1.
Agama pada Masa Dewasa
danUsia Lanjut
Masa dewasa dalam
tahap perkembangan manusia dibagi menjadi tiga bagian, sebagai dikemukakan oleh
Lewis Sherril, yaitu :
a.
Masa Dewasa awal, masalah yang
dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan
berbagai kemungkinan pilihan.
b.
Masa Dewasa tengah, sudah mulai
menghadapi tantangan hidup, sambil memantapkan tempat dan mengembangkan
filsafat untuk mengolah kenyataan yang tidak disangka-sangka. Masalah sentral
pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat
mennadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
c.
Masa Dewasa akhir, ciri
utamanya adalah pasrah. Pada masa ini minat dan kegiatan kurang beragam. Hidup
menjadi kurang rumit dan lebih terpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh
berarti. Kesadaran lebih hangat menonjol pada usia tua.
Masa
dewasa awal (sekitar usia 25-40 tahun) merupakan pengalaman menggali keintiman,
kemampuan untuk membaurkan identitas anda dengan identitas orang lain tanpa
takut bahwa anda akan kehilangan sesuatu dari diri anda. Lawan dari identitas
adalah isolasi, yaitu mempertahankan jarak antara diri sendiri dengan orang
lain. Kesimbangan antara intimitas dengan isolasi adalah belajar melepaskan
diri dari hubungan dengan orang lain dan tetap mempertahankan identitas diri.
Masa
dewasa tengah (sekitar usia 40-65 tahun) merupakan masa produktivitas maksimum.
Pada masa ini kekuatan watak yang muncul, perhatian (care) ras prihatin dan
tanggung jawab yang menghargai siapa yang membutuhkan perlidungan dan
perhatian. Dalam istilah religius, stagnasi dan kesia-siaan dihindari dengan
melestarikan fungsinya yang bertanggung jawab dalammengabdikan hidup dan
kebudayaan yang menjadi maksud Tuhan.
Sementara
itu masa dewasa akhir (di atas usia 65 tahun) merupakan masalah kematangan.
Masalah sentral dalam masa ini adalah menemukan kepuasan bahwa pada masa tua,
terjadi integirtas emosional. Masa dewasa akhir disebut juga dengan masa usia
lanjut. Di usia dewasa orang telah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Orang dewasa telah menyadari nilai-nilai yang dipilihnya
dan berusaha untuk mempertahankannya. Orang dewasa telah memiliki identitas
yang jelas dan kepribadian yang mantap.
Pilihan
tersebut didasarkan pada ajaran yang telah memberikan kepuasan batin dan atas
pertimbangan akal sehat.
Kesadaran
beragama pada usia dewasa merupakan dasar dan arah dari kesiapan seseorang
untuk mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangsangan dari luar.
Menurut
Abd. Aziz Ahyadi, Kesadaran agama tersebut tidak hanya melandasi tingkah laku
yang tampak, akan tetapi juga mewarnai sikap, pemikiran, I’tikad, niat,
kemauan, tanggung jawab dan tanggapan-tanggapan terhadap nilai-nilai abstrak
yang ideal, seperti ; keadilan, pengorbanan, persatuan, kemerdekaan, perdamaian
dan kebahagiaan.
Sedangkan
motivasi beragama pada orang dewasa didasarkan pada penalaran yang loigis,
sehingga ia akan mempertimbangkan sepenuhnya menurut logika. Motivasi beragama,
ekspresi bergama pada masa dewasa sudah menjadi hal yang tetap, istomah. Dan
ini dimanifestasikan dalam tingkah laku dengan moral tinggi dalam kehidupan
sehari-hari. Kondisi demikian akan memunculkan kematangan dalam beragama.
Inilah sebabnya mengapa pada masa dewasa juga memunculkan kefanatikan.
2.
Ciri-Ciri Sikap Beragama
pada Masa Dewasa Dan Usia Lanjut
Sejalan dengan
tingkat perkembangan usianya, sikap beragama pada orang dewasa mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Menerima kebenaran agama
berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
b.
Cenderung bersifat realis,
sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah
laku.
c.
Bersikap positif terhadap
ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam
pemahaman keagamaan.
d.
Tingkat ketaatan beragama
didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap beragama
merupakan realisasi dari sikap hidup.
e.
Bersikap lebih terbuka dan
wawasan yang lebih luas.
f.
Bersikap lebih kritis terhadap
materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas
pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
g.
Terlihat adanya hubungan antara
sikap beragama dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan
organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
Sedang ciri-ciri
Sikap beragama pada usia lanjut, secara garius besar adalah :
a.
Kehidupan beragama pada usia
lanjut sudah mencapai tingkat kematangan
b.
Meningkatnya kecenderungan
untuk menerima pendapat keagamaan
c.
Mulai muncul pengakuan terhadap
realitas tentang kehidupa akherat secara lebih sungguh-sungguh.
d.
Sikap bergama cenderung
mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat
luhur.
e.
Timbul rasa takut kepada
kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya.
f.
Perasaan takut kepada kematian
ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap beragama dan kepercayaan
terhadap adanya kehidupan abadi (akherat).
Konsep yang dianjutkan oleh Islam.
Perlakukan terhadap orang tua yang berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak
mereka, bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Perlakukan
terhadap orangtua menurut tuntutan Islam. Allah berfirman, diantaranya dalam
(Q.S. 17 : 23-24).
Artinya
:
Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.
3.
Kematangan Beragama
Kematangan
atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran
dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan
ia memerlukan agama dalam hidupnya. Jika
kematangan telah ada pada diri seseorang, segala perbuatan dan tingkah laku
keagamaannya senantiasa dipertimbangkan betul-betul dan dibina atas rasa
tanggung jawab, buka natas dasar peniruan dan sekedera ikut-ikutan.
William
James memaparkan pendapat William Starbuck, ada dua faktor yang menghambat
manusia mencapai kematangan beragama, yaitu :
a.
Faktor Intern
1)
Temperamen, tingkah laku yang
didasarkan pada temperamen tertentu memegang peranan penting dalam sikap
beragama dan kematangan beragama seseorang.
2)
Gangguan Jiwa, tindakan
keagamaan dan pengalaman keagamaan seseorang yang ditampilkan tergantung pada
ganggunga jiwa yang mereka rasakan.
3)
Konflik dan keraguan, dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap agama, seperti taat, fanatik, agnotis
maupun eteis.
4)
Jauh dari Tuhan, orang yang
hidupnya jauh dari Tuhan akan merasa dirinya lemas dan kehilangan pegangan
hidup, terutama saat menghadapi musibah.
b.
Faktor Ekstern
1)
Musibah, sering musibah yang
yang sangat serius dapat mengguncangkan seseorang, dan kegoncangan tersebut
sering kali memunculkan kesadaran, khususnya kesadaran keberagamaannya.
2)
Kejahatan, mereka yang hidup
dalam lembah hitam umumnya menhalami guncangan batin dan rasa berdosa.
Jika
diamati secara seksama, kematangan atau kedewasaan dalam beragama itu merupakan
perkembangan lebih lanjut dari adanya konversi agama, mengikuti perkembangan
kepribadiannya yang semakin lama semakin menuju kepada kedewasaan yang termasuk
di dalamnya kematangan dalam beragama.
0 komentar:
Posting Komentar