah dan memasukkannya ke dalam urin
untuk meninggalkan tubuh. Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kreatinin
menumpuk dalam darah. Sebuah eGFR dengan nilai di bawah 60 mililiter per menit
(mL/menit) menandakan seberapa kerusakan ginjal telah terjadi. Nilai tersebut
berarti ginjal seseorang tidak bekerja pada kekuatan penuh. (go4/*****)
0 komentar:
Posting Komentar